Risiko Komplikasi Berbahaya Akibat Diare

Risiko Komplikasi Berbahaya Akibat Diare

Risiko Komplikasi Berbahaya Akibat Diare

Risiko Komplikasi Berbahaya Akibat Diare

Hallo Kawan Mama,

Diare merupakan salah satu kondisi di mana organ pencernaan mengalami gangguan kesehatan. Umumnya kondisi ini di anggap sebagai masalah sepele karena hanya berlangsung da;am waktu beberapa hari saja. Padahal tidak sedikit kasus yang menyebutkan tingginya angka kematian yang di sebabkan oleh diare. Diare ringan mungkin hanya akan berlangsung selama 2 sampai 3 hari saja. Namun pada kasus di mana diare berlangsung dalam rentan waktu yang lama bisa mengakibatkan kondisi berbahaya bagi kesehatan.

Pada dasarnya, diare merupakan kondisi di mana di dalam organ pencernaan kita terdapat iritasi yang terinfeksi akibat serangan bakteri. Kondisi ini membuat lambung tiak dapat mencerna makanan dengan baik, serta usus yang pergerakannya mengalami peningklatan. Akibatnya usus tidak dapat menyerap mineral dari bahan makanan yang kemudian akan membuat bahan makanan tersebut langsung menuju saluran pembuangan. Kondisi tersebut membuat fases yang keluar bertekstur cair di sertai dengan air. Diare umumnya akan menimbulkan gejala seperti perut yang nyeri,mulas, mual, sembelit dan membuat kita seringkali buanng air besar. Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas kita dan membuat kita menjadi tidak nyaman kaibat seringkali bolak-balik ke kamar mandi.

Dalam keadaan normal, diare hanya akan berlangsung selama 2 sampai 3 hari saja, dan dapat di atasi dengan pengobatan sederhana. Namun kondisi diare yang berkepanjnangan ternyata dapat membahayakan kesehatan kita, bahkan berisiko menyebabkan penyakit berat hingga kematian. Maka dari itu, kondisi diare ini sebaiknya bukan untuk di sepelekan dan harus segera di tangani. Nah, pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai risiko komplikasi akibat diare. Tentunya hal ini perlu untuk di ketahui agar dapat lebih berhati-hati menjaga kesehatan tubuh.

Bahaya Kondisi Kesehatan Akibat Diare

Umumnya diare merupakan masalah kesehatan yang di anggap sepele karena hanya berlangsung beberapa hari saja. Kondisi gangguan kesehatan akibat diare sendiri tidak banyak yang mengatahui sehingga di anggap hanya sebatas penyakit ringan. Namun faktanya diare ini juga berpotensi menyebabkan kondisi berbahaya bagi kesehatan. Bahkan badan kesehatan dunia yaitu WHO mmenyebutkan bahwa komlikasi diare berisiko terjadi pada bayi, anak kekurangan gizi, riwayat system kekebalan tubuh yang lemah dan pengidap HIV.

Sedangkan menurut Kemenkes dalam bulletin berjudul Situasi Diare di Indonesia menyebutkan bahwa diare menempati urutan ke-3 penyakit menular berakibat kematian. Posisi 1 dan 2 masih di duduki oleh tuberculosis dan pneumonia. Pada bayi balita, diare menempati peringkat pertama penyebab kematian. Penyakit diare ini, umumnya di sebabkan oleh organ pencernaan yang infeksi bakteri yang berasal dari makanan atau lingkungan yang tidak higienis. Nah berikut ini adalah kondisi berbaya akibat diare.

  1. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan kondisi yang paling umum terjadi akibat diare. Pada kondisi diare, tubuh akan kehilangan banyak cairan karena kinerja usus yang cepat dan tidak seimbang. Hal ini di sertai dengan tidak adanya asupan mineral yang masuk menggantikan cairan yang telah hilang. akibatnya tubuh akan mengalami kekeringan dan kekurangan cairan hingga dehidrasi. Tubuh yang mengalami dehidrasi juga tidak bisa di anggap sepele.

Fungsi dari organ tubuh tidak dapat bekerja tanpa adanya mineral sebagai sumber energy akibat dehidrasi. Jika di biarkan begitu saja, kondisi ini akan menyebabkan kerusakan pada sel dan organ tubuh lainya akibat kekeringan. Tubuh yang mengalami dehidrasi berisiko menyebabkan gangguan fungi ginjal, kerusakan dan kejang otot, otak yang membengkak hingga syok karena tekanan darah yang rendah. Kondisi tubuh yang megalami diare juga dapat kamu ketahui sebagai berikut.

Ciri-ciri dehidrasi akibat diare pada orang dewasa

    • Rasa haus yang berlebihan
    • Mulut atau kulit kering
    • Jumlah urine yang sedikit dan berwarna gelap atau tidak keluar sama sekali
    • Lemah, lelah, lemas dan pusing

Ciri ciri dehidrasi akibat diare pada anak dan bayi

    • Bayi tidak buang air kecil selama 3 jam atau lebih
    • Mulut dan lidah yang kekeringan
    • Demam hingga suhu di atas 39 drajat C
    • Rewel dan menangis tanpa air mata
    • Terlihat lemah, lemas dan tidak responsif
    • Mata menjadi cekung
  1. Malabsorbsi

Diare berkepanjangan juga berpotensi mengakibatkan malabsorbsi. Malabsorbsi atau juga di sebut sebagai sindrom malabsorbsi ini merupakan kondisi yang umumnya di sebabkan oleh gangguan penyerapan oleh usus halus terhadap nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Kondisi ini umumnya di sebabkan oleh usus yang mengalami iritasi hingga peradangan dan infeksi. Maka dari itu diare yang terhjadi akibat adanya bakteri yang menginfeksi organ pencernaan menjadi salah satu penyebab malabsorsbsi.

Sehingga membuat usus tidak sapat menyerap nutrisi dengan baik. Organ tubuh yang tidak dapat berfungsi menyerap nutrisi dengan baik akan menyebabkan malnutrisi. Kondisi inilah yang seringkali membuat tumbuh kebang sang anak mengalami keterlambatan hingga berhenti berkembang.

  1. Malnutrisi

Kondisi lain yang di sebabkan ikeh kondiisi diare adalah malnutrisi atau biasa di kenla dengan istilah kekurangan gizi. Kondisi ini juga sangat rawan terjadi pada bayi dan anak-anak. malnutrisi umumnya terjadi akibat kondisi diare yang berkepanjangan dan tidakdi sertai dengan suplai nutrisi yang cukup. Ketika diare tidak hanya mineral saja yang terkuras, namun nutrisi juga ikut terkuras dan hilang. Maka dari itu, tubuh yang tidak tersuplai oleh nutrisi akan mengalami kondisi malnutrisi.

Umumnya diare berkepanjangan akan menyebabkan tubuh menimbulkan gejala sering buang air besar, dan muntah. Sehingga selain suplai mineral, perlu adanya bahan makanan bernutrisi untuk mengganti nutrisi yang hilang. Dengan begitu kondisi diare bisa segera membaik dan terhindar dari risiko malnutrisi. Karena seseorang yang mengalami nutrisi, terutama anak-anak akan mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembangnya.

Ciri-ciri malnutrisi akibat diare

    • Nafsu makan yang berkurang di sertai berat badan yang menurun
    • Tubuh yang lemah dan mudah lelah
    • Mudah sakit dan penyembuhan pada luka yang lambat
  1. Septikemia

Selain berpotensi menyebabkan malnutrisi, diare berkepanjangan juga menyebabkan terjadinya risiko septikemia. Septikemia sendiri merupakan kondisi di mana darah mengalami keracunan akibat masuknya bakteri jahat kedalam aliran darah. Umumnya kondisi ini di sebabkan oleh kondisi diare yang berasal dari serangan bakteri Clostridium difficile yang membuat usus besar mengalami radang hingga menyebabkan diare parah.

Akibat usus besar yang meradang membuat bakteri masuk kedalam aliran darah hingga berisiko mengalami sepsis. Sepsis sendiri merupakan kondisi di mana bagian seluruh tubuh telah terserang oleh infeksi bakteri. Usia lansia dan orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah adalah orang yang rentan mengalami kondisi ini. Bakteri yang meradang membuat darah menjadi menggumpal serta menghambat peredaran oksigen. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gagal fungsi pada sel dan organ tubuh yang akan berujung pada kematian.

Ciri-ciri septikemia akibat diare

    • Badan lemah dan tidak memiliki nafsu makan
    • Seringkali buang air besar di sertai air
    • Mual dan muntah hingga demam
    • Sangat peka terhadap cahaya
    • Detak jantung berdetak lebih cepat
    • Koma

Meskipun terbilang penyakit ringan, namun apabila menyepelakan dan menganggap remeh, faktanya diare dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan hingga kematian. Kondisi tubuh yang mengalami diare, perlu utuk segera di tangani agar terhindar dari berbagai kondisi gangguan kesehatan. Apalagi jika yang mengalami diare adalah bayi atau usia kanak-kanak. Karena usia tersebut merupakan usia yang rentan mengalami diare. Selain itu, gejal-gejala yang di timbulka akibat diare juga sangat merepotkan dan mengganggu aktivitas yang kita lakukan. oleh kerena itu, perlu adanya perhatian dan penanganan yang segera di lakukan untuk mencegah diare sehingga tidak menimbulkan kondisi komplikasi yang berbaya bagi kesehatan.

Demkian pembahasan dari Kawan Mama mengenai risiko komplikasi berbahaya akibat diare. Dengan mengetahui gejala-gejala tersebut kita bisa lebih tanggap untuk mengantisipasi dan mencegah risiko gangguan penyakit berbahaya bagi tubuh.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Sehatq
  • hellosehat
Antibiotik Untuk Mengobati Diare

Antibiotik Untuk Mengobati Diare

Jenis Antibiotik Untuk Mengobati Diare

Antibiotik Untuk Mengobati Diare

Hallo Kawan Mama,

Diare merupakan salah satu kondisi tubuh yang mengalami masalah kesehatan pada system pencernaan. Seseorang yang tubuhnya mengalami kondisi diare umumnya akan di tandai dengan gejala suasana perut yang tidak menentu, mulas, sering buang air besar hingga mengalami dehidrasi. Pada dasarnya, kondisi tubuh yang mengalami diare ini di sebabkan oleh adanya infeksi pasa organ pencernaan akibat infeksi bakteri dan virus, atau bahkan parasit. Kondisi seperti ini tentunya perlu segara di atasi karena jika terlalu lama akan membuat kertidaknyamanan, mengganggu aktiivtas dan berisiko dehidrasi.

Umumnya gejala yang di sebabkan oleh kondisi diare ini, dapat sembuh sendiri seiring berjalanya waktu di sertai mengkonsumsi banyak cairan. Karena dengan mengkonsumsi banyak cairan akan mengganti cairan tubuh yang telah hilang akibat diare, serta membantu kerja system kekebalan tubuh. Karena kinerja dari system kekebalan tubuh sendiri tetnunya membutuhkan energy yang berasal dari cairan yang di konsumsi. Namun, dalam kondisi tertentu, beberapa dari kasus diare menyebutkan bahwa pada kondisi tubuh yang mengalami diare parah, perlu adanya obat atau antibiotik untuk memulihkan kondisi tubuh. Sebab tubuh yang mengalami kondisi diare parah ini akan menyebabakan risiko masalah-masalah kesehatan lainya. Dan anti-biotik ini akan membantu mengatasi dan membunuh bakteri dan virus penyebab infeksi.

Pada dasarnya antibiotik sendiri merupakan salah satu jenis obat yang berfungsi untuk mengatasi infeksi-infeksi akibat bakteri. Antibiotik ini memiliki fungsi untu menghambat tumbuh kembang bakteri hingga membunuh sel-sel bakteri di dalam tubuh. Oleh karena itu, obat bakteri merupakan salah satu obat yang sering di gunakan untuk mengatasi diare parah. Nah, pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai beberapa jenis bakteri yang di gunakan untuk mengobati diare. Karena kondisi tubuh yang mengalami diare parah umumnya tidak bisa sembuh begitu saja dan memerlukan adanya jenis obat untuk membantu mangatasinya.

Jenis Antibiotik Untuk Mengobati Diare

Antibiotik ini merupakan sebuah jenis obat yang berfungsi untuk mncegah pertumbuhan bakteri dan membunuhnya. Dengan bagitu, banyak dari dokter yang menggunakan obat antibiotik untuk mengatasi berbagai penyakit. Dalam kasus tubuh yang mengalami diare, obat antibiotik ini dapat di gunakan untu mengobati, namun tidak di perkenankan menggunakannya dengan sembarangan. Karena kebanyakan dari efek samping penggunaan antibiotik sendiri dapat menyebabkan masalah pencernaan hingga mengalami diare. Karena dalam penggunaanya sendiri, pastikan kamu mengikuti resep dari dokter agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh. Berikut ini adalah jenis antibiotik untuk membantu mencegah pertumbuhan danmembunuh bakteri penyebab diare.

  1. Cotrimoxazole

Cotrimoxazole merupakan salah satu jenis obat antibiotik yang juga dapat di gunakan untuk membantu mengobati diare. Pada dasarnya, Cotrimoxazole ini terbuat dari bahan yang mengandung dua jenis zat, yaitu sulfametoksazol dan trimetoprime. Cotrimoxazole ini akan mengatasi kondisi diare yang di sebabkan oleh bakteri Escherichia Coli atau biasa di sbut E.coli.

Jenis antibiotik yang satu ini, umumnya di resepkan untuk anak-anak dan orang dewasa yang memiliki alergi terhadap penisilin. Namun untuk mereka yang memiliki alergi terhadap sulfonamide, Cotrimoxazole merupakan jenis antibiotik yang tidak di sarankan untuk di gunakan. Bagi orang dewasa, umumnya dalam mengkonsumsi antibiotik ini dalam dosis 2 tablet untuk di minum 2 kali sehari. Sementara untuk usia anak-anak tergantung pada berat badan tubuh sang anak. Namun seringkali dalam penggunaan anti biotik jenis ini akan menimbulkan efek samping sakit kepala. Jika gejala ini terjadi atau muncul gejala-gejala lain sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

  1. Cefixime

Jenis obat antibiotik yag satu ini juga kerap di sarankan untuk membantu mengobati kondisi tubuh yang mengalami diare. Karena antibiotik jenis Cefixime ini akan berfungsi untuk membantu mengobati diare yang di sebabkan oleh infeksi akibat bakteri salmonella typhi. Cefixime sendiri pada dasarnya merupakan antibiotik golongan selafosporin yang di yakini ampuh untuk memulihkan kondisi organ tubuh yang terinfeksi jenis bakteri salmonella typhi.

Umumnya kondisi tubuh yang mengalami diare akibat infeksi bakteri salmonella typhi ini akan menimbulkan gejala gastroenteritis atau muntaber. Ketika mengkonsumsi antibiotik jenis cefixime ini sebaiknya di sertai dengan memperbanyak mengkonsumsi air mineral. Sebab mengkonsumsi cefixime sendiri biasanya akan menimbulkan gejala efek samping berupa suasana perut yang tidak nyaman hingga muntah. Selain itu, makanan yang ringan dengan rasa yang tidak kuat atau tawar lebih baik untuk mencegah rasa mual tersebut.

  1. Metronidazole

Metronidazole merupakan salah satu jenis anti-biotik yang di sering kali di gunakan untuk masalah pada lambung. Sebab kondisi lambung yang mengalami masalah atau infeksi juga menjadi penyebab diare. Dalam penggunaanya, dosis yang di butuhkan untuk mengatsi diare umumnya hanya sekitar 250-270 untuk pemakaian 3 kali sehari dalam rentan waktu 7 hingga 10 hari.

Dalam penggunaanya, sebaiknya kocok suspensi oral (cairan) sebelum di tuangkan pada sendok. Selain itu, takaran dosis obat tersebut, baiknya gunakan juga peralatan medis berupa sendok, gelas pengukur khusus dosis obat. Hindari menggunakan gelas dan sendok yang biasa di gunakan untuk makan. Dalam produksinya, antibiotik ini di buat dalam kemasan cair dan tablet untuk memudahkan dalam mengkonsumsinya. Namun bagi seseorang yang tengah hamil trimester pertama sebiaknya tidak menggunakan obat ini. Konsultasikan terlenih dahulu kepada dokter untuk mendapatkan solusi yang lebih baik. Sama halnya seperti jenis obat lainya, Metronidazole juga memiliki efek samping berupa pusing dan sakit kepala.

  1. Azithromycin

Seperti halnya dengan erythromycin, Azithromycin juga merupakan salah satu obat antibiotik golongan makrolida. Umumnya golongan obat tersebut di gunakan untuk membantu mengobati kondisi diare wisatawan akibat infeksi bakteri campylobacter jejuni. Dalam sebuah studi oleh International Journal of Infectius Disease pada tahun 2017. Menyebutkan bahwa sejumlah wisatawan di Thailand yang mengalami diare sembuh dalam 72 jam setelah meminum obat tersebut.

Dalam penggunaannya, umumnya obat Azithromycin ini akan memibulkan efek samping berupa gejala sakit perut ringan, perut kembung, mual, muntah dan sembelit. Namun efek samping tersebut merupakan kondisi yang normal dan ringan, sehingga akan membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun, perlu di waspadai apabila muncul gejala yang tidak biasa atau masa efek samping yang terlalu lama. Sebaiknya langsung segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusinya.

  1. Ciprofloxacin

Salah satu penyebab tubuh mengalami diare adalah kerana adanya infeksi yang di sebabkan oleh bakteri campylobacter jejuni dan salmonella enteritidis. Ciprofloxacin ini merupakan salah satu jenis obat antibiotik golongan fluoroquinolone untuk mengatasi infeksi akibat bakteri-bakteri tersebut. Namun menurut International Journal of Infectius Disease yang keluar pada tahun 2017. Menyebutkan bahwa antibiotik Ciprofloxacin ini hanya akan di berikan apabila efek antibiotik ringan seperti cotrimoxazole dan cefixime tidak manjur.

Karena banyak kasus di mana kodnisi tubuh yng mengalami diare sulit untuk di atasi dan di pulihkan dengan antibiotik kelas ringan. Dalam mengkonsumsi Ntibiotik Ciprofloxacin ini, sebaiknya di minum dengan air mineral agar mudah da lebih cepat di serap oleh tubuh. Sebagai catatan, antibiotik ini hanya berlaku pada tubuh dengan area yang yang tidak mengalami riwayat resistensi antibiotik fluoroquinolone.

  1. Levofloxacin

Obat antibiotik untuk mengatsi diare selanjutnya adalah Levofloxacin. Jenis antibiotik satu ini juga termasuk dalam golongan antibiotik fluoroquinolone yang memiliki fungsi untuk membunuh bakteri penyebab diare. Ciprofloxacin ini merupakan antibiotik yang umumnya seringkali di resepkan untuk para wisatawan. Sebab fungsinya yang terbilang dapat mempercepat penyembuhan serta sifatnya yang dapat di tolerir dengan baik oleh tubuh.

 Umumnya dalam penggunaan antibiotik yang satu ini, efek dari penggunaan obat ini baru dapat di lihat dalam waktu 6 hingga 9 jam untuk penggunaan dosis pertama. Namun meski jarang terjadi, ternyata obat satu ini juga memiliki efek samping yang dapat menyebabkan sakit kepala, pusing dan juga sembelit. Namun tidak perlu khawatir karena umumnya terjadi hanya dalam waktu yang singkat.

Pada dasarnya, diare dapat di alami oleh siapa saja tanpa mengenal batasan usia. Karena diare sendiri merupakan kondisi kesehatan yang umumnya di alami oleh semua orang. Umumnya, kondisi tubuh yang mengalami diare ini akan dapat reda dan sembuh dengan sendirinya atau di bantu dengan memperbanak mengkonsumsi air mineral. Namun tidak jarang juga terjadi kasus di mana seseorang yang mengalami kondisi diare berkepanjangan. Kondisi ini akan sangat berbahaya, bahkan dapat menyebabkan dehidrasi dan gejala-gejala gangguan kesehatan lain apabila tidak segera di atasi. Kondisi tubuh yang mengalami diare berkepanjangan ini adalah salah satu diare yang kadang susah di atasi. Maka dari itu, antibiotik menjadi salah satu rumusan untuk mengatasi kondisi tersebut. Karena antibiotik sendiri memang merupakan obat yang di gunakan untuk membunuh bakteri penyebab infeksi.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai obat antibiotik untuk mengobati diare. Tentunya dalam penggunaan obatantibiotik, sebaiknya sesuaikan dengan resep dari dokter terkait kondisi tubuh. Karena kondisi tubuh sendiri sangat berpengaruh terhadap penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai berisiko menyebabakan dampak gangguan kesehatan lainya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Winnetnews
  • Hellosehat