Dosa Suami Kepada Istri Menurut Agama Islam
Hallo Kawan Mama,
Di dalam sebuah hubungan rumah tangga, rasa cinta dan kasih sayang perlu di tunjukkan dan di rawat oleh seorang suami dan istri. Sebab, rasa cinta adalah alasan utama sesorang menunaikan pernikahan. Dengan adanya rasa cinta antara suami dan istri, akan membuat keduanya saling mengerti peran dan tanggung jawab memenuhi hak dan kewajiban pada keduanya dengan sebaik-baiknya.
Dalam niat melangsungkan pernikahan, tentunya suami dan istri mengharapkan agar rumah tangganya nanti akan menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah. Dan untuk mewujudaknya perlu adanya usaha dengan menjalankan peran di antara keduanya dengan sebaik-baiknya. Namun tidak jarang di dalam rumah tangga mengalami berbagai ujian dan cobaan yang datang. Cobaan tersebut bisa di artikan sebagi proses bagi keluarga untuk bertambah harmonis, namun juga bisa mengganggu hubungan rumah tangga menjadi tidak baik.
Di dalam sebuah rumah tangga, suami dan istri tentu memiliki peran yang berbeda, selayaknya dengan kewajiban suami kepada istri dan kewajiban istri kepada sang suami. Sebagaimana peran seorang suami yang telah di jelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih ialah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memlihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawtirkan nuzyusnya, maka nasihatilah mereka dan oisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besar.” (Q.S An-Nisa : 34)
Sedangkan sang istri yang memiliki peran istimewa sebagaimana telah di jelaskan oleh Raulullah. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.
“dunia ini penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baiknya kenikmatan adalah istri yang shalihah.” (H.R Muslim)
Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai perbuatan dosa seorang suami kepada sang istri. Tentu hal ini wajib di pahami juga bagi kaum istri agardapat mengingatkan suami untuk tidak melakukan dosa-dosa sebagai berikut.
Dosa Suami Kepada Istri
Tidak jarang di dalam sebuah keluarga, seorang suami lalai atau bahkan tidak melakukan kewajibanya kepada istri dan melakukan tindakan kesalahan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT yang melanggar hak seorang istri. Dengan tindakan yang di lakukan suami tersebut dapat membuat hubunganya dengan sang istri menjadi terganggu dandapat menyebabkan konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, sebaiknya bagi suami harus mengetahui hal-hal yang di kategorikan sebagai perbuatan dosa terhadap sang istri.
-
-
Tidak Mengajarkan Ilmu Agama Pada Istri
-
Seorang laki-laki yang telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga ia mendapatkan tanggung jwab dan kewajiban untuk mengajarkan ilmu Agama pada sang istri. Peran suami bukan hanya memberi istri uang dan memenuhi kebutuhan sebagai bentuk kewajibanya menafkahi istri saja. Namun ia juga memiliki kewajiban untuk mengajarkan ilmu Agama sebagai bagian dari nafkah batin kepada sang istri.
Hal tersebut agar dapat menjauhkan dirinya dan sang istri dari api neraka dan pedihnya azab kubur. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, yang artinya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang di perintahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6)
-
-
Tidak Adanya Rasa Cemburu Kepada Istri
-
Pada umunya, cinta kasih yang terjalin dalam sebuah ikatan pernikahan memilki unsur kecemburuan sebagai tanda rasa cinta antara suami dan istri. Sehingga menjadi wajar apa bila di antaranya memiliki rasa cemburu karena dengan begitu, rasa cinta kasih di antaranya akan tetap ada. Sebaliknya, jika tidak ada rasa cemburu antara keduanya maka patut di pertanyakan rasa cinta kasih di antara keduannya.
Suami yang baik adalah suami yang tetap memiliki rasa cemburu terhadap sang istri, apalagi apabila sang istri tengah berbicara atau pergi dengan laki-laki lain. Jika suami tidak memiliki rasa cemburu sedikitpun kepada sang istri maka ia telah melakukan perbuatan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka di hari kiamat adalah seseorang yang durhaka kepada orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki dan ad dayyuts.” (H.R An-Nasa’i) Ad-Dayyuts merupakan istilah bagi laki-laki yang tidak memiliki kecemburuan kepada keluarga/istri).
-
-
Tidak Menafkahi Istri/Keluarga
-
Memberi nafkah kepada istri merupakan sebuah kewajiban bagi setiap dari kaum laki-laki yang telah menikah. Sebab ketika laki-laki telah menikah, maka ia memiliki tanggung jawab untuk menuneikan kewajibannya, salah satunya adalah memberi nafkah kepada sang istri. Karena bagaimanapun juga, wanita yang menikah maka ia telah meninggalkan keluarganya untuk hidup dan mengabdikan dirinya pada sang suami. Istri juga melayani dan menyenangkan istri sebagai kewajiban dan perannya dalam berumah tangga.
Oleh sebab itu, akan menjadi dosa besar apabila suami tidak memberikan nafkah kepada sang istri, sebab sudah menjadi hak seorang istri untuk di nafkahi oleh suami. Hal ini juga telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.
“seseorang cukup di pandang berdosa apabila ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya.” (H.R Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Thabrani)
-
-
Membiarkan Istri Mencari Nafkah
-
Seperti yang telah di jelaskan di atas, suami memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada sang istri, lahir dan batin. Namun tidak jarang suami yang menyuruh istrinya untuk mencari nafkah sedangkan ia hanya menunggu hasil tanpa ada alasan yang tepat untuknya tidak mencari nafkah. Rizki setiap keluarga memang bisa datang tidak hanya melalui tangan suami, rizki keluarga juga bisa daatang lewat tangan seorang istri.
Namun hal tersebut tidak boleh menjadi dasar untuk suami agar hanya bergantung pada istri dan tidak pergi mencari nafkah. Sebab suami telah di berikan kedudukan oleh Allah sebagai seorang seorang pemimpin dan kepala kelauarga yang memiliki tanggung jawab penuh atas keluarga yang ia pimpin. Sebagai mana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.
“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kamu wanita. Hal ini karena Allah SWT telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (Q.S An-Nisa : 34)
-
-
Memendam Kebencian Terhadap Istri
-
Pada umumnya, berlangsungnya sebuah pernikahan di dasari oleh adanya rasa cinta kasih antara suami dan istri. Istri merupakan seorang teman hiudp, patner dan pendamping yang akan menemaninya untuk mengarungi samudra kehidupan di sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, tidak di perbolehkan di dalam hati seorang suami terdapat rasa benci kepada sang istri.
Adanya rasa benci antara seorang suami kepada istri tentu dapat membuat hubungan rumah tangga menjadi kacau. Karena tidak mungkin sebuah pernikahan akan dapat bertahan sementara ada kebencian di dalam hubungan tersebut. Membuat kesalahan dan berbuat khilaf adalah hal yang manusiawi di mana semua orang bisa melakukanya. Maka tugas seorang suami adalah memberi maaf apabila istri melakukan kesalahan atau kekhilafan dan tidak di perbolehkan baginya untuk membenci sang istri atas perbuatan yang istri buat. Karena bagaimanapun soeang istri tetaplah teman hidup yang sudah menjadi kewajiban bagi suami untuk membimbingnya ketika ia melakukan kesalahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya.
“janganlah suami yang beriman membenci istrinya yang beriman, jika tidak menyukai satu ahlak darinya, maka dia pasti meridhai ahlak lain darinya.” (H.R Muslim)
-
-
Tidak Mau Memebantu Istri Dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah
-
Sebagai mana yang telah di jelaskan sebelumnya, suami merupakan kepala dan pemimpin keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh atas kelaurga yang ia pimpin. Hal ini juga termasuk kedalam kegiatan rumah tangga, yaitu pekerjaan rumah. Umumnya, pekerjaa rumah adalah kegiatan yang di lakukan oleh sang istri. Namun sebenarnya, pekerjaan rumah adalah tugas bagi seluruh anggota keluarga, dalam hal ini ialah suami dan istri.
Laki-laki biasanya tidak melakukan pekerjaan rumah karena ia merasa telah lelah seharian berkerja dan merasa pekerjaan rumah adalah tugas seorang istri. Hal tersebut sebenarnya keliru danti di benarkan. Suami juga memiliki tanggung jawab untuk membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagai mana Rasulullah yang telah memberi contoh dimana beliau membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagaimana dalam sebuah riwayat,
“beliau (Rasulullah SAW) membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dan jika datang waktu shalat maka beliau pun keluar untuk shalat.” (H,R Bukhari)
-
-
Mengumbar Aib Istri
-
Keluarga yang bahagia dan mendapat ridho Allah adalah keluarga yang dapat menjaga kehormatan dan menjaga aib dari keduanya agar tetap terjaga dan tidak terdengar oleh orang lain. Sebagai penanggung jawab keluarga, suami hendaknya selalu menjaga kehormatan dan aib istrinya, terutama dalam hal jimak (berubungan badan). Karena aib yang terumbar akan membuat sakit hati sang istri dan hilangnya kepercayaan istri kepada suami.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya kemudian ia menyebarkan rahasia-rahasia istrinya.” (H.R Muslim)
-
-
Berpoligami Dengan Tidak Mengindahkan Syariat
-
Pada dasarnya, melakukan poligami adalah perbuatan yang di perbolehkan dalam Agama Islam. Namun poligami tentu memiliki ketentuan-ketentuan yang dapat membuat kemaslahatan bagi orang yang melakukanya. Maka dari itu, seorang suami di perbolehkan melakukan poligami dengan catatan telah memenuhi syarat dan ketentuan syariat yang berlaku. Dan akan menjadi dosa besar apabila poligami di lakukan tidak dengan memenuhi syarat dan ketentuan syariat yang berlaku, salah satunya adalah bersikap adil.
Sebagaimana sabda firman Allah SWT dalam surat AnNisa ayat 3, yang artinya.
“kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” (Q.S An-Nisa : 3)
-
-
Baik Dengan Orang Lain Namun Bersikap Buruk Dan Menyakiti Istri Secara Fisik
-
Dalam menjalankan hubungan kelauarga, suami sebagai kepala rumah tangga hendaknya selalu memberi perhatian dengan bersikap baik kepada istri sekalipun istri melakukan kesalahan. Beberapa kasus menyebutkan tidak jarang suami bersikap buruk dan kasar pada istri namun bersikap baik kepada orang lain agar wibawanya tinggi. Dan hal ini sangat di larang dalam Agama Islam. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW, yang artinya.
“mukmin yang paling sempurna adalah mukmin yang baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (H.R Tirmidzi)
Suami juga tidak di prebolehkan ringan tangan (berbuat kasar) kepada sang istri. Sebab suami mempunyai tanggung jawab menunaikan kewajibanya untuk membahagiakan istri. Sekalipun isti telah melakukan kesalahan, suami tidak di perbolehkan untuk menyakiti istri, entah dengan bekata kasar maupun kekerasan fisik kepada istri. Suami adalah seorang kepala dan pemimpin keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk membimbing sang istri untuk tidak melakukan hal yang salah.
Sebagaimana yang di katakana Rasulullah SAW,
“hendaklah engkau memberikan ia makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah dan menjelek-jelekkanya.” (H.R Ibnu Majjah)
-
-
Meremehkan Posisi Istri
-
Suami dan istri di dalam rumah tangga tentu memiliki kedudukan dan peran yang berbeda. Suami adalah seorang imam, kepala dan pemimpin keluarga, sedangkan sang istri adalah makmu bagi sang suami. Namun istri juga menjadi kepala kelauga ketika suami tengah pergi keluar. Dan perbedaan tersebut tidak boleh di jadikan dasar sang suami untuk meremehkan peran sang istri. Sebagaimana sabda Rasul tetang keistimewaan peran istri dalam rumah tangga, yaitu.
“wanita adalah tiang negara, jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan jika wanita buruk maka negara juga akan ikut buruk”
Rumah tangga yang dapat menhadirkan kebahagiaan adalah rumah tangga yang di isi oleh rasa cinta dan kasih antara suami da istri dalam segala kondisi. Sebab cinta kasih adalah tembok pengahalang gangguan-gangguan dalam rumah tangga dan menjadi pondasi kokoh bagi setiap rumah tangga. Sebagai pemimpin keluarga, suami memiliki tanggung jawab untuk membahagiakan sang istri dan membimbingnya menuju jalan yang benar. Dan di haram kan bagi suami untuk berkata buru, bersikap buruk dan melakukan hal-hal buruk yang dapat menyakiti hati atau fisik dari istri, sekalipun istri melakukan kesalahan. Sebab kesalahan seorang istri merupakan tanggung jawab bagi seorang suami untuk membimbing dan membuat istri untuk tidak mengulangi kesalahanya.
Demikain penjelasan dari Kawan Mama mengenai dosa seorang suami terhadap istri dalam rumah tangga menurut pandangan Agama Islam. Suami yang baik adalah suami yang dapat membahagiakan istri dan membimbingnya menuju jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.
Semoga artikel ini dapat membantu dan bermanfaat. . .
Sumber :
- Swarakita
- Telisik