Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhdap Menantunya

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan sama halnya dengan mengikat hubungan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan. Hal ini juga dapat di artikan sebagai media atau langkah untuk menyatukan hubungan keluarga lelaki dengan keluarga perempuan menjadi satu keluarga besar. Artinya ketika telah menikah, pasangan suami istri tidak hanya mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru terhadap satu sama lain. Namun ia juga mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru sebagai menantu terhadap orang tua barunya, yaitu mertuanya. Sebab mertua merupakan orang tua kandung dari anak yang telah menikah dengan kita.

Tentunya, sebagai mertua memiliki hak-hak yang harus di penuhi yang harus di penuhi oleh menantunya. Sebab seorang ketika telah menikahkan anaknya dengan menantunya, maka ia memiliki hak-hak yang perlu di tunaikan oleh sang menantu kepadanya. Tentunya menantu juga pasti ingin mendapat kepercayaan dari mertua ketika telah mempersunting anak tersayangnya. Oleh sebab itu, perlu bagi sang menantu untuk memenuhi hak-hak atas orang tua dari pasangannya. Sebab hal itu dapat membbuat mertua menjadi percaya kepadanya yang membuat hubungannya dengan mertua menjadi terjaga dengan baik.

Pada dasarnya, peran mertua juga akan sangat berpengaruh kepada rumah tangga kita nantinya. Hal ini juga terkait dengan akidah dan nasab yang merupakan hal penting dalam sebuah hubungan rumah tangga. Tentunya hubungan baik dengan mertua perlu di tata dengan baik dan sedemikian apiknya. Karena hal ini juga akan di pertanggungjawabkan di kahirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 1, yang artinya.

“…Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisa : 1)

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai hak seorang mertua terhdapa menantunya. Tentunya hal ini sering kali terlintas dalam fikiran kita sebagai menantu. Dan berikut ini adalah penjelasannya.

Hak Mertua Terhadap Menantunya

  1. Mendapat Perlakuan Baik Dari Menantu

Selayaknya sesame manusia, berbuat kebaikan kepada sesame adalah kewajiban bagi setiap insan. Dalam hubungan menantu dan mertua, seorang mertua tentu memiliki hak untuk mendapat perlakuan baik dari sang menantu. Mertua juga merupakan orang tua dari pasangan kita, yang berarti ia juga merupakan orang tua kita. oleh sebab itu penting bagi seorang menantu untuk menunaikan hak mertua  untuk di perlakukan dengan sebaik-baiknya. Karena memperlakukan mertua dengan baik sama halnya dengan memperlakukan orang tua kita sendiri. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Kenal Dan Dekat Dengan Cucunya

Ketika telah menikah, tidak jarang dari pasangan suami istri memilih untuk tidak tinggal seruamh dengan orang tua dan hidup mandiri. Hal tersebut terjadi karena pasangan suami istri yang ingin hidup mandiri dan tidak mau merepotkan orangtua/mertuanya. Tanpa di sadari hal ini kadang menjadi kendala bagi mertua untuk berinteraksi dengan cucu-cucu kesayangannya. Sebab, setiap dari orang tua/mertua pasti ingin mengenal dan dekat serta menimang cucu-cucunya yang menggemaskan.

Mertua memilik hak untuk mengena dan dekat dengan cucu-cucunya. Oleh karena itu, jarak tidak dapat menajdi alasan bagi menantu untuk tidak mendekatkan mertua dengan cucunya. Menantu dapat sesekali menjenguk mertua dan mengenalkan anaknya kepada kakek neneknya. Sebab kebahagiaan dan hiburan bagi orang tua hanyalah melihat anak dan cucunya dapat tumbuh dengan sehat. Hal ini juga sebagai media untuk selalu menjaga tali silaturrahim dan hubungan baik antara mertua dan menantu. Karena Allah SWT sangat membenci orang yang memutuskan hubungan silaturrahimnya terhadap sesame. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Mendapat Bakti Dari Sang Anak (Menantu)

Selayaknya sebagaiman orang tua pada umumnya, mertua tentu memiliki hak dari sang anak (menantu) atas kebaktian mereka. Seorang anak memiliki kewajiban untuk membaktikan dirinya kepada orang tua. Dan hal ini tidak akan berubah sekalipun ia telah melangsungkan pernikahan dan telah hidup dalam keluarga baru. Karena kewajiban seorang anak akan tatap ada dan harus ia penuhi bahkan sampai orang tua meninggal dunia.

Mertua merupakan orang tua dari pasangan kita, oleh sebab itu wajib bagi seorang menantu untuk berbakti kepadanya. Sebagaimana telah di jelaskan oleh Rasuliullah SAW, Beliau bersabda.

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya, dan yang paling berhak atas lelaki adalah ibunya.” (H.R Tirmidzi)

  1. Di Hormati Oleh Menantu

Saling menghormati merupakan perintah dari ajaran islam itu sendiri. Dengan adanya rasa hormat maka hubungan baik antar sesame akan tetap terjaga. Orang tua memiliki hak untuk di hormati oleh anak-anaknya, hal ini juga berlaku bagi mertua kepada menantunya. Imam ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.44).

“Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang. Dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang mereka.”

  1. Di Muliakan Oleh Menantunya

Setiap ornag tua memiliki hak untuk di muliakan oleh anak-anaknya. Selayaknya hal tersebut, maka seorang mertua juga memiliki hak untuk di muliakan oleh menantunya. Sebab ketika telah menikah selain mendapat pasangan, maka mertua juga akan menjadi orang tua kita. Oleh sebab itu anak/menantu memiliki kewajiban baru untuk memuliakan orang tua dari pasangannya, yaitu mertua. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36, yang artinya.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapakmu, karib-kerabat, anak yatim, orang miskin tetangga dekat dan jauh teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S An_nisa : 36)

Hal ini juga berlaku dalam urusan nafkah, pada dasarnya tidak ada dalil tentang kewajiban untuk menafkahi mertuanya. Namun jika di tinjau ulang, ada perintah untuk menakahi orang tua sendiri. Mertua adalah orang tua dari pasangan kita, yang berarti merupakan orang tua kita juga. Dengan begitu berarti mertua memiliki hak untuk di nafkahi oleh anak/menantunya.

Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“sungguh sebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Mendapat Perhatian Dan Di Rawat Oleh Anak (Menantu)

Orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan merawat serta membesarkan kit dengan oenuh kasih sayang dan penuh dengan pengorbanan. Hal ini membuat kita sebagai anak memilki kewajiban yang harus kita tunaikan untuk merawat orang tua dan memberikannya perhatian serta kasih sayang dengan sebaik-baiknya. Dan mertua adalah orang tua dari pasangan kita yang tentunya telah melakukan hal yang sama untuk anaknya dan merelakan anaknay untuk menjadi milik kita. Oleh sebab itu, mertua juga memiliki hak untuk di beri kasih sayang dan perhatian oleh anak dan menantunya.

Orang tua/mertua tentu akan mengalami masa di mana tubuhnya sudah mulai lemah dan sakit. Dalam kondisi ini, peran seorang anak sangat di perlukan. Karena akan menjadi durhaka bagi seorang anak apabila orang tua sakit namun tidak merawatnya. Begitu pula dengan mertua, ia juga memiliki hak untuk di rawat oleh anak/menantunya. sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanyasudah renta atau salah seorang dari keduanya namun tidak dapat membutnya masuk surga.” (H.R Muslim)

Dari penjelasan di atas dapat di ketahui, bahwa setelah menikah maka kita tidak hanya mendapat pasangan baru, namun juga orang tua baru. Sebab tujuan lain dari pernikahan adalah menjalin hubungan kekeluargaan dari dua keluarga yang berbeda. Atas hal itu, sebagai anggota keluarg baru yang berposisi sebagai menantu, kita juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab baru untuk di tunaikan. Salah satunya adalah hak dari orangtu/mertua kita. Dengan menunaikan hak-hak tersebut dapat membuat hubungan menantu dengan mertua menjadi semakin dekat dan harmonis. Karena bagaimanapun seorang anak memiliki keutamaan untuk berbakti kepada orang tuanya dengan sebaik-baiknya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak mertua terhadapa anak/menantunya. hubungan yang baik antara menantu dan mertua merupakan salah satu kunci kebahagiaan dalam rumah rumah tangga dan pastikan bagi kita untuk menunaikannya;

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

Beberapa Dosa Mertua Terhadap Menantu

Beberapa Dosa Mertua Terhadap Menantu

Hallo Kawan Mama, Pernikahan merupakan salah satu momen penting dan kebahagiaan yang terjadi dalam hidup setiap orang. Karena selain menjadi langkah menunaikan perintah ibadah. Menikah juga berarti menyatukan hubungan antara laki-laki dan wanita menjadi satu ikatan suami istri yang di anggap sah. Namun menikah tidak hanya menyatukan hubungan antara laki-laki dan wanita menjadi satu, namun juga menyatukan kedua keluarga baik dari laki-laki maupun perempuan. Dan dalam hal ini, mertua juga memiliki tanggung jawab baru terhadap menantunya. Bahkan akan menjadi sebuat dosa bagi mertua apabila tidak menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap sang menantu.

Hubungan yang baik antara suami dan istri tentu menjadi dasar sebuah rumah tangga dapat berjalan dengan baik dan langgeng. Namun tidak jarang terjadi masalah-masalah yang menimpa sebuah keluarga yang dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri. Dan kadang masalah-masalah tersebut malah datang dari orang-orang terdekat, seperti keluarga kita atau bahkan orang tua kita.

Peran orang tua mertua dalam hubungan rumah tangga anak dan menantunya tentu mempunyai dampak yang sangat krusial. Karena setiap pandangan, perkataan dan perbuatan yang ia lakukan orangtua mertua kepada rumah tangga anaknya tentu akan mempengaruhi hubungan rumah tangga anak dan menantunya. banyak kasus terjadi dimana pernikahan yang akhirnya berakhir dengan perceraian akibat campur tangan dari orang tua mertua suami istri. kadang kala mertua dan menantu mempunyai perbedaan cara berfikir atau pandangan yang membuat keduanya tidak cocok, yang akhirnya membuat rumah tangga anak dan menantu beujung dengan perceraian. Tentu hal ini merupakan perbuatan yang salah, sebab perceraian adalah ahal yang di benci oleh Allah SWT.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai hal yang dapat menjadi dosa bagi mertua kepada menantunya. Pada dasarnya, setelah ijab nikah berlangsung, maka seketika itu juga mertua juga menjadi orang tua dari sang menantu. Dengan begitu hubungan di antara keduanya perlu di jaga dengan baik. Berikut adalah penjelasannya.

Dosa Mertua Kepada Menantu

Dosa Mertua Terhadap Menantu

  1. Menuntut Dan Memaksa Menantu Agar Sesuai Dengan Keinginan Mertua

Setiap dari orang tua pasti mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk dalam mendapatkan pasangan hidup. Orang tua pasti akan melakukan apapun dan mengaharapkan anaknya agar mendapat pasangan yang baik dan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Tentunya hal ini merupakah hal yang wajar, dan merupakan bentuk cinta kasihnya kepada sang anak. Namun hal ini tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan.

Karena pada hakikatnya, setiap manusia lahir dengan kodrat karakter yang berbeda-beda, dengan kakurangan dan kelebihannya masing-masing. Dan tidak selamanya harapan untuk mendapat menantu yang sesuai dengan apa yang kita harapkan dapat terwujud sesuai dengan apa yang kita minta. Oleh sebab itu, sikap ikhlas dan lapang perlu di tekankan dalam diri kita. Tugas seorang orang tua mertua hanya untuk mengarahkan dan membimbing anak dan menantunya agar tidak melakukan kesalahan yang dapat membuat dampak buruk pada keluarganya.

Tidak ada hak bagi mertua untuk menuntut dan memaksa menantunya agar sesuai dengan apa yang ia harapkan. Karena setiap orang memiliki cara berfikir dan langkah hidupnya masing-masing yang sudah di tentukan oleh Allah SWT. Yang perlu mertua lakukan adalah mengarahkan menantunya untuk melakukan hal yang baik, memberi nasihat dan mendoakan kebaikan agar rumah tangga anak dan menantunya dapat berlangsung dengan baik dan berjalan dengan semestinya. Mertua yang memkasa menantunya agar sesuai dengan keinginannya malah akan menjadi sebab maslah-masalah yang timbul dalam rumah tangga anaknya yang akhirnya akan berujung pada perceraian. Baiknya, mertua harus menaruh rasa percaya pada menantunya dan berserah diri pada Allah, serta mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“Allah mencatat takdir setiap mahluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (H.R Muslim)

  1. Terlalu Ikut Campur Dalam Rumah Tangga Anaknya

Sebagai pasangan suami dan istri dalam sebuah rumah tangga yang baru, tentu perlu adanya bimbingan dan arahan oleh orangtua mertua. Pasalnya orangtua mertua tentu lebih berpengalaman akan hal-hal yang menyangkut rumah tangga. Oleh karena itu anak dan menantu tentu perlu untuk di bimbing dan di arahkan agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik. Namun sadar atau tidak, mertua sering kali terlalu ikut campur dengan rumah tangga anaknya.

Pada dasarnya, ketika anak telah menikah maka tugas orangtua mertua terhadap anak menantu telah selesai. Dan segala sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga tersebut sudah merupakan tanggung jawab penuh oleh anak dan menantunya. Orang tua mertua tidak  di perbolehkan masuk keranah tersebut dengan sesuka hatiya. Mertua hanya dapat turun tangan apabila anak menantu menantunya meminta bantuan kepadanya untuk di bantu.

Tentunya setiap orangtua mertua mempunyai batasan dan ruang anak menantu yang tidak boleh ia sentuh masuki seenaknya saja. Namun ia tetap memiliki kewajiban untuk mengingatkan dan memberi nasihat yang baik untuk anak dan menantunya. Karena campur tangan dari mertua yang berlebihan dapat membuat menantu merasa tidak di hargai sebagai dalam keluarganya sendiri.

  1. Merendahkan Menantu

Menikah tentu merupakan jalan bagi seorang laki-laki dan wanita untuk mendapatkan kebahagiaan dalam sebuah hubungan rumha tangga. Dan setiap awal dari berjalannya sebuah rumah tangga tidak semuanya akan berjalan dengan lancar dan mulus. Pastinya ada saja kendala-kendala yang mengganggu jalannya rumah tangga yang di sebabkan oleh kurangnya pengalaman atau hal lain sebagainya.

Sebagai orang tua, pasti mengharapkan agar mendapat menantu yang baik dan sesuai dengan harapannya. Namun tidak selalu dari apa yang di harapkan oleh kita dapat terkabul begitu saja. Kadang mertua mendapati menantu yang kurang sesuai dengan apa yang ia harapkan. Dan hal ini bisa menjadi sebab mertua tidak senang terhadap menantunya. Padahal setiap dari menantu adalah pasangan dari anaknya, yang berarti menantu juga telah menjadi anaknya. maka dari itu, perlu bagi mertua untuk menerima menantunya dengan ikhlas dan lapang dada.

Pada hakikatnya, setiap orang lahir dan tumbuh dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing yang sudah di tentukan oleh Allah SWT. Dan setiap insan dengan beberapa kekurangan maka ada beberapa kelebihan pula dalam dirinya. Tugas mertua adalah untuk mendukung dan memotivasi menantunya dengan sepenuhnya, dan berdoa yang terbaik bagi anak dan menantunya.

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, tidak terkecuali mertua atau bahkan menantu. Apabila menantu melakukan kesalahan, maka sudah menajdi kewajiban bagi mertua untuk menasihatinya agar dapat memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Akan menjadi dosa apabila mertua malah merendahkan dan menjelek-jelekkan menantu atas kesalahan yang telah di perbuat. Tentu hal tersebut dapat membuat menantu menjadi malu dan sakit hati dan bukan tidak mungkin hal tersebut dapat berdampak pada hubungannya dengan pasangannya.

Mertua juga memiliki tugas untuk merahasiakan aib menantu ataupun anaknya. Bukan malah mengumbar dan menjelek-jelekannya di muka umum. Karena hal tersebut murni merupakan penghinaan bagi menantunya yang akan membuat ia sakit hati kepada sang mertua.

Bagaimanapun pribadi seorang menantu, wajib bagi mertua untuk mendukung dengan apa yang menantu lakukan, karena hal itu pasti bertujuan untuk membahagiakan pasanganya. Tugas mertua kepada menantunya, hanya sekedar mengingatkan, menasihati, membimbing dan membantu menantu jika di minta olehnya. Batasan-batasan tersebut sebaiknya di patuhi dan tidak di sentuh, dan dukungan dari mertua tentu menjadi motivasi bagi sang menantu untuk menjadi lebih baik lagi.

Penutup

Mertua adalah seorang orang tua biasa yang pastinya mengharapkan agar anaknya mendapat pasangan hidup yang dapt bertanggung jawb dan membahagiakannya. Karena bagaimanapun kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orang tua. Mertua memiliki batasan-batasan di mana ia tidak boleh terlalu ikut campur dalam rumah tangga anak dan menantunya. setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda, apabila orang mertua mendapati menantu yang tidak sesuai dengannya, maka tugasnya adalah menerima dengan lapang dan ikhlas. menantu tentu perlu do’a dan bimbingan serta dukungan dari mertua sebagai tambahan dorongan motivasi baginya dalam menajalankan rumah tangganya agar berjalan dengan baik. Allah Berfirman Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 23, yang artinya.

“dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu. Dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lekaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan menkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) dan maha mengetahui.” (Q.S An-Nur : 32)

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai dosa mertua kepada menantu. Kunci dari keluarga bahagia adalah terjaganya hubungan komunikasi dan interkasi yang baik antar suami dan istri, serta dengan orang tua dan keluarganya dengan baik.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Topmedia
Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

Hallo Kawan Mama, Menikah adalah jalan bagi pasangan laki-laki dan wanita dalam menjalankan ibadah yang telah di perintahkan oleh Allah SWT. Dengan menikah, maka pasangan laki-laki dan wanita sudah sah untuk hiudp besama dan terhindar dari perbuatan zina. Ketika telah melangsungkan pernikahan, dengan maksud menyatukan laki-laki dan wanita menjadi pasangan suami dan istri. Juga menyatukan dua keluarga yang berbeda dalam satu ikatan kekeluargaan di mana hal ini membuat sang mertua (orang tua dari pasangan) memiliki kewajiban terhadap sang menantu.

Setelah menikah, maka seorang suami dan istri akan hidup dalam sebuah rumah tangga yang baru. Suami juga akan mendapat orangtua baru dari sang istri. dan sebaliknya, istri juga akan mendapat orangtua baru dari sang suami. Oleh karena itu, penting bagi seorang menantu untuk bersikap baik dab berbakti kepada mertuanya. Sebab, mertua adalah orangtua dari pasangan kita yang rela melepaskan anak tersayangnya untuk kita pinang. Mereka yang telah merawat dan membesarkan pasangan kita sampai sekarang. Dan sudah menjadi kewajiban menantu untuk membalas kebaikan mertuanya dengan baerbakti kepada mertuanya.

Berjalanya sebuah hubungan rumah tangga menantu tentu tidak lepas dari peran orangtua dan mertua. Karena mertua pasti akan punya andil dan saling berinteraksi dengan menantunya. Tentu hubungan baik antara menantu dan mertua perlu di tekankan agar rumah tangga dari menantu dapat berjalan dengan semestinya. Dalam sebuah rumah tangga dari menantu dan anaknya, mertua tentu memiliki kewajiban-kewajiban yang perlu ia tunaikan kepada anak dan menantunya. Hal ini bertujuan agar rumah tangga anaknya dapat berjalan dengan baik.

Pada tulisan lalu Kawan Mama telah membahas mengenai kewajiban seorang menantu terhadap mertua. Dan pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai kewajiban mertua kepada menantunya. Berikut adalah penjelasannya.

Kewajiban Orangtua Kepada Menantu

Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

  1. Memberi Kasih Sayang

Dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan umat-Nya untuk saling menyanyangi antar sesama umat. Allah SWT berfirman dalam surat Maryam ayat 96, yang artinya/

“sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” (Q.S Maryam : 96)

Dari ayat tersebut, dapat di ketahui bahwa sebagai umat Islam wajib bagi kita untuk saling mengasihi antar sesama. Seorang mertua memiliki kewajiban untuk memberikan cinta kasihnya kepada menantu selayaknya anaknya sendiri. Sebab menantu adalah pasangan sah dari anaknya yang nantinya akan melahirkan dan menjadi keturunan serta penerusnya. Oleh sebab itu wajib bagi mertua untuk selalu menyayangi menantunya.

Hubungan mertua dan menantu tentu menjadi bagian penting dari berjalannya rumah tangga, sebab ketika hubungan mertua dan menantu buruk maka tentu hubungan rumah tangga menantunya juga dapat terganggu. Baiknya sebagai mertua baiknya menyadari bahwa menantunya adalah sebaik-baiknya jodoh dari anaknya yang telah di pilih oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, mertua wajib menyayangi menantunya layaknya ia menyayangi anaknya sendiri.

  1. Hubungan Yang Baik

Sebuah hubungan yang baik anatara mertua dengan menantu tentu menjadi faktor penting agar rumah tangga anaknya dapat berjalan dengan baik. Pasalnya, banyak kasus terjadi di mana hubungan mertua dan menantu yang tidak baik yang kemudian mengganggu jalannya rumah tangga sang menantu yang berakhir pada perceraian. Perlu untuk di sadari oleh mertua, bahwa kodrat dari setiap manusia lahir dan tumbuh dengan karakter yang berbeda-beda. Dan jika mertua mendapat menantu yang tidak sesuai dengan harapan atau beda pemikiran dengannya, maka ia wajib untuk menerimanya dan tetap memberikan cinta kasihnya.

Tidak selamanya rumah tangga sang anak tinggal serumah dengan orangtuanya, maka orangtua perlu memberi perhatian lebih kepada anak dan menantunya. Mertua juga dapat sekali-kali berkunjung kerumah menantu, menyapa, menanyakan kabar dan melihat cucu-cucunya. Tentu hal tersebut akan membuat hubungan antara menantu dan mertua menjadi lebih dekat dan harmonis.

  1. Memberi Nasihat Dan Petuah

Sebagi orangtua, tentu lebih paham dan mempunyai segudang pengalaman kehidupan yang dapat ia ceritakan dan ajarkan pada menantunya. Hal tersebut dapat menjadi bekal bagi menantu dalam menjalankan rumah tangganya agar dapat berjalan dengan semestinya. Tentunya sebagai orang yang lebih muda, menantu perlu di bimbing dan di arahkan dalam urusan rumah tangga, baik dalam Agama, atau hal-hal lainya.

Mertua juga dapat membantu menantunya seperti mengajari memasak, mengajari cara merawat bayi, mengajari cara menjadi imam yang baik dan hal lain sebagai bekal menjalankan rumah tangga menantu. Dengan mengajari menantu sesuatu hal yang baik, maka ilmu dari mertua dapat bermanfaat dan dapat menjadi amal jariyahnya kelak.

  1. Tidak Terlalu Ikut Campur Dan Mengekang Menantunya

Pada dasarnya, setelah sang anak menikah, maka tanggung jawab dari orangtua kepada anaknya akan terlepas dan berpindah kepada menantunya. Dan tentunya dalam menjalankan rumah tangga, setiap insan memiliki cara masing-masing. Dan sebagai mertua tidak di perbolehkan untuk mengatur dan memaksa rumah tangga anaknya agar sesuai dengan keinginannya. Hal ini tentu akan mengganggu dan membuat tidak nyaman rumah tangga anak dengan menantunya.

Tidak jarang terjadi, mertua merasa lebih tahu tentang kehidupan yang pada akhirnya terlalu ikut campur dan memaksa rumah tangga anaknya agar sesuai dengan kemauannya. Hal ini tentu merupakan hal yang salah sebagai mertua. Peran dan tugas mertua hanyalah mengarahakan dan memberi nasihat kepada anak dan menantunya di dalam berumah tangga. Sehingga anak dan menantu tidak akan merasa terkekang dan merasa aman karena perhatian yang di berikan oleh sang mertua.

  1. Menghargai Dan Menghormati Menantu

Menghargai dan memnghormati sesama adalah sebuah kodrat dari sesama manusia agar tercipta hubungan yang harmonis. Hal ini juga berlaku pada mertua kepada menantu. Meskipun menantu jauh lebih muda darinya, mertua tetap wajib untuk menghormati menantunya. Ia dapat memerlakukan menantuinya dengan perlakuan yang baik, memberikan perhatian, memberi nasihat dan hal baik lainya sebagai tanda hormatnya kepada menantu.

Setiap dari apa yang di lakukan menantu tentu perlu di apresiasi oleh sang mertua, terlebih jika itu sebuah bentuk baktinya kepada mertuanya. Sebab, seorang menantu pastilah ingin selalu terlihat baik dan berguna serta bermanfaat bagi mertuanya. Meskipun hal yang di lakukan oleh menantu terkesan sepele, namun wajib bagi mertua untuk menhargai hal tersebut selama hal tersebut adalah hal yang baik.

  1. Tidak Pilih Kasih

Pada dasarnya, setiap menantu merupakan pasangan dari anak kita, maka dari itu menantu juga berarti anak kita. Dan tidaklah baik bagi mertua apabila memberikan perlakuan yang berbeda dengan anak-anaknya, atau bahkan dengan menantunya yang lain. Berbuat adil dan memperlakukan menantu tanpa tanpa membeda-bedakan adalah tugas yang harus di lakukan oleh mertua kepada menantunya. Sekalipun menantu memiliki tidak seusai dengan apa yang ia harapkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 90, yang artinya.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan keoada kerabat. Dan Allah melarang perbuatan keji serta permusuhan.” (Q.S An-Nahl : 90)

  1. Menutup Aib/Keburukan

Pada hakikatnya, tidak ada manusaia yang lahir dengan sempurna, karena kesumpurnaan hanya milik Allah SWT semata. Tidak jarang terjadi bahwa mertua mendapat menantu yang tidak seusai dengan apa yang ia harapkan dan kadang mempunyai kekurangan. Sesekali manantu juga bisa melakukan kesalahan-kesalahan.

Dan perang seorang mertua adalah mengarahkan dan membimbing menantu agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi. Mertua juga harus merahasiakan apa yang menjadi aib bagi kelurga anaknya dan jangan sampai mengumbarnya atau bahkan menjelek-jelekkannya. Sebab itu merupakan perbuatan tercela dan dosa baginya sendiri.

  1. Menjadi Contoh Dan Teladan

Setiap orangtua pasti menjadi figure bagi setiap anak-anaknya dan hal ini juga berlaku bagi mertua. Setiap langkah dari sang mertua tentu akan menjadi perhatian bagi sang menantu yang nantinya akan ia terapkan dalam kehidupan rumah tangganya. Oleh sebab itu, mertua mempunyai tanggung jawab untuk menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anak dan menantunya.

  1. Membantu Dan Mengarahkan

Tugas dari orangtua lainya adalah memabantu rumah tangga sang anak dan menantu agar dapat berjalan dengan semestinya. Sebab orangtua pasti memiliki pengalaman yang lebih dalam berumah tangga jika di bandingkan dengan anak dan menantunya. Anak dan menantu tentu belum berpengalaman dalam mengahdapi tugas dan kewajibannya dalam berumah tangga. Sehingga peran orangtua/mertua sangat di butuhkan dalam rumah tangga anak dan menantunya.

Selain membantu,mertua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengajarkan anak dan menantunya untuk belajar hidup mandiri sebagai pasangan suami istri dalam berumah tangga. Tentu hal ini dapat menjadi bekal bagi keduanya dalam menjalankan bahtera rumah tangganya. Terlebih karena ketika orangtua/mertua telah meninggal, maka keduanya harus dapat menghadapi permasalahan rumah tangganya sendiri.

  1. Mengingatkan Dan Mengajarkan Ilmu Agama

Tugas dan kewajiban orangtua kepada anaknya antara lain juga mengajarkan anaknya ilmu Agama. Hal ini juga berlaku bagi mertua kepada menantunya, karena menantu adalah pasangan hidup dari anaknya. Maka selayaknya ia mengajarkan ilmu Agama pada anaknya, ia juga wajib mengajarkan ilmu pada menantunya. Karena hal tersebut tentu akan berdampak baik pada keluarg anak dan menantu di masa mendatang.

Selain mengajarkan ilmu Agama, mertua juga memiliki kewajiban untuk mengingatkan pada menantunya. seperti halnya ketika menantu lalai dengan tugas dan kewajibannya pada pasangannya. Atau lalai terhadap Agama dan tuhannya, maka hal tersebut merupakan hal penting bagi seorang mertua. Hal-hal baik yang di ajarkan kepada anak dan menantu tentu akan menjadi bekal bagi mereka berdua dalam menajalankan rumah tangganya.

Pada dasarnya, seorang menantu adalah seseorang asing yang telah menjadi menantunnya ketika ia telah menikah dengan anaknya. Hal tersbut juga berarti bahwa ia telah menjadi anaknya dan merupakan bagian dari keluarga besarnya. Maka dari itu, mertua memiliki kewajiban-kewajiban yang harus ia tunaikan kepada menantunya. Karena hal ini dapat akan berdampak pada kelangsungan hidup rumah tangga anaknya dengan menantu, serta kelangsungan hidup cucu-cucunya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai Kewajiban Mertua Kepada Menantunya. menantu adalah pasangan dari anak mertua, oleh sebab itu mertua perlu memperlakukan menantu selayaknya ia memperlakukan anaknya sendiri.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • DalamIslam
Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Hallo Kawan Mama, Setiap mahluk hidup di ciptakan oleh Allah SWT dengan berpasang-pasangan, termasuk dengan manusia. Menikah adalah sala satu perintah dari Allah SWT sebagai jalan ibadah dan mendekatkan diri bagi setiap manusia. Maka dari itu setiap laki-laki dan wanita di perintahkan untuk melangsungkan pernikahan apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Perintah untuk melangsungkan pernikahan tidak lain untuk mengikat hubungan antara laki-laki dan wanita dalam sebuah ikatan yang sah dan menghindari dari perbuatan zina. Tujuan lain dari menikah yaitu untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus keluarga dan sebagai penerus umat ber-Agama. Dan ketika telah menikah nanti, menantu ada kewajiban bagi seorang menantu terhadap mertuanya yang juga telah menjadi orang tuanya.

Ketika telah melangsungkan pernikahan, maka suami dan istri akan hidup dalam keluarga baru. Artinya, suami akan menjadi bagian dari keluarga sang istri, dan istripun akan menjadi anggota keluarga dari keluarga suaminya. Tentunya, dalam sebuah keluarga baru tersebut suami dan istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang baru pula. Tidak hanya sebatasa kewajiban dan tanggung jawab pada pasangan. Ketika telah menikah, maka suami/istri memiliki peran baru sebagai anak/menantu dari keluarga pasanagannya. Yang tentunya juga mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab baru sebagai menantu kepada mertuanya.

Sebagai menantu, tentu kita berfikir tentang bagaimana bersikap baik kepada mertua. Jangan sampai kehadiran kita dalam keluarga tersebut menjadi penyebab hubungan keluarga tidak harmonis. Oleh sebab itu, sebagai menantu perlu untuk bersikap baik kepada mertua kita.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai kewajiban menantu terhadap mertuanya. Karena beberapa dari kita pasti masih bingung dan belum mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai menantu kepada mertua. Tentunya kewajiban tersebut perlu di di ketahui dan di amalkan agar hubungan menantu dengan mertua menjadi harmonis. Berikut adalah penjelasannya.

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

  1. Menganggap Dan Memperlakukan Mertua Layaknya Orangtua Sendiri

Pada dasarnya, mertua adalah orangtua dari pasangan kita. Artinya, ketika telah menikah maka mertua juga menjadi orangtua kita sendiri. Oleh karena itu, wajib bagi menantu untuk memperlakukan mertua selayaknya memperlakukan orangtua sendiri dengan sebaik-baiknya. Sebab mertua adalah orangtua yang melahirkan, merawat dan membesarkan pasangan kita sedari kandungan sampai sekarang.

Menantu wajib menganggap dan memerplakukan mertua layaknya ia memperlakukan orangtuanya sendiri. Memberikan kasih sayang dan perhatian layaknya kepada orangtua sendiri. Sebab memperlakukan mertua dengan baik sama halnya seperti berbakti kepada orangtua sendiri. Dan berbakti kepada orangtua adalah jalan jihad dan menjadi sumber pahala bagi sang anak/menantu.

  1. Bersikap Baik Kepada Mertua

Menjadi menantu berarti juga mejadi anak dari sang mertua. Dan bersikap baik kepada mertua tentu merupakan sebuah keharusan bagi menantu. Sebab mertua telah merelakan dan mengizinkan anak tersayangnya di ambil oleh orang lain. Karenanya, penting bagi setiap menantu untuk selalu bersikap baik, santun, lemah lembut dan cita kasih kepada mertuanya. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Merawat Layaknya Merawat Orangtua Sendiri

Ketika mertua telah beranjak menua atau mengalami kondisi yang tidak sehat, maka menantu mempunyai kewajiban untuk ikut merawatnya. Terutama bagi menantu perempuan, sementara sang suami tengah pergi mencari nafkah maka ia wajib untuk merawat mertuanya seperti ia merawat orangtuanya dengan baik. Sungguh itu merupakan sebuah bakti seorang anak kepada orangtuanya sendiri dan menjdi lading pahala baginya. Tentunya hal tersebut akan membuat suami lega dan bengga kepada istri dan semakin sayang kepadanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 14, yang artinya.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Al-Luqman : 14)

  1. Memperkenalkan Dan Mendekatkan Anak Kepada Kakek/Neneknya

Umumnya, setelah menikah pasangan suami istri akan hidup pada lingkungan baru. Entah ikut keluarga suami atau ikut keluarga istri atau bahkan hidup mandiri. Dalam hal ini, ketika pasangan suami istri telah di karuniai seorang anak, maka sebaiknya kenalkan anak kita dengan kakek/neneknya.

Dan pastinya seorang mertua ingin melihat dan menimang cucu dari anak-anaknya. Karena itu juga merupakan sumber kebahagiaan bagi mertua kita. Sebab kebahgiaan dan hiburan yang bisa membuat mertua senang adalah melihat anak dan cucunya sehat dan tumbuh besar. Hal ini tentu sebagai bagian dari mempererat silaturhami dan berhubungan baik dengan mertua merupakan hal yang perlu di jaga dengan baik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Memberi Nafkah Dan Membantu Mertua

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada istrinya. Namun apakah ia juga wajib memberi nafkah kepada mertuanya?. Pertanyaan ini tentu sering kali muncul dalam benak kita sebagai menantu. Tidak ada kewajiban bagi seorang istri untuk memberikan nafkah kepada orangtua mertuanya. Namun ia memiliki kewajiban untuk menafkahi orangtuanya sendiri. Menantu juga memiliki tanggung jawab untu membantu mertua, entah dalam bekerja atau dalam pekerjaan rumah tangga.

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada orangtuanya, yang berarti ia juga memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada mertuanya. Sebab mertua juga merupakan orangtua dari pasangannya, dengan catatan bahwa ia telah memberikan hak nafkah kepada istri terlebih dahulu. Sebagai mana telah di di riwayatkan oleh Aisyah r.a, Rasulullah pernah bersabda.

“sungguhsebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

Dari hadis tersebut dapat di ketahui, bahwa orangtua/mertua mempunyai ha katas nafkah dari anak/menantunya, karena itu adalah bagian dari usahanya juga. Seorang istri dapat memberi nafkah apabila menggunakan hartanya sendiri atau menggunakan harta suami atas seizing suaminya.

  1. Menjaga Tali Silaturrahim Dan Merekatkan Hubungan Kedua Keluarga

Dasar dari pernikahan adalah membentuk sebuah keluarga dan menyatukan kedua keluarga dalam satu ikatan kekeluargaan.  Artinya, menikah juga menyatukan keluarga yang berbeda (keluarga suami dan keluarga istri) menjadi satu ikatan kekeluargaan. Oleh karena itu, penting bagi menantu untuk menjadi perantara terjalinya ikatan silaturrahim yang baik antar kedua keluarga. Tidak jarang terjadi di mana menantu dan mertua memilki perbedaan pandangan dan pemikiram yang membuat keduanya tidak cocock. Namun hal ini perlu kembali di luruskan, seorang menantu tentu perlu bersikap baik dan menjaga hubungan baiknya dengan mertua. Meskipun berbeda pemikiran dan pandangan, menantu tetap wajib menjaga hubungan baiknya dengan sang mertua. Sebagaiman telah di sampaikan Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Orang yang menyambung silaturrahim itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin. Akan tetapi orang yang menyambung silaturrahim ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun Alaih)

  1. Mengingatkan Dalam Kebaikan

Tugas dan tanggung jawab seorang umat berAgama Islam adalah saling mengingatkan dalam kebaikan kepada sesama. Karena itu merupakan sebuah kewajiban dan perintah dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Mertua pasti telah mengalami banyak pengalaman dan asam garamnya kehidupan. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan melakukan kesalahan lagi, dan wajib bagi menantu untuk mengingatkan sang mertua. Begitupun sebaliknya. Mertua dengan segala pengalaman hidupnya tentu perlu mengingatkan dan menasihati menantu apabila melakukan kesalahan.

  1. Tidak Menghalangi Pasangan Untuk Berbakti Kepada Orangtua

Bagi setiap pasangan yang telah menikah, maka prioritas yang utama adalah kepada pasnagannya. Namun seorang suami tetap memiliki tanggung jawab untuk berbakti dan mengutamakan orangtuanya, sebab ia adalah penerus dan harapan orangtuanya. Sedangkan bagi istri, berbakti pada suami adalah hal utama yang harus ia tunaikan. Karena setelah menikah, seorang istri sepenuhny merupakan tanggug jawab dari sang suami. namun istri tetap dapat berbakti kepada orangtuanya setelah berbakti kepada suami dan mendapat izin dari sang suami.

Dan tidak ada hak katas keduanya untuk saling mengalangi satu dengan lainya untuk berbakti kepada orangtuanya. Dalam hal ini, suami dan istri memiliki tugas baru untuk berbakti kepada mertua yang pada dasarnya telah menjadi orangtuanya. Dengan begitu, hubungan kekeluargaan antar menantu dan mertua dan besan antar besan(mertua) akan berjalan dengan baik dan menjadi harmonis.

  1. Mendoakan Mertua

Mendoakan kebaikan kepada sesama merupakan hal baik yang telah di perintahkan Allah SWT kepada umat Islam. Bagi seroang menantu, tentu memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan mertuanya. Sebab, mendoakan mertua sama halnya mendoakan orangtua sendiri dan menjadi bagian dari jalan berbakti kepada mertua(orangtua). Sekalipun mertua telang meninggal dunia, menantu tetap wajib untuk mengirim doa kepada mertuanya. Sebab do’a yang baik dari anak (menantu) dapat memudahkannya di akhirat.

  1. Memuliakan Mertua

Sebagai seorang anak, tentu memiliki kewajiban untuk memuiakan kedua orangtua dan hal ini juga berlaku setelah kita menikah. Setelah menikah maka kita juga akan mendapatkan orangtua baru dari pasangan kita. Dan ini menjadikan kita sebagai menantu untuk memuliakan mertua kita dengan sebaik-baiknya. Ada banyak cara untuk kita memulikan mertua, bisa dengan memberi perhatian, bertutur kata yang baik, bersikap santun, membantu pekerjaan, memberi nafkah dan melakukan kebaikan lainya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang artinya juga menjadi orangtua kita, dan wajib bagi seorang anak untuk memuliakan orangtuanya.

Pada dasarnya, orangtua dari pasangan kita merupakan orangtua kita juga. Sebab pernikahan adalah jalan menyatukan hubungan silaturrahim dua keluarga menjadi satu ikatan kekeluargaan. Dan dari penjelasan di atas, dapat di pahami bahwa menantu juga memiliki kewajiban untuk di tunaikan kepada mertua. Selayaknya berbakti kepada orangtua sendiri, menantu juga memiliki tugas untuk berbakti kepada orangtua (mertua) pasangannya dengan sebaik-baiknya.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai kewajiban seorang menantu kepada mertuanya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang berarti juga menjadi orangtua kita. Dan wajib bagi kita untuk menunaikan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang anak (menantu) kepada orangtua (mertua).

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • DalamIslam
  • Sahabatyatim
Tugas Seorang Anak Dalam Keluarga

Tugas Seorang Anak Dalam Keluarga

Hallo Kawan Mama, Di dalam sebuah keluarga, kehadiran seorang buah hati merupakan sebuah hal yang menjadikan keluarga menjadi lengkap dan sempurna. Karena bagaimanpun, seorang anak adalah sumber kebahagiaan dari setiap orang tua yang menjadikan orang tua semakin termotivasi untuk menjalani kehidupannya. Karena kehadiran anak di dalam sebuah keluarga dengan segala tingkahnya yang membuat orang tua tersenyum bahagia dan tidak jarang juga membuat orang tua menjadi kesal dan geram. Nanmun terlepas dari itu semua, ada juga tugas seorang anak dalam keluarga yang juga menjadi tanggung jawab dan perlu untuk di laksanakan.

Namun atas apapun yang di lakukan dari setiap tingkah laku anak, hal itu akan membuat suasana keluarga menjadi lebih berwarna. Dan di dalam rumah tangga, setiap dari anggota keluarga memiliki peran dan tugasnya masing-masing, termasuk juga sang anak. Seorang anak pada dasarnya memiliki peran dan tugas pening sebagai bagian dari anggota keluarga. Namun, tentu peran seorang anak tidaklah sama dengan peran orang tuanya. Sebab seorang anak memiliki kedudukan dan daya kemampuan dan kekuasaan yang berbeda dengan orang tuanya.

Meskipun di berada di posisi sebagai anggota keluarga yang terkecil, namun seorang anak tidak dapat menyepelekan tugasnya sebagai bagian dari anggota keluarga. Karena bagaimanapun orang tua mempunyai tanggung jawab atas kelangsungan hidup dari sang anak. Maka wajib bagi sang anak untuk melaksanakan tugs-tugasnya dengan sebaik-baiknya agar keseimbangan sebuah keluarga tetap terjaga. Juga sebagai balasan atas pemberian kasih sayang, kehidupan yang layak dan segala pengorbanan yang telah di lakukan oleh orang tua kepada sang anak.

Seorang anak adalah harapan dari orang tua yang menjadikan seorang anak harus berbakti kepada orang tua serta membahagiakannya. Jangan sampai kita membuat orang tua kita kecewa, sedih, menangis dan sakit hati karena perbuatan yang telah kita lakukan. Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai tugas seorang anak sebagai bagian dari anggota keluarga. Berikut ini Kawan Mama sajikan,

Tugas Seorang Anak Di Dalam Sebuah Rumah Tangga

Tugas Seorang Anak

Apasih yang menjadi tugas kita sebagai seoran anak di dalam sebuah keluarga?. Sudahkah kita melaksanakan peran dan tugas kita sebagai seorang anak dalam sebuah keluarga?. sudahkah kita membahagiakan orang tua kita?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu untuk kita resapi dan cermati dengan seksama. Sebab anak adalah sumber kebahagiaan dari orang tua, di mana orang tua telah melakukan segala hal dan pengorabanan agar anak mendapat kehidupan yang layak dan hidup bahagia.

  1. Taat Dan Patuh Kepada Orang Tua

Tugas seorang anak yang paling utama dalam sebuah keluarga adalah taat dan patuh kepada orang tua. Karena bagaimanapun, seorang anak adalah seorang anggota keluarga tang terkecil dan seorang makmum atas orang tuanya. Seorang anak tentu belum memiliki pengetahuan dan pengalaman, oleh sebab itu wajib baginya untuk taat dan mematuhi orang tuanya. Perintah dari orang tua pastinya dengan maksud dan tujuan untuk terciptanya kebahagiaan untuk anak-anaknya. Sebab, anak yang tidak patuh kepada orang tua merupakan dosa yang akan membuat anak menjadi durhaka kepada orang tua dan di laknat Allah SWT.

Seiring bertumbuhnya sang anak menjadi dewasa, anak akan mulai terbentuk pola fikirnya sendiri. Yang menjadikanya dapat menentukan dan mengeluarkan pendapat yang kadang tidak sama dengan orang tua. Perlu di ketahui, seorang anak wajib untuk taat dan patuh kepada orang tua sekalipun anak telah dewasa dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Sebagai orang tua, tentu juga harus sadar dan menghadapi anak dengan bijak kala sang anak mengeluarkan pendapatnya akan sesuatu hal. Karena itu akan membuat anak menjadi lebih terbuk kepada orang tua dan lebih percaya diri untuk berbicara.

  1. Belajar Dengan Rajin

Selain taat dan patuh kepada orang tua, seorang anak juga wajib untuk selalu belajar dengan rajin. Bukan hanya sebatas memenuhi kewajiban sebagai anak, namun perintah untuk belajar juga telah di wajibkan dan di serukan di dalam Agama. Dengan begitu, belajar dengan rajin tentu harus di lakukan oleh setiap anak dengan sebaik-baiknya. Dan anak yang rajin belajar tentu akan membuat orang tua menjadi senang dan bahagia melihat anak yang ia bangga-banggakan.

Seorang anak hendaknya tidak hanya mempelajari satu dua hal, karena banya hal yang sebaiknya ia pelajari sebagi bekal hidupnya kelak di masa depan. Seperti halnya belajar ilmu agama sebagai pedoman hidup dan bekal bagin anak untuk berbakti kepada orang tua. Belajar ilmu umum,Bahasa, komunikasi dan ilmu lain yang baik agar dapat menjadi anak yang berguna bagi orang tua, nusa, bangsa dan Agama. Karena bagaimanapun, membuat bangga orang tua merupakan salah satu cara berbakti dan membahagiakan orang tua.

  1. Menghormati Anggota Keluarga Lain Dan Menjaga Nama Baik Serta Memuliakan Orang Tua

Umumnya, manusia akan mengjjormati seuatu yang deka dengannya atau telah memberikan sesuatu atau atau yang seseorang yang lebih tua darinya. Atas segala alasan yang ada, wajib bagi anak untuk menghormati dan menjaga nama baik dari kedua orang tuanya serta saudara-saudaranya. Hal ini dapat menjadi cara bagi sang anak untuk memuliakan orang tuanya dengan cara yang baik.

Anak memliliki tugas dan tanggung jawab untuk berprilaku dan berinteraksi dengan baik kepada orang tua dan saudara-saudaranya, termasuk juga dalam bersosialisasi dalam bermasyarakat. Sebab apapun tingak laku dan perbuatan yang telah anak lakukan akan berdampak [ada citra dari anggota keluarganya yang lain, terutama sang ayah. Anak yang melakukan perbuatan buruk tentu akan mencoreng nama baik kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Dan anak yang berprilaku baik bahkan mendapat prestasi tentu akan membuat baik anam kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

  1. Membantu Orang Tua

Dalam setiap langkah dan hal yang di lakukan orang tua pasti memiliki maksud dan tujuan baik untuk keluarganya, terutama kebahagiaan hidup anak-anaknya. Sebab, orang tua memiliki tanggung jawab atas kelangsungan hidup anak-anaknya yang menjadikan beban pada pundaknya semakin berat. Oleh sebab itu, kehadiran seorang anak di dalam sebuah keluarga, selain sebagai pelengkap dan kebahgiaan, anak juga memiliki tugas untuk membantu apa yang di lakukan oleh orang tuanya.

Sebab, dengan membantu aktivitas dan pekerjaan orang tua dapat membuat ringan beban-beban yang ada pada beban kedua orang tua. Anak dapat membantu meringannkan beban orang tua mulai dari hal-hal yang terkecil dan dan ringan seperti mengurus kebutuhannya sendiri. Seperti (mebersihkan kamar,mencuci baju), membantu pekerjaan rumah (bersih-bersih, menyapu, mencuci piring atau memasak). Anak juga dapat meringankan orang tua dengan memberikannya perhatian, seperti menyuguhkan minuman, menawarkan pijit, atau hal lain yang dapat membuat hati orang tua senang dan damai.

  1. Medoakan Kebaikan Kepada Orang Tua

Selain hal-hal di atas, seorang anak menajalankan tugas yang tak kalah penting, yaitu mendoakan kedua orang tuanya. Berbakti kepada orang tua juga berarti anak harus selalu medoakan kebaikan bagi orang tuanya. Seperti agar orang tua tetap sehat selalu, umur panjang dan berkah serta di limpahkan rizki bagi kedua orang tuanya. Terlebih jika orang tuanya telah meninggal dunia, karena doa dari seorang anak dapat menyelamatkan orang tua dari siksa api neraka dan membantu mengantarkan anak menuju surge.

Pada dasarnya, tugas dari seorang anak sebagai anggota dari sebuah keluarga adalah untuk berbakti pada orang tua dengan sebaik-baiknya. Sebab orang tua telah memberikan segalanya dan mengorbankan jiwa raganya hanya untuk kebahagiaan sang anak. Seperti halnya pepatah pernah mengatakan, “Kasih orang tua kepada anaknya sepanjang hayat, kasih seorang anak kepada orang tua hanya sepanjang galah”. Apapun yang telah di lakukan anak, tidak akan cukup untuk membalas apa yang telah di lakukan dan di berikan orang tua kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu wajib bagi seoran anak untuk berbakti dan selalu mendoakan kebaikan bagi orang tuanya.

Demikan pembahasan dari kawan mama mengenai tugas seorang anak kepada orang tua di dalam sebuah keluarga. Tidak ada seorangpu yang dapat mengalahkan dan melebihi cint kasih kedua orang tua kepada anaknya. Semoga kita dapat berbakti dan membahagiakan orang tua kita dengan sebaik-baiknya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Orami
  • Popmama

Hak Seorang Anak Menurut Wahbah Zuhailiy

Hak Anak Menurut Wahbah Zuhailiy

Hak Seorang Anak

 

Hallo Kawan Mama,

Agama Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk selalu memberikan cinta kasih kepada sesama, dan memerintahkan untuk melaksanakan apa yang sudah menjadi tanggung jawab dan kewajibannya. Selain dalam hal ibadah maghdah (fardhu), Agama Islam juga memperhatikan hal-hal lain terkait yang apa terjadi pada pemeluknya, begitu pula dengan hubungan rumah tangga. Karena pada dasarnya, pernikahan adalah jalan ibadah yang di tempuh oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk mengikat hubungan menjadi sah secara hukum dan Agama. Selain itu, menikah tentu juga untuk mendapatkan anak sebagai penerus keturunan.

Begitu indahnya Agama Islam sampai memperhatikan aktivitas umatnya sedemikian rupa, agar apa yang ia lakukan dapat berbuah kebaikan dan tidak menjerumuskan menuju kesesatan. Anak adalah seorang yang lahir dari adanya hubungan suami istri yang menjadikannya sebagai pelengkap dan sumber kebahagiaan keluarga. Selain itu peran seorang anak juga sangat penting dalam hal keagamaa, sebab anak adalah calon penerus dan menjadi generasi baru yang akan meneruskan, merawat dan menyebarkan nilai-nilai Agama Islam pada masa mendatang. Dan orang tua tentu memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang harus ia laksanakan kepada anak-anaknya agar anak dapat tumbuh dengan semestinya dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup anak-anaknya. Ia juga memiliki tanggung jawab untuk memenuhi setiap apa yang menjadi hak atas anak-anaknya. Hak seorang anak, tidak jarang orang tua yang tidak tahu atau lalai atau bahkan menganggap enteng dan menyepelekannya. Padahal hal itu merupakan perbuatan dosa orang tua kepada anak-anaknya, sebab wajib bagi orang tua untuk memenuhi hak dari anak-anaknya.

Lalu apa sih sebenarnya yang menjadi hak dari sang anak..?? bagaiamana islam memanda hak seorang anak..?? apakah saya sudah melakukan tugas saya sebagai orang tua dengan semestinya..?? Tentu pertanyaan seperti ini sering kali muncul dalam benak orang tua. Nah, pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai hak seorang anak dalam Agama Islam.

Hak Anak Dalam Islam Menurut Wahbah Zuhailiy

Anak merupakan titipan dan amanah dari Allah SWT kepada pasangan suami istri sebagai pelengkap kebahagiaan mereka. Dan orang tua wajib untuk memenuhi apa yang menjadi hak dari sang anak tersebut. Sebab pada hari hisab nanti, orang tua akan di mintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas apa yang telah Allah titipkan. Menurut Wahbah Zuhaili dalam karyanya dalam kitab yang berjudul Al-Fiqh Al-Islamiy, ada 5 hak anak menurut pandangan Agama Islam yang wajib di penuhi oleh orang tuanya. Berikut adalah penjelasannya.

  1. Identitas Diri (Nasab)

Hal yang pertama menjadi hak dari anak adalah untuk mendapatkan pengakuan dan identitas diri (nasab dari orang tuanya. Sebagai orang tua perlu untuk melakukan penisbatan dari orang tua untuk mengumumkan dan memperjelas status dari sang anak, baik dalam pandangan keluarga maupun pandangan masyarakat. Karena hal itu dapat menjadi alasan kuat yang membuat anak paham akan statusnya sebagi keturunan asli dari orang tuanya. Sebagaiman telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 5. Yang artinya,

“panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah SWT. Dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang di sengaja oleh hatimu. Sesungguhnya Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S Al-Ahzab : 5)

  1. Mendapat Penyusuan (Radha’)

Pada dasarnya seorang anak adalah buah hati dari sang ibu di mana kelangsungan hidupnya merupakan tanggung jawab juga dari sang ibu. Oleh sebab itu, wajib bagi seorang ibu untuk merwat dam menjaga kelangsungan hidup dari sang anak. Seorang anak memiliki hak untuk mendapat susu (ASI) dari sang ibu, karena ASI dari sang ibu memiliki nutrisi yang sangat baik dan kaya akan zat gizi yang komplit yang tentunya di butuhkan bagi seorang anak pada usia menyusui. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 233. Yang artinya,

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.”(Q.S Al-Baqarah : 233)

  1. Pengasuhan Dan Pemeliharaan (Hadhanah)

Ketika telah selesai melahirkan, seorang anak yang lahir tersebut sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya bagi orang tua untuk di di asuh dan di rawat sebagaimana mestinya. Bagi sang ayah tentu wajib untuk memberi nafkah dan memenuhi kebutuhan anak dengan baik. Sedangkan sang ibu yang bertugas untuk mengasuh serta merawat sang anak, sehingga kelangsungan hidup dan kemaslahatan anak dapat tercapai dengan baik. Sebagaiman telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 151. Yamg artinya,

“dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu, karena tekut kemsikinan. Kami akan memberi rizky kepadamu dan kepada mereka.” (Q.S Al-An’am : 151)

Selain itu, orang tua juga memilki tanggung jawab dalam pendidikan sang anak dan mengajarinya ilmu agama yang akan menjadi bekal bagi sang anak untuk hidupnya di masa mendatang. Dengan begitu, anak tidak mudah untuk terjerumus kedalam kesesatan dan terhindar dari api neraka. Sebab, anak sudah memiliki pegangan hidup yang telah di ajarkan orang tuanya, dan dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa bangsa dan agama. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6. Yang artinya,

“wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” (Q.S At-Tahrim : 6)

  1. Wilayah (Perwalian)

Hak seorang anak yang harus di penuhi oleh orang tua berikutnya adalah mendapat wilayah (perwalian). Dalam hal ini, Wahbah Zuhaili berpendapat bahwa wilayah (perwalian) di lakukan setelah fase hadhanah (pengasuhan dan pemeliharaan). Yang artinya wilayah (perwalian) dan hadhanah (pengasuhan dan pemeliharaan mebrupakan dua hal yang berbeda. Kemudian Wahbah Zuhaili membagi wilayah menjadi dua bagian, yaitu wilayah ‘ala al-nafs dan ‘ala al-mal.

Wilayah ‘ala al-nafs artinya penanganan segala macam urusan yang berkaitan dengan diri (individu) orang yang tidak mempunyai kemampuan dalam melaksanakannnya. Seperti penjagaan, pemeliharaan, pendidikan, pengajaran, kesehatan, pernikahan dan hal lain yang bersangkutan. Sedangkan wilayah ‘ala al-mal merupakan penanganan segala urusan yang berkaitan dengan harta orang orang yang tidak mempunyai kemampuan dalam melaksanakannya seperti pengembangan harta dan pengelolaannya.

  1. Mendapatkan Nafkah (Nafaqah)

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bagi orang tua untuk mencari nafkah dan memberikan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan sang anak. Nafkah kepada anak dapat berupa pemebrian makanan, pakaian, dan tempat tinggal kepada anak, serta mencukupi kebutuhan lain sekalipun bukan kebutuhan pokok. Memberi kasih sayang dan pendidikan juga termasuk cara begi orang tua memberi nafkah kepada anaknya.

Tentunya kebutuhan setiap seorang anak berbeda-beda, dan tidak ada standarisasai nominal dalam memberi nafkah kepada anak. Oleh sebab itu, kewajiban sebagai orang tua hanya untuk memberi nafkah kepada anak dengan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan anaknya. Dan pada umumnya, kebutuhan seorang anak berupa, makanan yang baik, pakaian, tempat tinggal dan serta cinta kasih dan pendidikan untuk bekal ia di masa mendatang.

Pada hakikatnya, anak adalah pemberian dari Allah SWT kepada pasangan suami istri sebagai titipan dan menjadi pelengkap sebuah keluarga. Dan tidak ada unsur kepemilikan sedikitpun dari orang tua terhadap anaknya. Namun, wajib bagi orang tua untuk memberikan kehidupan yang layak, memberi kasih sayang, menafkahi, mendidik dan merawatnya dengan baik, serta memenuhi hak-hak dari sang anak tersebut. Dalam sebuah keluarga, suami dan istri memiliki kewajiban dan hak yang harus di penuhi di antara keduanya dan hal itu juga berlaku pada anaknya. Wajib bagi orang tua untuk memenuhi hak seorang anak dengan sebaik-baiknya. Sehingga tidak akan mempersulit orang tua ketika di hari hisab nanti.

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak seorang anak terhadap orang tuanya menurut Wahbah Zuhailiy. Penting bagi kita sebagai orang tua untuk memperhatikan tugas dan tanggung jawab kita dalam memenuhi hak-hak dari sang anak. Sehingga sang anak juga akan terpenuhi hak-haknya dan mendapat kehidupan yang layak dan semestinya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • parenting.dream
  • motherandbeyond
Dosa orang tua kepada anak Dalam Agama Islam

Dosa orang tua kepada anak Dalam Agama Islam

Hallo Kawan Mama, Setelah menikah laki-laki dan wanita akan mendapatkan kehidupan baru sebagai pasangan suami dan istri. Dan tidak berselang lama, ketika istri telah mengalami kehamilan, maka pasangan suami istri tersebut akan berubah menjadi seorang ayah dan ibu. Tentu ini adalah kabar bahagia yang di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Dan dalam Agama Islam mengajarkan bahwa tujuan menikah selain mengesahkan ikatan laki-laki dan wanita dalam sebuah pernikahan, juga untuk memperbanyak keturunan. Selain itu, peran seoarng suami istri juga akan bertambah menjadi orang tua. Dengan begitu, ada beberapa hal yang dapat menjadi pahala bagi atau bahkan dosa orang tua kepada sang anak apabila tanggung jawab serta hak dan kewajibannya tidak di jalankan sebagai mana mestinya.

Setiap orang tua pasti mengaharapkan agar anaknya dapat lahir dan dapat bertumbuh kembang dengan sehat dan cerdas, serta berahklakul karimah dan berbakti kepada orang tua. Dan tentunya tugas orang tua bukan hanya sekedar untk memnuhi kebutuhan sandang, papan dan pangannya semata. Namun orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan tentang ilmu agama dan ilmu lainya sebagai bekal bagi si anak untuk menjadi anak yang pintar dan shalih. Dan tidak jarang anak dapat melakukan kesalahan-kesalahan kepada orang tuanya.

Menjadi orang tua, pada umumnya terlihat begitu mudah, namun jika kamu sudah mengalaminya, ternyata menjadi orang tua bukanlah perkara yang mudah di lakukan. Kewajiban seorang anak tentu adalah untuk patuh dan taat serta berbakti kepada orang tua. Sebab orang tua merupakan prang yang telah melahirkan, mendidik dan merawat sang anak dengan penuh kasih sayang. Namun tidak semua hal dalam sebuah keluarga adalah kesalahan dari sang anak. Tidak jarang juga orang tua melakukan kesalahan-kesalahan yang tanpa ia sadari perkesalahan tersebut merupakan dosa orang tua kepada anak-anaknya.

Nah, pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai dosa orang tua kepada anaknya. Pada umumnya, banyak dari orang tua yang melakukan perbuatan kepada anak yang tanpa ia sadari, perbuatannya tersebut merupakan perbuatan dosa. Berikut adalah penjelasannya.

Dosa Anak Kepada Orang Tua

Dosa orang tua kepada anak

  1. Kasar Kepada Anak

Melakukan tindakan kasar tanpa sebab yang jelas kepada anak merupakan hal yang di larang dalam Agama Islam. Baik dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan, kasar kepada anak adalah salah satu bentuk dosa dari orang tua kepada anaknya. Setiap dari anak pasti akan melakukan kesalahan-kesalahan dalam keseharianya dan bahkan kesalahan tersebut membuat hati orang tua menajdi geram.

Namun ini bukan menjadi alasan untuk orang tua dapat melontarkan kata-kata atau perbuatan kasar kepada anaknya. Apalagi sampai melakukan hal tersebut di depan orang lain atau teman-temanya. Tentu perlakuan tersebut dapat membuat anak berkecil hati, dan sakit hati terhadap orang tuanya sendiri. Dan bahkan bukan tidak mungkin anak akan menjadi pribadi yang pendendam dan durhaka pada orang tuanya.

  1. Tidak Mendidik Anak Dengan Baik

Kewajiban orang tua selain menafkahi dan memenuhi kebutuhan dari anak-anaknya, ia juga memliki kewajiban lainya. Yakni seperti halnya untuk memberikan pendidikan dan mengajari anak-anaknya terutama tentang ilmu agama. Sebab dengan mengajari anak ilmu agama, maka aanak akan sedari dini mengetahui tentang agama dan akhlak yang mulia dan kemudian dapat anak terapkan dalam kehidupannya sedari dini.

Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (H.R Al-Hakim)

  1. Dosa Menelantarkan Anak

Ketika sudah menjadi seorang ayah maupun ibu, tentu orang tua memiliki tanggung jawab dan kewajiban baru yang harus ia penuhi kepada anak-anaknya. Bukan hanya sekedar memberikan makan dan pendidikan semata, namun orang tua juga perlu memperhatikan dan memberi cinta kasihnya kepada anak dengan sepenuhnya. Orang tua akan menjadi berdosa apabila ia menelantarkan anaknya begitu saja, apalagi ketika anaknya masih berusia dini.

Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Seseorang di katakan telah cukup berbuat dosa apabila menelantarkan orang-orang yang menjadi tanggungannya.” (H.R Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Dari hadits tersebut, dapat di pahami bahwa orang tua memilki kewajiban untuk menunaikan tanggung jawabnya kepada anak dengan sebaik-baiknya. Dan ia dapat di katakan berdosa apabila ia menelantarkan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Perbuatan yang termasuk menelantarkan anak adalah tidak memberi makan anak, pakaian, pendidikan dan tidak memberikan anak cinta kasihnya.

  1. Tidak Berbuat Adil Kepada Anak

Tugas orang tua lainya adalah berbuat adil pada anak-anaknya. Adil dalam memberi makanan, pakaian, pendidikan dan tentunya adil dalam memberikan cinta kasihnya kepada anak-anaknya satu sama lain. Orang tua yang bersikap tidak adil dan cenderung pilih kasih tentu dapat membuat kesenjangan di antara anak-anaknya. Tentu hal ini dapat menjadi sebab ketidak akuran anak dan bahkan menjadi sebab permusuhan di antara anak-anak, yang pada akhirnya akan membuat anak geram dan marah pada orang tuanya.

dan telah di ceritakan dalam sebuah riwayat, bahwa sanya Rasulullah SAW sampai berwasiat kepada kaum orang tua untuk bersikap adil kepada anak-anaknya. Bahkan Rasulullah mengulanginya sampai tiga kali, beliau bersabda.

“Adilah kepada anakmu, adilah kepada anakmu, adilah kepada anakmu!.” (H.R Abu Dawud, Nasa’I, dan Ibnu Hibban)

Dari hadits tersebut dapat di ketahui, bahwa penting bagi orang tua untuk bersikap adil dan tidak bertindak pilih kasih kepada anak-anaknya. Dengan begitu dapat menghindari kesenjangan dan permusuhan di antara anak-anak dan dapat menjauhkan orang tua dari perbuatan dosa kepada anak.

  1. Membandingkan Anak Dengan Orang Lain

Sebagai orang tua yang baik dan sayang kepada anaknya, tentu harus selalu memberikan dorongan dan motivasi yang baik kepada anak-anaknya. Pasalnya, banyak sekali orang tua yang membanding-bandingkan anaknya dengan anak orang lain yang mempunyai kelebihan dari pada anaknya. Tanpa orang tua sadari, perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa orang tua kepada anak-anaknya. Sebab, dengan membandingkan anak dengan anak orang lain, dapat membuat anak tidak percaya diri, kurang motivasi, yang pada akhirnya membuat sang anak menjadi pribadi yang pendiam dan tidak percaya diri.

Pada dasarnya, setiap anak lahir kedunia memiliki karakternya masing-masing yang membuatnya menjadi unik. Membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain dapat mengakibatkan anak menjadi geram dan marah pada orang tua, buruknya hal ini dapat menjadi sebab anak tidak patuh dan durhaka pada orang tua. Dan membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain tentu menjadi sebuah dosa bagi orang tua kepada anaknya.

  1. Memaksa Dan Menuntut Anak Untuk Menjadi Dewasa Pada Usia Dini

Setiap anak-anak pasti ingin mengalami dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan sebaik-baiknya. Bermain bersama teman sepuasnya dengan teman sebayanya, merupakan hal yang lumrah bagi anak-anak dan memang di perlukan oleh anak-anak. Namun seringkali orang tua bertindak dan memberikan tanggung jawab yang pada dasarnya terlalu besar dan belum cakap baginya untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut pada usianya yang sekarang.

Orang tua memang perlu untuk mengajari anak-anaknya untuk tumbuh kembang dengan berbagai pengalaman dan keahlian dari orang tuanya. Namun bukan berarti ia dapat memberikan tanggung jawab yang besar seketika saja pada anaknya. Baiknya, bombing anak dengan perlahan dan bisa di mulai dari memberikan anak tugas yang ringan kepadanya.  Dengan begitu anak tidak akan merasa terlalu terbebani dan dapat menikmati masa kanak-kanaknya.

  1. Mengekang Sang Anak

Orang tua merupakan penanggung jawab dari kelangsungan hidup keluarga yang ia pimpin, tidak terkecuali dengan kehidupan anak-anaknya. Tapi itu tidak menjadikan orang tua dapat semena-mena terhadap kehidupan anak-anaknya, apalagi sampai mngekang kebebasan anaknya. Wajar bagi orang tua bila ingin anaknya dapat tumbuh dengan sehat dan menjadi seperti apa yang ia inginkan. Namun akan menjadi hal yang salah apabila ia mengekang dan meminta anak untuk selalu menuruti kemauanya.

Peran orang tua hanya sebatas untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya untuk menafkahi dan memberikan pendidikan serta membimbing anaknya agar tidak salah memilih jalan. Orang tua yang mengekang dan sangat membatasi anak akan membuat anak menjadi karaktaer dengan mental yang tidak setabil, cenderung penakut dan tertutup serta membuatnya sulit untuk bersosialisasi, bahkan dengan orang tuanya sendiri. Dan orang tua yang tidak terlalu mengekang anaknya cenderung akan membuat anak yang berkarakter ceria dengan mental yang stabil dan mudah untuk bersosialisasi.

  1. Buruk Sangka Kepada Anak

Agar anak dapat memili karakter yang jujur, perlu bagi orang tua untuk menaruh kepercayaan kepada anaknya. Selain itum buang jauh-jauh rasa curiga maupun buruk sangka pada anaknya. Dengan memberikan kepercayaan apada sang anak, secara tidak langsunga anak juga akan menjdi anak dengan karakter bertanggung jawab atas amanat yang telah ia terima. Anak tentu memiliki cara pandang dan pola fikirnya sendiri yang dan salah jika orang tua menaruh rasa curiga apalagi sampai menuduh yang bukan-bukan kepada anaknya.

Tugas orang tua hanya memberitahu dan membimbing anak menuju jalan yang benar tanpa harus menaruh rasa curiga yang berlebihan terhadap apa yang di lakukan kepada anak. Karena dengan rasa buruk sangka pada anak, dapat membuat kepribadian anak malah cenderung sering berani berbohong kepada orang tuanya. Orang tua dapat mengawasi dan menegur atau memberi peringatan apabila anak hendak melakukan kesalahan. Dan sudah menjadi tugas bagi orang tua untuk membimbing anak bila melakukan kesalahan dan momotivsinya untuk memperbaiki kesalahan yang telah anak perbuat.

Pada dasarnya, orang tua memiliki tugas untuk memberi nafkah, memberi makan, pakaian, tempat tinggal, kehidupan yng layak dan mendidik serta membimbing anak menuju jalan yang benar. Orang tua juga memiliki kewajiban untuk mengajari anaknya untuk berbuat baik dan memperbaiki kesalahan apabila anak melakukannya. Pasalnya orang tua adalh ornag yang akan menjadi panutan bagi anak-anaknya. Sehingga apapun yang di lakukannya terhadap anak tentu akan berdampak pada karakter anak tersebut.

Demikaian pembahasan dari Kawan Mama mengenai dosa orang tua kepada anak. Kewajiban orang tua adalah memberikan nafkah lahir dan batin, serta memberikan cinta kasih juga sebagai tauladan bagi anak-anaknya. Sehingga penting bagi orang tua untuk memperhatikan hal-hal yang dapat membuatnya melakukan perbuatan dosa dan berdampak buruk kepada anaknya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Theasianparent
  • Popbela
Kewajiban Anak Kepada Orang Tua

Kewajiban Anak Kepada Orang Tua

Hallo Kawan Mama, Tujuan utama dari sebuah pernikahan adalah untuk mengikat sebuah hubungan antara pasangan laki-laki dan perempuan dalam sebuah ikatan yang sah dan resmi baik secara agama maupun secara hukum. Selain itu, tujuan pernikahan lainya adalah untuk membuat keturunan sebagai penerus keluarga dan umat beragama. Tentunya mendapatkan keturunan adalah sebuah harapan dari setiap pasangan suami dan istri. Karena anak adalah sebuah sumber kebahagiaan dan pelengkap dalam sebuah kebahagiaan rumah tangga. Terlepas dari itu, beberapa hal juga menjadi sebuuah kewajiban bagi seroang anak kepada orang tua yang ia miliki.

Anak adalah sebuah karunia yang di titipkan dan di berikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami sebagai sumber kebahagian mereka. Namun tidak jarang ada pasangan suami istri yang telang melangsungkan pernikahan dengan waktu yang lama namun belum di karuniai seorang anak. Dan hanya bisa berusaha dan berdo’a kepada Allah SWT supaya di berikan karunia anak kepada mereka. Oleh karena itu, setiap orangtua memiliki kewajiban-kewajiban yang harus di penuhi kepada anaknya sebagai tanda syukur-Nya kepada Allah SWT karena telah di berikan karunia seorang anak.

Sama halnya dengan orangtua, seorang anak tentu memiliki kewajiban – kewajiban yang harus ia penuhi kepada sang kedua orangtua. Bahkan ketika anak menginjak usia dewasa sekalipun, wajib baginya untuk tetap memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak kepada orangtuanya. Meski apapun yang di lakukan seorang anak tidak akan dapat membalas kebaikan dan pengorbanan orangtuanya. Namun wajib bahi seorang anak untuk tetap memnuhi kewajibannya kepada orangtua.

Nah pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas tentang kewajiban seorang anak kepada orangtuanya, sebagai berikut.

Kewajiban Anak Kepada Orang tua

Kewajiban Anak Kepada Orangtua

  1. Taat Kepada Orang tua

Seorang anak wajib untuk taat dan patuh kepada perintah orangtuanya, baik ibunya maupun dengan ayahnya. Karena pada dasarnya, perintah seorang ayah maupun ibu kepada anak adalah sebuah tanda kasih sayangnya kepada anak. Karena setiap orang tua rela berkorban dan melakukan apapun demi kebaikan anak-anaknya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang anak untuk taat dan patuh kepada orang tua. Sebagaimana telah di terangkan dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Isra’ ayat 23, yang artinya.

“Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang di antaranya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah di rimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.” (Q.S Al-Isra’ : 23)

Dari ayat tersebut dapat di pahami bahwa wajib bagi seorang anak untuk patuh dan taat kepada orang. Dan tidak di perbolehkan bagi seorang anak melawan dan membangkang atau bahkan hanya sekedar mengatakan kata untuk menolak permintaan orang tua. Anak hanya dapat menolak perintah orang tua apabila perintah yang di berikan bertentangan dengan perintah Allah SWT. Dengan patuh dan taat serta berbicara dengan adab dan perkataan yang baik tentu dapat membuat orang tua menjadi senang.

  1. Berbakti Kepada Orang tua

Seorang anak wajib untuk selalu berbakti kepada orang tua. Artinya, wajib bagi anak untuk mengabdikan dirinya kepada orang tua baik ketika hidup maupun ketika telah meninggal. Dengan ketaatannya kepada orang tua dan melakukan hal yang dapat membuat senang orang tua adalah sebuah langkah untuk berbakti kepada orang tua. Bagi anak laki-laki wajib untuk selalu berbakti dan mengabdi kepada orang tua, baik walaupun ia telah beranjak dewasa atau bahkan telah berkeluarga sekalipun.

Sedangkan bagi anak perempuan, wajib baginya untuk berbakti kepada orang tua selama masa hidupnya, namun ketika ia telah berumah tangga wajib baginya untuk mengbadi kepada suami dan merupakan hal pokok yang harus ia utamakan. Sebab bagaimanapun wanita yang telah menikah adalah tanggung jawab seorang suami dan wajib baginya untuk mengabdi kepada suaminya.

Sebuah keharusan bagi anak untuk selalu berbakti kepada orang tua meskipun ia telah berkeluarga sekalipun. Sebagai mana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 14, yang artinya.

“Dan kami perintahkkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (Q.S Al-Luqman : 14)

  1. Merawat Dan Memberi Kasih Sayang Kepada Orang tua

Sedari dalam kandungan, orangt ua selalu merawat dan memberi kasih sayangnya kepada anak demi kebaikan anak agar dapat lahir dan bertumbuh kembang dengan sehat dan menjadi anak yang sholih. Oleh karena itu, merupakan sebuah kewajiban bagi anak untuk membalas kabaikan orang tua dengan merawatnya dengan baik dan penuh dengan kasih sayang. Apalagi ketika orang tua sudah beranjak usia lanjut dan sakit, peran seorang anak untuk merawatnya sangat di perlukan sebagai tanda pengabdiannya dan tanda terima kasihnya kepada orang tua. Sebagaimana telah di jelaskan dalam hadis mengenai keutamaan untuk merawat orangtua. Rasulullah SAW bersabda,

“Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanyasudah renta atau salah seorang dari keduanya namun tidak dapat membutnya masuk surga.” (H.R Muslim)

Dari hadis tersebut dapat di ketahui bahwa merawat orang tua merupakan sebuah pengabdian seorang anak yang dapat mengantarkannya menuju surga Allah SWT. Dan sebaliknya, jika orangtua telah bernajak menua atau mengalami sakit, namun anak enggan merawatnya. Maka itu akan menjadi jalannya untuk menjadi seorang anak yang durhaka dan mengantarkanyya menuju neraka.

  1. Berbicara Dengan Adab Yang Baik Dan Lemah Lembut

Sebagai seorang anak yang berbakti dan selalu ingin membahagiaakan orang tua, dapat di mulai dengan hal yang sederhana, seperti dengan memperbaiki tutur kata ketika berbicara dengan orang tua. Sebab tutur kata adalah hal yang sederhana dan kegiatan yang di lakukan sehari-hari antara anak dan orang tua. Sebagaimana telah di jelaskan pada surat Luqman di atas, bahwa melawan dan sekedar berkata “ah” sekalipun tidak boleh di lakukan kepada orang tua.

Baiknya, seorang anak harus menggunakan tutur kata yang baik dan berhati-hati ketika berbicara dengan orang tua. Sebab jika salah bicara tentu dapat membuat hati orangtua menjadi teluka. Ketika hendak menolak permintaan orangtua, dunakanlah tutur kata yang baik dan lembut yang membuat orang tua dapat menerimanya dengan lapang.

  1. Memuliakan Dan Menjaga Nama Baik Orangtua

Kewajiban seorang anak selanjutnya adalah untuk menjaga nama baik orang tua. Sebab, apapun yang di lakukan seorang anak maka akan berdampak pada citra orang tuanya. Ketika anak melakukan perbuatan buruk maka nama orang tua akan ikut menjadi buruk. Sebab orang lain pasti mempertanyakan bagaimana orang tuanya dalam mendidik anaknya. Sebaliknya, jika anak melakukan hal yang baik, maka itu juga akan berdampak pada citra orang tua yang ikut menjadi baik.

Oleh sebab itu, penting bagi seorang anak untuk menjaga perilakunya dengan baik, bukan untuk dirinya sendiri, melainkan tanda baktinya kepada orang tuanya. Dengan menjaga kehormatan orangtua tentu Allah SWT akan melimpahkan rahmat dan berkahnya kepada anak tersebut karena telah memuliakan orang tuanya. Sebab Allah telah menjamin surga bagi anak yang berbakti dan dapat memuliakan orang tuanya.

  1. Mendoakan Orang tua

Sebagaimana orang tua yang selalu berusaha dan berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan anaknya. Maka wajib pula bagi seorang anak untuk mendoakan kebaikan dan kesehatan kepada orang tuanya. Sebab, do’a yang baik pasti di terima dan di kabulkan oleh Allah SWT dan jug sebagai tanda bakti dan kasih sayangnya kepada orang tua. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 24, yang artinya.

“Wahai Tuhanku, kasihanilah orangtuaku keduanya sebagaimana mengasihaniku sewaktu aku kecil.” (Q.S Al-Isra’ : 24)

  1. Menafkahi Orang tua

Tidak selalu orang tua memiliki latar belakang ekonomi yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga, oleh sebab itu anak dapat membantu dan memberi nafkah kepada orang tuanya. Sebab jalan rizki setiap keluarga hanyalah Allah SWT yang tau bagai mana dan lewat siapa. Jika anak memiliki penghasilan yang cukup maka sudah menjadi kewajiban baginya untuk memberikan hartanya kepada orang tuanya. Seperti yang telah di jelaskan dalam Surat Al-Luqman di atas, yang artinya.

“Dan tuhanmu telah memrintahkan supaya kamu jangan mneyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (Q.S Al-Isra’ : 23)

Dan surat Al-Baqarah ayat 215 yang artinya.

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, ‘harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya di pruntukkan bagi kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan’. Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah : 215)

  1. Meminta Izin Dan Restu Orang tua

Selayaknya sebagai seorang anak, meminta izin dan restu adalah kewajiban yang harus di lakukan oleh setiap anak. Sebab tidak akan berarti apa-apa setiap pencapaian anak tanpa adanya izin dan restu dari orang tuanya. Izin dan restu dari orangtua adalah ridho dari Allah SWT. Maka dari itu surga Allah SWT juga terletak pada ridho dari kedua orang tua. Sebagaimana telah di jelasakan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Ada tiga golongan yang mustajab yang tidak di ragukan lagi kedahsyatanya. Yaitu, doa orangtua kepada anakanya, doa orang musafir dan doa orang yang terdzolimi.” (H.R Bukhari Muslim)

Orang tua pastilah selalu berusaha dan berdo’a agara anak mereka dapat tumbuh dengan sehat dan bahagia dan menjadi anak yang salih dan berbakti kepada mereka. Oleh sebab itu, wajib bagi anak untuk memenuhi kewajiabanya untuk berusaha membaktikan diriya kepada orang tuanya dan selalu mendoakan yan terbaik untuk mereka. Bakti seorang anak adalah wujud kasih sayangnya kepada orang tua dan juga sebagai tanda balas kasihnya atas usaha dan segala pengorbanan yang telah orang tua lakukan kepadanya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai kewajiban seorang anak kepada orang tua. Sejatinya, surga anak terletak pada ridho dari orang tua. Maka dari itu, sayangilah dan berbaktilah dengan sebaik-baiknya kepada orang tua, selagi mereka masih hidup di dunia.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Hijup
  • Umma
Penting Bagi Wanita!! Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Penting Bagi Wanita!! Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Adab Istri Terhadap Suami

 

Hallo Kawan Mama,

merupakan sebuah ikatan yang terdiri dari sebuah janji suci oleh laki-laki dan wanita untuk menjalani dan berbagi hidup sampai akhir khayat. Sebuah hubungan pernikahan dapat berlangsung lama dengan terlaksananya peran seorang suami dan istri dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Dengan terlaksananya hak dan kewajiban suami dan istri maka pernikahan akan berjalan langgeng, awet dan berlangsung dengan semestinya.

Agama Islam telah memerintahkan bagi seluruh umatnya (yang mampu) untuk melaksanakan ibada berupa melangsungkan pernikahan. Islam juga mengatur peran-peran seorang suami dan istri ketika telah melangsungkan pernikahan. Dengan adanya hak dan kewajiban yang harus di tunaikan, membuat hubungan rumah tangga tersebut akan tetap terjaga sekalipun terjadi masalah dalam rumah tangga.

Di samping suami yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala dan pemimpin keluarga, istri memiliki kewajiban yang harus di tunaikan pada suaminya. Dalam menunaikan hak dan kewajiban, istri hendaknya menanamkan adab yang baik dalam setiap tingkah lakunya kepada suami dalam rumah tangganya. Kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai adab seorang istri kepada suami yang harus ia tekankan di dalam berumah tangga. Berikut ini adalah penjelasannya.

Adab Seorang Istri Kepada Suami

Dalam sebuah kitab yang berjudul Al-Adab Fid Din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442), Imam Ghazali menjelaskan tentang adab-adab yang sebaiknya di lakukan oleh istri kepada sang suami. Berikut adalah adab-adab seorang wanita beserta penjelasannya.

  1. Selalu Merasa Malu

Malu merupakan tanda bahwa masih ada iman dalam diri seseorang. Malu di sini bukan berarti pada sesuatu yang negatif, Istri yang baik haruslah memiliki dan menunjukkan rasa malunya kepada suami.  Rasa malu di sini berarti sikap malu ketika ia tidak dapat menjalankan peranya dengan baik, malu ketika ia melakukan kesalahan, malu ketika tidak dapat menyenangkan dan melayani suami dengan baik, malu ketika badanya bau, malu ketika tampil tidak rapi di depan suami dan malu karena alasan lain yang membuat suami menjadi tidak nyaman.

Dengan adanya sifat malu ini, bisa menjadi alasan bagi istri untuk semakin membenahi diri agar menjadi lebih baik lagi dan dapat menjalankan peranya sebagai istri dengan baik. Sehingga suami akan benar terlayani dan di buat senang oleh istri.

  1. Tidak Banyak Mendebat

Dalam menjalani rumah tangga, kadangkala terjadi perbedaan pendapat karena pola berfikir yang berbeda. Seorang suami pada dasarnya adalah mahluk yang keras kepala dengan ego dan gengsi yang tinggi. Oleh karena itu, hendaknya bagi istri untuk selalu menahan nafsunya untuk berdebat dengan suami. Sebab, apabila suami dan istri saling berdebat dengan saling bersikukuh terhadap pendapatnya kemudian tidak mau mengalah, maka di khawatirkan hubungan rumah tangga dapat terganggu dan dapat terpecah belah.

Istri dapat menjadi teman diskusi dan memberi solusi bagi suami untuk menyelesaikan masalah yang datang, namun ia juga harus mngedepankan adab yang baik apabila diskusi tersebut sudah cenderung lebih keras. Dengan komunikasi yang baik tentu akan membuat rumah tangga menjadi awet dan harmonis. Karena komunikasi merupakan kunci untuk suksesnya sebuah rumah tangga.

  1. Taat Dengan Perintah Suami

Seorang suami tentu akan senang apabila memiliki istri yang selalu taat dengan perintahnya. Dan inilah adab yang harus di tekankan bagi seorang istri dalam memerankan perannya sebagai pendamping hidup sang suami. Istri di haruskan untuk selalu mentaati setiap perintah suami, dengan tujuan untuk melayani dan menyenangkan suami.

Namun istri tidak serta merta harus menuruti semua oerintah suami. Apabila perintah dari suami bertentangan dengan syari’at dan hati nurani, istri dapat menolaknya dengan sikap yang lembut. Istri juga dapat memberi pilihan sebagai alternative lain yang dapat menggantikan perintah suami tersebut.

  1. Diam Ketika Suami Tengah Berbicara

Adab sebagai seorang istri selanjutnya ialah diam ketika suami tengah berbicara. Diamnya istri ketika suami tengah berbicara merupakan tanda rasa hormat dari istri kepada suami. Istri dapat berbicara ketika suami sudah selesai berbicara, dan ia juag dapat memotong pembicaraan suami dengan catatan suami mengizinkannya untuk berbicara.

Karena sejatinya ketika suami tengah berbicara, kemudian pembicaraanya di potong oleh istri maka akan menimbulkan tejadinya konflik dan perdebatan antara suami dan istri. Adab diamnya seorang istri perlu di tekankan dan di aplikasikan bagi istri dalam menjalankan rumah tangganya bersama suami.

  1. Menjaga Kehormatan Ketika Suami Tengah Pergi Keluar

Seorang istri di wajibkan untuk tetap selalau menjaga kehormatannya, apalagi ketika suami tengah pergi keluar dari rumah. Dengan tetap menanamkan prilaku yang baik dan menjaga dan tingkah lakunya maka istri secara tidak langsung telah menjaga kehormatannya. Istri juga memilki tanggung jawab untuk menjaga kehormatan suami.

Apabila istri menjaga kehormatanya dengan baik, berarti ia juga telah menjaga kehormatan suaminya sebagai pemimpin keluarga. Dengan menjaga masalah dan aib yang terjadi pada keluarga dengan baik dan tetap manjaganya agar tidak terdengar oleh orang luar akan membuat hubungan rumah tangga terlihat harmonis dan baik-baik saja.

  1. Amanah dalam Menjaga Harta Suami

Selain menjadi istri dan ibu dari anak-anak, tidak jarang istri juga memiliki peran sebagai pengatur menejeman keuangan rumah tangga. Karena pada umumnya, suami adalah kepala rumah tangga yang memilki tanggung jawab sebagai pencari nafkah utama untuk keluarga. Adab soerang istri yang baik adalah dengan tetap menjaga kepercayaan yang di berikan suami dalam mengelola harta suami.

Sejatinya, istri tidak di perbolehkan menggunakan harta suami tanpanadanya izin dan sepengetahuan dari suami, apalagi sampai menghambur-hamburkan dengan membelanjakanya pada barang yang tidak bermanfaat. Istri dapat mengguanakan harta suami tanpa adanya izin dari suami ketika harta tersebut di gunakan untuk kebutuhan dan kepentingan keluarga.

  1. Menjaga Kebersihan, Aroma Tubuh

Bagi kaum wanita, Menjaga aromah agar tetap harum dan wangi juga merupakan adab dan kewajiban untuk seorang istri dapat lakukan. Sebab bukan tidak mungkin suami akan risih pada istri karena mencium aroma yang tidak sedap dari istri. Dengan menjaga aroma tubuh yang harum dan wangi dapat membuat suami menjadi nyaman dan betah dengan istri.

Menjaga kebersihan dan aroma tubuh agar tetap harum dan wangi tidak hanya melulu dengan memakai wangi-wangian. Istri dapat menjaga aroma tubuh agar selalu harum dan wangi dengan mandi yang bersih dan teratur serta memberishkan bau mulut dengan menyikat gigi dengan teratur.

  1. Mengedepankan Sifat Qona’ah

Kadang kala, di dalam menjalani hubungan rumah tangga, ada beberapa hal yang tidak berjalan dengan lancar dan tidak sesuai dengan kainginan, misalnya saja dalam hal rizki. Terkadang suami tidak selalu mendapat rizki lebih yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan baik. Dan dalam hal ini tugas istri adalah mengedepankan sifat qona’ah atas segala rizki yang di peroleh suami dan di berikan kepada istri.

Sejatinya, ketika laki-laki dan wanita telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga rizki dari keduanya di gabungkan dan di limpahakan oleh Allah SWT. Rizki dari Allah sebenarnya tidak hanya berbentuk harta semata, kesehatan dan anak juga merupakan sebuah rizki yang sebaiknya di syukuri. Dengan adanya sifat syukur dan menerima dengan segala pemberian-Nya, maka Allah pasti akan melipatgandakan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Berbelas Kasih Pada Suami

Kewajiban seorang istri adalah mengaplikasikan adab untuk selalu berbelas kasih kepada suami. Berbelas kasih dalam hal ini berarti selalu memberi kasih sayang kepada suami dalam kondisi apapun atas jerih payahnya dalam menjalankan peranya sebagai kepala dan pemimpin rumah tangga.

Istri di haruskan untuk tidak menuntut dan meminta sesuatu pada suami melebihi kemampuan dari sang suami. Apalagi sampai merendahkan dan menghina suami atas peranya yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal itu akan membuat suami menjadi sedih dan kecewa terhadap istri dan hendaknya seorang istri selalu mberikan belas kasihnya atas apapun keadaan yang di alami oleh suami. Dengan begitu istri akan mendapat keberkahan dan ridho dari Allah SWT atas pengabdiannya kepada suaminya.

  1. Selalu Berhias Untuk Suami

Sebagai istri pasti selalu ingin menyenangkan hati suami sebagai wujud cinta kasih seorang istri. untuk menyenagkan suami, istri di perbolehkan melakukan berhias dengan catatan berhias hanya untuk suami semata. Dengan selalu tampil cantik dapat membuat bertambahnya rasa cinta suami kepada istri.

  1. Memuliakan Keluarga Dan Kerabat Suami

Ketika suami dan istri telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga ia telah menjadi bagian dari keluarga pasangannya. Maka dari itu, wajib bagi seorang istri untuk memuliakan keluarga dan kerabat suami sebagaimana ia memuliakan keluarga dan kerabatnya. Sebab keluarga dan kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan denkat dan hubungan emosional dengan sang suami. Oleh sebab itu wajib bagi seorang istri untuk memuliakan keluarga dan kerabat dari sang suami.

  1. Melihat Kenyataan Suami Sebagai Keutamaan

Setelah melangsungkan pernikahan, maka istri akan benar-benar mengetahui keadaan dari laki-laki yang menjadi suaminya. Bagaimana keadaan sang suami, merupakan keutamaan seorang istri yang wajib menerima dan mensyukuri keadaan suami dengan sepenuhnya. Ketika istri mendapati keadaan suami yang baik maka istri wajib mensyukurinya. Apabila istri mendapati keadaan suami yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, maka hendaknya istri bersikap sabar dan ikhlas serta bersyukur atas keadaan yang ada. Sebab dengan rasa ikhlas, sabar dan syukur niscaya Allah SWT akan mengangkat drajat dan melimpahkan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Menerima Pemberian Suami Dengan Rasa Syukur Dan Menerima

Setiap rumah tangga pasti memiliki jalan ceritanya sendiri, begitu pula dengan rizki yang di dapatkan. Kadang suami dalam mencari nafkah tidak menghasilkan nafkah sesuai yang di harapkan. Dan tugas seorang istri adalah menerima dengan lapang dan bersyukur atas apa yang di dapatkan. Dalam kondisi seperti ini, hendaknya istri menghibur dan memberi dorongan motivasi agar suami tetap semangat dalam mencari nafkah untuk keluarga.

  1. Selalu Menunjukkan Rasa Cinta Pada Suami

Rasa cinta adalah unsur utama suksesnya sebuah rumah tangga yang awet dan lenggeng. Sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang istri untuk selalu menunjukkan rasa cintany kepada suami, baik dekat maupun dalam keadaan jauh sekalipun. Istri dapat memnunjukkan rasa cintanya dengan selalu memberi perhatian kepada suami atau dengan cara lain yang membuat suami menjadi senang. Dengan begitu akan membuat bertambahnya rasa cinta dari suami kepada sang istri yang akan menjadikan hubungan suami istri menjadi lebih harmonis

Sebagai kaum wanita, pastinya menginginkan untuk menjadi istri shalihah yang dapat berbakti kepada suami. Dengan menanamkan adab-adab di atas, dapat mengarahkan kamu untuk menjadi istri yang baik dan sahlihah. Semakin banyak adab yang di terapkan istri dalam berbakti kepada suami, maka akan semakin bartambah keshalihan sang istri. Karena menerapkan adab yang baik untuk berbakti kepada suami merupakan kewajiban bagi seorang istri.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai adab seorang istri menurut Imam Ghazali. Penting bagi seorang istri untuk mengaplikasikan adab-adab tersebut demi suksenya rumah tangga yang ia jalani bersama pasanganya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Orami
  • Theasianparent
  • Jateng.nu
Istri Wajib Tahu!! Hukum Bagi Istri Yang Melawan Suami

Istri Wajib Tahu!! Hukum Bagi Istri Yang Melawan Suami

Hukum Bagi Istri Yang Melawan Suami Dalam Agama Islam

Hukum Istri MelawanSuami

 

Hallo Kawan Mama,

Pada dasarnya, rumah tangga adalah sebuah tempat berkumpulnya seorang laki-laki dan wanita untuk saling memadu kasih dalam sebuah ikatan yang di akui oleh agama dan negara. Karena Allah SWT telah menciptakan setiap mahluknya berpasang-pasangan, tak terkecuali manusia. Dan Allah SWT memerintahkan manusia untuk melangsungkan pernikahan untuk membuat keluarga yang tentram dan bahagia serta membuat keturunan dan memperbanyak umat. Dan dalam setiap rumah tangga, suami dan istri memiliki peran masing-masing untuk menunaikan tanggnung jawab dan kewajibannya agar rumah tangga tersebut dapat berjalan dengan semestinya.

Seorang suami adalah seorang imam dan kepala keluarga yang bertugas memimpin anggota keluarga (istri) dan membimbingnya menuju jalan yang benar, serta membahagiakannya. Oleh sebab itu suami mempunyai peran krusial dalam rumah tangga, tepatnya sebagai nahkoda dan penanggung jawab penuh terhadap berjalanya rumah tangga tersebut. Sama halnya dengan suami, seorang istri sebagai makmum dari sang suami, juga memiliki peran dan tanggung jawab yang wajib baginya untuk menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (Q.S An-Nisa : 34)

Meski demikian, tidak jarang dalam sebuah rumah tangga mengalami pasang surut dan permasalahan-permasalahan yang mengganggu ketentraman rumah tangga. Hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa sebab, seperti halnya tidak terpenuhinya hak dan kewajiban di antara keduanya. Seorang istri yang baik adalah istri yang patuh dan taat pada suaminya serta menerima segala keadaan yang terjadi pada suaminya. pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mnegenai Hukum bagi seorang istri yang berani melawan dan menentang suami, berikut ini adalah ulasannya.

Hukum Bagi Seorang Istri Yang Melawan Suami

Allah SWT memberikan kedudukan yang berbeda kepada seorang suami dan istri, di mana seorang suami memiliki kedudukan yang lebih tinggi di bandingkan sang istri. hal ini di sebabkan oleh peran suami yang berposisi sebagai imam, dan kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap berjalannya kelauarga yang ia pimpin tersebut. Bahkan Allah SWT telah menyebutkan sebuah indikasi bahwa akan ada dari kaum istri yang akan melawan dan menentang suaminya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 34, yang artinya.

“perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah SWT maha tinggi lagi maha besar.” (Q.S An-Nisa : 34)

Kata “Nusyuz” di artikan sebagai istri yang tidak mentaati  dan tidak mematuhi suami dan cenderung mununjukan sikap melawan dan menentang. Hal ini di indikasikan dengan tingkah lakunya yang mulai tidak patuh dengan suami, membangkang suami dan tidak lagi memperdulikannya lagi. Dari ayat tersebut dapat di ketahui bahwa hukum bagi seorang istri adalah haram dan termasuk dosa besar seorang istri. Sebab, seorang suami adalah seorang imam dan kepala keluarga yang menjadikannya wajib untuk di taati dan di patuhi.

Ketika seorang suami telah memenuhi hak dan tanggung jawabnya dengan baik kepada sang istri, maka wajib bagi seorang istri untuk taat dan patuh kepada suaminya. Dan apabila suami lalai kepda tanggung jawabnya untuk menunaikan hak dan kewajibannya kepada istri maka istri juga tidak boleh melawan suami. Seorang istri hanya boleh mengingatkan dan menasihati suami, itupun dengan adab dab cara bicara yang baik yang dapat membuat suami sadar akan hak dan tanggung jawab yang lalai dan belum ia tunaikan dengan sepenuhnya.

Menolak Perintah Suami

Menentang suami dan tidak patuh pada suami merupakan dosa besar seorang istri, sebab surga seorang istri ada pada ridho seorang suami. Apabila seorang suami tidak ridho pada sang istri, maka tidak akan terbuka pintu surga bagi seorang istri. maka wajib bagi seorang istri untuk melaksanakan perintah suami yang tujuan perintahnya tersebut untuk membuat istri berbuat baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Dan seorang istri di perbolehkan untuk tidak menuruti suami apabila perintah yang di berikan oleh suami bertentangan dengan syariat Agama Islam. Sebagaimana telah di jelaskan dalam hadits mengenai di perolehkannya istri untuk tidak mematuhi perintah suami, Rasulullah SAW bersabda.

“tidak ada ketaatan pada mahluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah Azza Wajalla.” (H.R Ahmad)

Jika hal demikian terjadi (perintah suami yang tidak baik) maka wajib bagi seorang istri untuk menolak perintah suami dan di wajibkan juga baginya untuk mengingatkan dan menasihati suami akan perintahnya yang bertentangan dengan syariat Islam. Dalam menasihati sang suami, hendaknya istri tetap menggunakan adab dan sikap, serta tutur kata yang baik sehingga suami akan sadar bahwa apa yang ia perintahkan merupakan perbuatan salah dan bertentangan dengan Syariat Islam.

Sebab jika istri menasihati dengan cara yang kasar maka bukan tidak mungkin suami akan menjadi marah kepada istri dan malah tidak menyadari perbuatannya yang salah. Karena pada dasarnya suami adalah seorang laki-laki yang cenderung menggunakan akalnya, tidak seperti wanita yang cenderung menggunakan hati dan intuisinya.

Seorang suami juga tidak wajib di turuti perintahnya apabila perintah yang suami berikan cenderung akan merugikan sang istri. Sebab perintah yang membuat rugi seorng istri tentu merupakan perintah yang bertentangan dengan kewajiban seorang suami dalam membahagiakan istri. Lalu dalam kondisi apa saja seorang istri dapat menolak perinta sang suami?, berikut ini adlah ulasannya.

    1. Perintah Untuk Berbuat Kufur Dan Syirik

Kufur dan syirik merupakan perbuatan dosa besar dan di larang bagi setiap umat islam. Sebab hal ini termasuk mendurhakai Allah SWT dan bertentangan dengan syariat islam. Dan apabila suami memrintahkan istri untuk melakukan hal tersebut, maka wajib bagi sang istri untuk menolak perintah tersebut. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 33, yang artinya.

“katakanlah : ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah tidak menurunkan hujjah utuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.” (Q.S Al-A’raf : 33)

    1. Perintah Untuk Memutuskan Hubungan dan Silaturrahim Tanpa Alasan Yang jelas

Di dalam Agama Islam, Allah memerintahkan bagi hamba-Nya untuk menjaga hubungan silaturrahim antar sesame dengan sebaik-baiknya. Dan Allah sangat membenci seorang hamba yang dengan sengaja memutus tali silaturrahimnya pada keluarga atau sesame. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22-23, yang artinya.

“maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutusakan hubungan kekeluargaan?. Maka mereka itulah orang-orang yang di kutuk Allah, lalu di buat tuli (pendengarannya) dan di butakan peglihatannya.” (Q.S Muhammad : 22-23)

    1. Perintah Untuk Membuka Aurat Istri Di Muka Umum

Menjaga aurat agar tetap tertutup merupakan kewajiban bagi setiap msulimah tanpa terkecuali. Karena aurat seorang wanita yang terjaga adalah sebuah kehormatan dan tanda kesucian serta keimanan seorang wanita. Haram bagi seorang wanita terutama muslimah untuk membuka dan memamerkan auratnya di muka umum, apalagi wanita yang sudah mempunyai suami. Sebagaimana firman Allah SWT dalm Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 31, yang artinya

“katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘hendaklah mereka menahan pandangannya dan memlihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra saudara laki-laki mereka, atau putra suadara-saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereke memukulkan kaki mereka agar di ketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Kemudian bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(Q.S An-Nur : 31)

    1. Perintah Suami Untuk Berhubungan Badan Dalam Keadaan Haid Atau Melalui Dubur

Selain perintah untuk melangsungkan pernikahan, Allah SWT juga memrintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak keturunan dengan cara berhubungan badan. Berhubungan badan juga merupakan sebuah sunnah yang di anjurkan oleh Rasulullah. Namun dalam kedaan tertentu, berhubungan badan tidak di perbolehkan untuk di lakukan, di antaranya adalah ketika istri tengah haid atau melkuknya lewat dubur. Karena berhubungan dalam kondisi ini dapat membuat kondisi istri yang sedang haid menjadi terganggu dan dapat menularkan penyakit pada suaminya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222-223), yang artinya.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah ‘haid itu adalah kotoran (najis)’. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid. Dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di perintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S Al-Baqarah)

Hal ini di perjelas di dalam hadits Nabi, Rasulullah SAW bersabda.

“Di laknat orang yang mendatangi perempuan pada duburnya.” (H.R Abu Dawud dan An-Nasa’i)

    1. Perintah Suami Igar Istri Bekerja Keras Sedangkan Ia Bermalas-Malasan

Pada dasarnya, Seorang suami adalah imam dan kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Dengan begitu wajib bagi seorang istri untuk mentaati dan patuh dengan perintah suami. Namun jika suami hanya bermalas-malasan dan tidak pergi mencari nafkah untuk sang istri, maka istri boleh untuk menolak perintah sang suami.

    1. Suami Menggunakan Harta Istri Tanpa Se izin Istri

seorang suami adalah seorang kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah dan memberikannya kepada sang istri. Namun tidak jarang terjadi suami menglamai masa di mana sulit mencari rizki untuk sang istri. Dan pada kondisi ini, suami tidak boleh menggunakan harta istri tanpa se izin dari istrinya. Apabila suami menggunakan harta istri tanpa adanya izin maka ia akan mendapat dosa dan istri dapat menolak setiap perintah dari sang suami.

Pada penjelasan di atas, dapat di ketahui bahwa melawan dan menentang suami adalah sebauh bentuk ketidaktaatan istri yang mendurhakai suami. Seorang suami merupakan imam dan kepala keluarga yang bertanggung jawab penuh terhadap jalannya rumah tangga yang ia pimpin yang nantinya akan ia pertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Sehingga wajib bagi seorang istri untuk taat serta patuh pada setiap perintah suami, karena itu merupakan sebuah bukti pengabdiannya kepada suaminya. Dan haram bagi seorang istri menolak permintaan suami ketika hak dan kewajibannya telah di penuhi olehsang suami.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai Hukum Bagi Istri yang Melawan Suami kami tulis. Seorang istri dapat menolak perintah suami dengan catatan apabila hak dan kewajibannya belum di penuhi oleh suami, serta menolak perintah suami yang bertentangan dengan syariat dan dapat merugikannya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber:

  • Orami
  • Genpi