Cara Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Cara Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Hallo Kawan Mama, Salah satu ganggguan penglihatan atau penyakit mata yang seringkali di alami oleh bayi adalah konjungtivitis neonatal. Umumnya jenis gangguan penglihatan ini terjadi pada bayi yang baru saja melalui masa persalinan. Konjdisi ini akan menganggu fungsi penglihatan pada sang bayi, bahkan dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan. Karenanya perlu adanya cara untuk mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal.

Konjungtivitis neonatal atau juga di sebut dengan istilah konjungtivitis neonatus pada dasarnya hampir sama dengan jenis konjungtivitis lainya. Konjungtivitis neonatal akan membuat mata memerah, mata berair, rasa gatal dan juga pembangkakan. Bahkan dalam kasus yang lebih serius, jenis gangguan penglihatan tersebut dapat menyababkan mata berdarah hingga mengeluarkan nanah. Kondisi ini merupakan dampak dari mata yeng mengalami konjungtivitis neonatal.

Ketika seoarng bayi yang baru saja selesai melangsungkan persalinan, pada dasrnya sangat rentan mengalami kondisi ini. Kondisi tersesbut juga terbilang sebagai kondisi yang banyak di alami oleh bayi pasca persalinan. Jika tidak segera di obati, kondisi ini dapat akan berbahaya bagi kesehatan bayi terutama pada bagian mata dan fungsi penglihatan. Karenanya, berikut ini Kawan Mama akan membahas mengenai bagaimana cara mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal. Simak penjelasanya di bawah ini.

Konjungtivitis Neonatal (Neonatus)

Cara Untuk Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Pada dasarnya, konjungtivitis neonatal atau neonotus ini umumnya terjadi akibat obstruksi ductus nasolakrimalis kongential atau konjungtivitis kimia yang menyababkan mata mengalami infeksi. Dalam istilah lain, konjungtivitis neonatal atau neonatal ini di sebut dengan istilah oftalmia neonatrum di mana kondisi ini umumnya akan terlihat ketika memasuki 4 minggu pasca persalinan. Bayi yang baru lahir sangat rawan terkena penyakit. Dan konjungtivitis neonatal ini umumnya infeksi yang terjadi ketika ketika melalui jalan kelahiran.

Konjungtivitis neonatal atau neonatus aseptik paling sering terjadi akibat konjungtivitis kimiawi yang di induksi oleh larutan perak nitrat, yang telah di gunakan sejak lahir sejak akhir 1800-an untuk profilaksis konjungtivitis menular (prosedur yang dikenal sebagai profilaksis Credé). Konjungtivitis kimia menjadi kurang umum karena penggunaan salep eritomisin atau povidone iodide sebagai pengganti larutan perak nitrat untuk profilaksis konjungtivitis manula.

Di lansir dari laman msdmanuals, Infeksi seringkali di peroleh dari ibu yang terinfeksi selama perjalanan melalui kalan lahir. Oftalmia klamidia menjadi penyabab bakteri paling umum yang menyumbang hingga 40% dari konjungtivitis pada neonatus <4 minggu. Prevelensi inveksi klamidia ibu berkisar antara 2 hingga 20%. Sekitar 30-50% neonatus yang lahir dari wanita yag terinfeksi akut mengalami infeksi, dan 25-50% dari mereka mengalami konungtivitis. Dan bakteri streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza nontypeable menyumbang 30-50% kasus. Dan oftalmia gonokokal menyumbang <1% kasus.

Penyabab Dan Gejala

Usia bayi menjadi salah satu tanda sebagai indikasi atau petunjuk terhadap etiologi kondisi konjungtivitis neonatal. Sebab beberap penyabab konjungtivitis umumnya terjadi pada bayi dalam waktu yang berbeda-beda. Namun umumnya penyebab bayi mengalami konjungtivitis neobatal adalah sebagai berikut.

  1. Penyumbatan saluran ir mata
  2. Infeksi bakteri
  3. Peradangan kimiawi
  4. Infeksi akibat virus

Sedangkan untuk gejala yang muncul pada mata yang mengalami konjungtivitas mungkin masih sulit di kenali pada tahap awal. Namun menjelang beberapa hari setalah kelaihran umumnya gejala konjungtivitis neonatal baru dapat di ketahui. Yakni,

  1. Mata memerah
  2. Pembengkakan
  3. Mata berair
  4. Mengeluarkan darah
  5. Mengeluarkan nanah

Diagnosis Konjungtivitis Neonatal

Untuk mengathui kondisi pada mata bayi terhadap penyakit konjungtivitis neonatal memerlukan beberapa metode yang harus di lakukan agar hasil dapat di ketahui dengan lebih jelas. Diagnosis banding merupakan salah satu metode yang meliputi secret pada mata yang dapat berupa konjungtivitis atau obstruksi ductus lakrimalis kongential. Sementara itu diagnosis lain dapat di lakukan dengan pemeriksaan terhadap kondisi konjungtiva yang ada di mata.

Sementara itu, metode pemeriksaan fisik di mana metode ini mengharuskan untuk mengevaluasi edema periorbital dan adenopati. Kedua mata akan di periksa untuk melihat pembengkakan, edema, kondisi konjungtiva, serta kongesti pembuluh darah. Pemeriksaan uleserasi akan di lakukan untuk melihat adanya refleks merah pada mata, kotoran purulent, edema, eritema pada kelopak mata, dan injeksi konjungtiva yang akan menunjukan penyabab konjungtivitis.

Selain itu, bila di perlukan, metode pemeriksaan laboratorium juga dapat di lakukan untuk hasil yang lebih jelas. Pemeriksaan laboratorium meliputi pewarnaan gram dan kultur untuk memeriksa sel darah putih dan bakteri serta sensitivitas dan kultur bakteri yang di isolasi. Pewarnaan giemsa harus di lakukan untuk kecurigaan akan kalimidia, namun klamidia sendiri saat ini lebih sering di diagnosis dengan tes amplifikasi asam nukleat.

Sebagai catatan, bayi yang baru lahir dengan dugaan infeksi C. trachomatis harus di ambil sempelnya dari konjungtiva dan orofaring. Sebab C. trachomatis adalah organisme intraseluler obligat, di mana swab tidak hanya di ambil dari secret mata melainkan harus mencakup sel epitel konjungtiva.

Pencegahan Konjungtivitis Neonatal

Untuk mencegah kondisi konjungtivitis mata yang terjadi pada bayi umumnya masih belum di temukan cara yang pasti. Namun beberapa cerikut merupakan metode penting dalan manajemen perawatan mata yang mengalami konjungtivis neonatal. Yakni,

  1. Hindari kontaminasi silang dengan sering mencuci tangan dan memekai sarung tangan
  2. Irigasi mata dengan saline isotonic steril
  3. Pengobatan sistemik di perlukan untuk staphylococcal, gonococcal, chlamydia, pseudomonas dan konjungtivitis herpetic.
  4. Hindari penutup mata
  5. Pertimbangan pediatric ilnfectious disease dan atau konsultasikan pediatric ophthalmology
  6. Konjungtivitis kimia biasanya sembuh 24-27 jam dan dapat di bantu dengan pelumasan air mata buatan.

Pengobatan Konjungtivitis Neonatal

Umumnya dalam menangani konjungtivitis, pasien akan di berikan antibiotic atau selep untuk meredakan mata yang mengalami konjungtivitis. Selain itu, oral antibiotic dan ifus antibiotic akan di gunakan, dengan catatan sesuai dengan infeksi yang terjadi pada mata. namun beberapa pengobatan di lakukan berdasarkan jensi dari kondisi konjungtivitis neonatal. Yakni

  1. Konjungtivitis Gonokokal

Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis karena resistensi PCB. Sefalosporin generasi ketiga merupakan antibiotic lini pertama. Sebab kondisi ini dapat terjadi bahkan dengan profilaksis yang tepat, bayi yang di lahirkan ibu dengan infeksi gonokokal yang positif. Pada kondisi ini metode yang di gunakan meliputi,

    • Ceftriaxone 25-50mg/kg intravena atau intramuscular x 1dosis
    • Alternatif lain berupa sefotaksim dosis tunggal 100mg/kg
    • Isolasi bayi selama 24 jam pertama terapi antibiotic parenteral
    • Tes untuk HIV dan sifilis bersamaan
    • Evaluasi untuk penyakit diseminata (arthritis, meningitis, sepsis, infeksi anorectal)
    • Pertimbangan untuk mengobati klamidia karena tingginya tingkat infeksi bersamaan
    • Pertehenkan ambang batas rendah untuk mengevaluasi infeksi sistemik (sepsis, meningitis)
    • Konsultasikan ke oftalmologi karena gonokokal dapat menyababkan perforasi dan kebutaan
    • Irigasi mata dengan salin normal dengan interval yang sering (1 hingga 2 jam)
    • Antibiotic topical tidak di perlukan
  1. Konjungtivitis Klamidia

Eritromisin x 14 hari atau azitromisin 20mg/kg/hari  x 3 hari adalah pengobatan yang di rekomendasikan. Namun, American Academy of Pediatrics masih merekomendasikan eritromisin. Kurus kedua biasanya di perlukan karena 1-5 kasus kambuh setelah terapi antibiotic. Stenosis pylorus telah terlihat pada bayi kurang dari usia 6 minggu yang di obati dengan eritromisin.

  1. Konjungtivitis Herpes

Metode ini berupa memberikan vidarabine topical atau trifluridine 5x sehari selama sepuluh hari. Evaluasi, obati herpes sistemik konsuktasi pada oftalmologi menjadi langkah yang harus di lakukan. selain itu, pengobatan sistemik dengan asiklovir juga di indikasikan untuk SEM (kulit mata dan mukosa) dan infeksi system saraf pusat. Evaluasi oftalmologi sangat di rekomendasikan karena retinopati, katarak, dan korioretinitis dapat berkembang.

  1. Obstruksi Ductus Lacrimal

Metode ini merupakan langkah paling jelas secara spontan tanpa adanya pengobatan. Apabila masalah tidak dapat teratasi dan gejala kondisi ini tetap ada hingga 6-7 bulan maka barulah bayi harus di evakuasi dan di tangani oleh dokter mata.

Sebagai Catatan : Isolasi di anjurkan bagia pasien penderita pseudomonas, herpes, dan gonokokal.

Konnjungtivitis neonatal atau neonatus jenis gangguan penglihatan yang umumnya di alami oleh bayi yang baru saja melewati proses persalinan. Kondisi ini cukup umum di temukan pada kebanyakan bayi. Meskipun begitu, kondisi ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalanya waktu. Namun dalam kasus yang cukup parah, kondisi ini dapat menyababkan mata mengeluarkan adrah hingga nanah serta menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan. Sebagai langkah yang tepat untuk mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal kondisi ini adalah segera periksa dan konsultasikan kondisi ini pada dokter spesialis mata untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Demikian pejelasan dari Kawan Mama menganai cara mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal. Konjungtivitis di kenal sebagai gangguan penglihatan yang membuat mata memerah dan rasa yang tidak nyaman. Pada orang dewasa mungkin kondisi konjnungtivitis masih terbilang aman dan akan pulih dengan sendirinya. Namun pada bayi kondisi ini terbilang cukup berbahaya, karena dapat menyababkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Ncbi-nlm-nih-gov
  • Msdmanuals
Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Hallo Kawan Mama, Mata merah atau konjungtivitis memang menjadi salah satu kondisi gangguan penglihatan yang sering kali di alami oleh semua orang. Namun ternayata, selain terjadi pada orang dewasa dan lansia, mata merah atau konjungtivitis ini juga dapat di terjadi pada bayi yang baru lahir. Kondisi ini di sebut dengan konjungtivitis neonatal yang berbahaya bagi sang bayi, sebab dapat menyebabkan kebutaan. Karenanya perlu bagi kita untuk mengenali kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi tersebut.

Pada dasarnya, konjungtivitis neonatal hampir sama dengan konjungtivitis lainya di mana kondisi ini akan membuat mata memerah bagi penderitanya. Konjungtivis yang terjadi pada bayi yang baru lahir di kenal dengan istilah konjungtivitis neonatal. Konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi juga di kenal dengan istilah oftalmia neonatorum yang umumnya akan muncul dan terlihat pada bulan pertama pasca kelahiran. Risiko dari kondisi ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga terjadinya kebutaan.

Ketika kondisi ini sudah terlihat, maka di sarankan untuk melakukan langkah penanganan untuk mencegah terjadinya kondisi dan risiko yang lebih serius. Umumnya kondisi ini dapat di kenali dengan kondisi mata yang memerah, dan berair, hingga terdapat banyak kotoran pada mata sang bayi. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini Kawan Mama akan membahas mengenai kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi. Simak penjelasnya di bawah ini!!.

Kondisi Konjungtivitis Neonatal

Kenali Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Konjungtivitis neonatal atau neonatus biasa terjadi karena obstruksi ductus nasolakrimalis kongential atau konjungtivitis kimia atau adanya sebuah infeksi infeksi. Konjugtivitis neonatal atau neonatus juga di kenal dengan istilah oftalmia neonatrum yang akan muncul ketika memasuki 4 minggu pertama pasca kelahiran. Kondisi ini umumnya di sebabkan oleh infeksi pada bayi selama masa persalinan berlangsung.

Selain itu, di lansir dari laman emedicine-medscape menyebutkan bahwa, konjungtivitis neonatus aseptik paling sering terjadi akibat konjungtivitis kimiawi yang di induksi oleh larutan perak nitrat, yang telah digunakan sejak lahir sejak akhir 1800-an untuk profilaksis konjungtivitis menular (prosedur yang dikenal sebagai profilaksis Credé). Konjungtivitis kimia menjadi kurang umum karena penggunaan salep eritomisin atau povidone iodide sebagai pengganti larutan perak nitrat untuk profilaksis konjungtivitis manula.

Infeksi seringkali di peroleh dari ibu yang terinfeksi selama perjalanan melalui kalan lahir. Oftalmia klamidia menjadi penyabab bakteri paling umum yang menyumbang hingga 40% dari konjungtivitis pada neonatus <4 minggu. Prevelensi inveksi klamidia ibu berkisar antara 2 hingga 20%. Sekitar 30-50% neonatus yang lahir dari wanita yag terinfeksi akut mengalami infeksi, dan 25-50% dari mereka mengalami konungtivitis. Dan bakteri streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza nontypeable menyumbang 30-50% kasus. Dan oftalmia gonokokal menyumbang <1% kasus.

Etiologi (Penyabab) Konjungtivitis Neonatal

Usia bayi merupakan petunjuk penting terhadap etiologi konjungtivitis neonatal. Namun infeksi bakteri dapat terjadi kapan saja. Berikut ini adalah beberapa ringkasan kejadian dan penyabab konjungtivitis neonatal.

  1. 24 Jam Pertama Kehidupan

Kimia seperti tetes perak nitrat atau dari obat-obatan profilaksis seperti tetes eritromisin dan tetes gentamin menjadi penyebab konjungtivitis neonatal

  1. 24 Hingga 48 Jam Khidupan

Hal yang laping mungkin menyebabkan kondisi ini adalah bakteri (Neisseria gonorrhoeae adalah penyabab paling umum serta staphylococcus aureus)

  1. 5 Hingga 14 Hari Kehiudpan (Kelahiran)

Penyababnya adalah chlamydia trachomatis

  1. 6 Hingga 14 Hari Kehidupan

Penyababnya adalah herpes keraktokonjungtivitis

  1. 5 Hingga 18 Hari

Penyababnya berupa pseudomonas aeruginosa

Gejala Konjungtivitis Neonatal

Umumnya kondisi mata yang mengalami konungtivitis neonatal akan muncul kondisi di mana mata memerah, bengkak hingga terkadang mengeluarkan darah hingga nanah. Namun gejala konjungtivitis neonatal juga dapat di ketahui dengan melihat penyababnya. Yakni,

  1. Konjungtivitis Kimia

Untuk profilaksis topical biasanya akan muncul dalam waktu 6-8 jam setelah berangsur-angsur dan menghilang secara spontan dalam waktu 48-96 jam

  1. Oftalmia Klamidia

Biasanya terjadi 5-14 hari setelah kelahiran. Kondisi ini dapat berkisar adri konjungtivitis ringan dengan secret mukopurulen yang minimal hingga edema kelopak mata yang parah dengan drainase yang berlebihan dan membentuk pseudomembran. Folikel tidak ada di konjungtiva seperti halnya pada anak yang lebih tua dan juga orang dewasa

  1. Oftalmia Gonokokal

Kondisi ini akan menyebabkan konjungtivitis purulent akut yang muncul 2-5 hari setelah kelahiran atau lebih awal yang di tandai dengan ketuban yang pecah terlalu dini. Neonatal atau neonatus akan mengalami edema kelopak mata yang parah di ikuti dengan eksudat purulen yang banyak yang mungkin berada di bawah tekanan. Kondisi ini dapat menyababkan ulserasi kornea dan kebutaa pada sang bayi.

  1. Keraktokonjungtivitis Herpes

Kondisi ini dapat terjadi sebagai infeksi terisolasi atau infeksi system saraf pusat atau diseminata. Hal ini dapat di salah artikan sebagai konjungtivitis bakteri atau kimia, tetapi adany keratitis dendritic adalah patognomonik.

  1. Konjungtivitis Akibat Bakteri Lain

Umumnya terjadidari 4 hingga beberapa minggu pasca kelahiran.

Patofisiologi Atau Faktor Risiko Konjungtivitis Neonatal

Neonatal atau neonatus memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap konjungtivitis yang banyak di sebabkan oleh faktor pedisposisi. Seperti,

  1. Penurunan produksi air mata
  2. Kekurangan IgA dalam air mata
  3. Fungsi kekebalan tubuh menurun
  4. Tidak adanya jaringan limfoid pada konjungtiva
  5. Aktivitas lisozim menurun

Faktor penyabab lainya seperti kondisi di mana ketuban pecah terlalu dini, persalinan yang berlangsung lama, prematuritas, perawatan prenatal yang buruk, IMS ibu, ventilasi mekanis, buruknya kebersihan, riwayat gangguan bidan serta infeksi HIV. Neonatus yang berisiko lebih tinggi mengalami obstruksi ductus lakrimalis kongenital termasuk mereka yang memiliki sindrom down, sindrom goldendenher, sindrom celah anomali garis tengah wajah, mikrosomia hemifasial, dan craniosynostiss.

Pada dasarnya, kondisi konjuntivitis neonatal atau neonatus merupakan jenis gangguan penglihatan yang tidak jarang di temukan pada bayi pasca masa kelahiran. Ketika kondisi ini terjadi baiknya langsung di tangan oleh ahlinya, seperti dokter mata atau dokter anak, atau bahkan praktisi perawat. Sementera itu, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan konjungtivitis neonatal terjadi pada bayi yang baru di lahirkan. Apabila kondisi ini tidak segera di tangani maka bayi berisiko mengalami berbagai komplikasi hingga kondisi mata yang mengalami kebutaan.

Demikian penjelasan adri Kawan Mama menganai kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi. Kondisi konjungtivitis neonatal atau neonatus terbilang sangat berbahay bagi sang bayi karena dapat menyababkan komplikasi hingga kebutaan. Karenanya kondisi ini memerlukan penanganan sesegera mungkin agr kondisi mata tidak kian memburuk.

Semoga tulisan ini dapat memabntu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Ncbi-nlm-nih-gov
  • Msdmanuals