Nikah Siri Menurut Hukum Dan Agama Islam

Nikah Siri Menurut Hukum Dan Agama Islam

Nikah Siri Menurut Hukum Dan Agama Islam

Nikah Sirri

 

Hallo kawan mama,

Pada dasarnya, Allah telah menciptakan mahlukn-Nya dengan berpasang-pasangan, manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan , hewan jantan dan betina, siang serta malam dan lain sebagainya. Seseorang manusia akan hidup berpasangan-pasangan dan menjadi suami istri kemudian membangun sebuah rumah tangga yang mereka inginkan. Namun untuk mendapatkan itu semua, haruslah melewati sebuah ikatan dan pertalian berupa di laukukanya akad nikah atau ijab Kabul dalam acara perkawinan.

Dalam hukum islam tujuan perkawinan adalah menjalankan perintah allah SWT agar memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dan membentuk keluarga yang bahagia. Namun banyaknya kasus berupa temuan terjadinya perkawinan siri di berbagai media, seperti pada media cetak, media televisi, maupun tayangan-tayangan lain yang banyak membahas maraknya perkawinan siri.

Sebenarnya apa sih nikah siri itu? bagaiaman sih hukum dari nikh siri?. Pasti tidak sediit dari kamu yang berfikiran seperti pertanyaan tersebut. Kenapa banyak sekali yang melakukanya, bahakan mulai dari tokoh politik, artis maupun orang biasa. Tenang, berikut ini akan kawan mama bahas seputar penegertian dari nikah siri.

Pengertian nikah siri

Siri secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yang berarti rahasia. Imam Maliki berpendapat bahwa nikah siri adalah nikah yang di lakukan bedasarkan kemauan dari suami, dengan para saksi pernikahan yang harus merahasiakannya dari siapapun, tak terkecuali keluarganya. Dalam sudut pandang Madzhab Maliki, tidak di bolehkan praktek nikah siri tersebut di lakukan. Jika pasangan tersebut telah melakukan hubungan badan serta di akui oleh empat saksi maka pasangan tersebuta dapat di kenai hukuman berupa cambuk atau rajam. Madzhab Syafi’i dan Hanafi juga tidak memperbolehkan pernikahan siri terjadi.

Sedangkan dalam pandangan Madzhab Hambali nikah siri boleh di lakukan apabila nikah di langsungkan dengan ketentuan syari’at Islam yang telah di penuhi walaupun pernikahan di rahasiakan oleh pasangan, wali dan saksinya. Hanya saja ikah siri ini akan di hukumni makruh. Dalam sejarah Khulafaurrasyidin, Umar bin Khatthab sebagai khalifah waktu itu pernah mengancam orang yang menikah sirri dengan di hukum had atau dera.

Secara garis besar, nikah siri adalah pernikahan yang di lakukan secara adat atau secara syari’at dan di lakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak di publikasikan. Bahkan pada keluarga yang bersangkutan dan tidak di laporkan pada Kantor Urusan Agama (KUA) atau kantor catatan sipil (capil). Nikah sirih menjadi polemik akibat dari pernikahan yang tidak di laporan pada KUA yang dapat merugikan pihak wanita. Apa bila terjadi masalah atau perceraian dalam rumah tangga tersebut, maka KUA tidak dapat meninda lanjuti perkara terseut karena pernikahan tersebut tidak terdaftar dalam catatan KUA.

Syarat Nikah siri

Perbikahan yang di lakukan secara siri umumnya di lakukan oleh seseorang yang beragama Islam. Sedangkan dalam Islam, syarat sahnya pernikahan adlah terpenuhi 5 rukun nikah. Rukun ini berupa adanya calon suami, calon istri, wali dari pihak perempuan, 2 orang saksi laki-laki, serta ijab dan kabul. Dengan demikian, rukun nikah menjadi salah satu hal yang harus di penuhi sebelum nikah di laksanakan.

Syarat sah nikah siri

    1. Beragama islam
    2. Memiliki jenis kelamin jelas (bukas transgender)
    3. Tidak ada unsur paksaan, mendapat izin dari wali yang sah
    4. Belum memiliki 4 orang istri, dan si perempuan bukan istri dari orang lain serta tidak dalam masa iddah
    5. Bukan mahramnya (tidak ada hubungan darah)
    6. Tidak melaksanakan nikah pada saat sedang ihram (haji)

Hukum nikah siri

Apabila rukun dan syarat pernikahan siri tersebut telah terpenuhi, maka akad nikah dapat di laksanakan. Dan pernikahan tersebut di anggap sah secara syari’at Islam. Meski begitu, di mata hukum pernikahan di anggap tidak sah karena pernikahan tersebut tidak tercatat oleh KUA. Hukum negara hanya akan menganggap sah sebuah pernikahan apabila data pernikahan tersebut tercatat oleh KUA.

Hukum tentang pernikahan telah di atur dalam UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang menjelaskan bahwa setiap perkawinan yang terjadi harus masuk dalam catatan menurut peraturan perundang-undangan yang telah berlaku. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 juga menjelaskan bahwa setiap pernikahan yang telah di lakukan harus di awasi oleh pegawai pencatat pernikahan. Dengan begitu, nikah yang di lakukan secara siri di anggap tidakak sah secara hukum, karena akta nikah dan surat resmi tentang legalitas pernikahan tersebut tidak ada.

Sedangkan dalam pandangan hukum, Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Yuniyati Chufaiza berpendapat bahwa, wanita akan mendapat kerugian dari  pernikahan siri. Pertama, wanita akan kehilangan hak perlindungan sebagai istri karena status pernikahannya yang tidak tercatat secara sah oleh hukum. Akibatnya, rentan terjadi kekerasan kepada wanita dalam hubungan rumah tangga. Selain itu, wanita sebagai istri juga rentan di tinggal suami tanpa mendapat tunjangan.

Ia juga menambahi, rata-rata pernikahan siri di lakukan karena ingin berpoligami dengan wanita yang masih muda. ”Pernikahan siri adalah jalan masuk ke pernikahan dini. Karena pernikahan dini, membuat anak akan kehilangan hak-haknya. Dampak negatifnya ialah meningkatnya angka kematian seornag ibu. Hampir setengah dari ibu yang meninggal ketika melahirkan ialah perempuan-perempuan berusia remaja yang menikah dalam usia dini,” tutur Yuniyati.

Komisioner Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KKPAI), Susanto, mengatakan bahwa, anak-anak yang lahir dari pernikahan siri rentan di tinggal oleh orang tua mereka, terutama sang ayah. Anak juga tidak memiliki akta kelahiran. Akibatnya, anak akan kesulitan mendaftar sekolah karena untuk masuk sekolah di perlukan akta kelahiran. ”Anak juga bisa untuk tidak mendapat hak-hak pengasuhan dari sang ayah karena tidak adanya bukti yang mengaitkan mereka sebagai darah daging,” ucapnya.

Akibat Nikah Siri

Nikah siri dapat mengakibatkan beberapa hal yang tidak di inginkan. Berikut adalah kerugian yang mungkin di dapat dari pernikahan siri yang tidak tercatat dalam lembaga pencatatan sipil

    1. Tidak adanya ikatan hukum yang sah antara suami dan istri sehingga apabila terjadi penipuan, kekerasan dan resiko lain dapat mengakibatkan kerugian baik secara materi maupun non-materi
    2. Istri dengan status nikah siri tidak dapat menggugat cerai suami, karena hak untuk melakukan talak ada pada suami. Tanpa ada catatan hukum maka istri tidak dapat menuntut cerai. Terlebih jika suami durhaka terhadap istri, tidak mau menceraikan dan hanya menzaliminya. Akan sangat di sayangkan jika hak ini terjadi pada istri yang memiliki ciri-ciri istri shalehah
    3. Anak yang di lahirkan dari pernikahan siri tidak akan memiliki kejelasan karena tidak tercatat dalam lembaga pencatatan sipil. Hal ini dapat membuat istri dan anak mengalami kerugian. Terutama terkait tanggung jawab dari suami jika suatu hari suami pergi atau mentalak istri atau bahkan jika suami meninggal dunia. Maka anak tidak berhak mendapatkan hak waris dari sang ayah secara hukum.

 

Demikian tadi pembahasan kawan mama mengenai pengertian nikah siri menurut pandangan agama Islam dan nikah siri secara hukum negara. Ada baiknya pernikahan di laksanakan secara aturan agama maupun aturan negara agar tidak menimbulkan masalah-masalah dalam rumah tangga dan masalah lainya.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

 

 

Sumber

  • Dalamislam
  • Popbela
Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hallo Kawan Mama,

Dalam membangun rumah tangga, suami dan istri memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak dan kewajiban terhadap keduanya. Pemenuhan tanggung jawab berupa hak dan tanggung jawab tersebut bertujuan agar terciptanya keseimbangan antara keduanya dalam menjalin sebuah hubungan rumah tangga. Tentunya tanggung jawab yang di laksanakan dengan sebaik-baiknya dapat membuat hubungan rumah tangga berjalan dengan lancar dan berlangsung dengan semestinya serta sesuai dengan harapan agar menghasilkan kebahagiaan.

Istri memilki tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibanya terhadap suami. Namun sebagai kepala rumah tangga, suami memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak dari sang istri. karena tidak terpenuhinya hak-hak dari sang istri akan membuat hubungan dalam rumah tangga menjadi renggang dan rentan akan ketidakharmonisan yang dapat menimbulkan resiko perceraian. Oleh sebab itu, wajib bagi suami untuk memenuhi hak-hak seorang istri.

Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 228, yang artinya.

“dan para waniat mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (Q.S Al-Baqarah : 228)

Dari ayat tersebut dapat di pahami bahwa para wanita (istri) memiliki hak-hak yang perlu di penuhi oleh sang suami dengan sebaik-baiknya.

Hak-Hak Seorang Istri

Rasulullah SAW dalam Haditsnya bersabda sebagai berikut, yang artinya.

“ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian memiliki ha katas istri-istri kalian dan istri-istri kalian juga memiliki hak-hak atas kalian.”(H.R Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

Tentunya sebagai umat muslim yang baik dan taat, perlu untuk kita ikut meniru dan meneladi perkataan dan perilaku Rasul. Dengan begitu, kita akan termasuk kedalam golongan beliau sebagai umat yang taat atas perintah Allah. Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas tentang Hak-Hak seorang istri terhadap suami. Simak penjelasannya sebagai berikut.

  1. Di Perlakukan Dengan Baik Oleh Suami

Seorang istri tentu selain memiliki kewajiban yang harus ia laksanakan, ia juga memiliki hak-hak yang wajib di penuhi oleh suami, salah satunya adalah mendapat perlakuan baik dari suami. suami dapat menunujukkan oerlakuan baiknya dengan cara memnunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya melalui perhatian-perhatian kecil. Karena pastinya, seorang istri mengharapkan mendapat perlakuan baik dengan rasa cint serta kasih saying yang nyata dari pasangan hidupnya.

Hal ini sebagaimana telah di jelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda.

“orang mukmin yang paling sempurna ialah yang paling bagus ahlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.” (H.R At-Tirmidzi)

Hal ini juga di pertegas oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 19, yang artinya.

“dan bergaullah dengan mereka secara ma’ruf.” (Q.S An-Nisa : 19)

  1. Mendapat Maaf Dari Suami

Dalam berlangsungnya sebuah rumah tangga, terkadang ada yang tidak dapat melakukannya dengan sempurna yang akhirnya membuat kesalahan dan kehilafan. Tak terkecuali bagi seorang istri, istri kadang tidak dapat sepenihnya menjalankan kewajiban dan dapat mengabulkan perminataan suami atau melakukan kesalahan-kesalahan lain. Dalam hal ini, istri tentunya memiliki hak untuk mendapat maaf dari sang suami.

Suami yang mendapati istrinya tengah melakukan kesalahan dan kehilafan sebaiknya memberikan maaf pada istri. suami dapat menegur istri yang berbuat salah dan kemudian membingmbingnya agar sang istri tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Rasulullah SAW bersabda.

“berilah nasihat kepada perempuan (istri) dengan cara yang baik, karena sesungguhnya perempuan itu di ciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok adalah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak hendak meluruskannya (tanpa perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang jika kalian membiarkanya), maka ia akan tetap bengkok. Karena itulah beri nasihat kepada istri dengan baik.” (H.R Muttafaq’alaih)

“janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai.” (H.R Muslim)

  1. Mendapat Penjagaan Dari Suami

Seorang laki-laki ketika telah menikah, maka seketika itu juga ia telah menjadi kepala dan pemimpin serta imam bagi istri dan keluarganya. Oleh karena itu, seluruh hidup dari sang istri dan anak-anaknya merupakan tanggung jawb bagi sang suami. istri memiliki ha katas hidupnya untuk di jaga dengan baik oleh sang suami. menjaga dalam hal ini berarti, suami mempunyai kewajiban untuk menjaga kehormatan istri, menjaga hidup istri dengan layak dan menjaganya dari segala hal yang dapat merusak dan merugikan serta manjauhkan istri dari agamanya.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya.” (H.R Bukhari)

seorang istri juga memiliki hak untuk di jaga aib dan keburukannya oleh sang suami. Sebab ketika telah menikah, seorang istri akan menyerahkan seluruh hidupnya kepada sang suami dengan sepenuhnya. Dan kepercayaan tersebut haruslah di jaga dengan amanah dan di pertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Dalam sebuah riwayat oleh Asma binti Yazid r.a, ia berkata,

“saat bersama Rasulullah SAW dan para sahabat laki-laki dan perempuan, kemudian beliau  bersabda : ‘apakah ada seorang laki-laki yang menceritakan apa yang telah ia lakukan kepada istrinya atau adakah seorang istri yang menceritakan apa yang telah ia lakukan dengan suaminya?’ semau terdiam. Kemudian Aku (Asma) berkata : ‘demi Allah wahai Rasulullah, sesunggihnya mereka semua telah melakukan hal tersebut,’ maka kemudian Rasulullah Saw bersabda : ‘janganlah kalian melakukannya, karena sesungguhnya yang demikian itu seperti syaitan yang bertemu syaitan perempuan, kemudian ia menggaulinya sedangkan manusia menyaksikanya.” (Aadaabuz zifaaf, hal.72)

  1. Mendapat Hak Untuk Berbicara

Istri memiliki kewajiban untuk diam ketika sang suami tengah berbicara, dan tidak di perbolehkan bagi istri untuk memotong pembicaraan sang suami. Namun di sisi lain istri mempunyai hak untuk berbicara pada suami dan mengutarakan pendapatnya. Dan di wajibkan bagi suami untuk mendengarkan istri ketika ia sedang berbicara. Sebagai catatan, istri boleh berbicara ketika suami taelah berhenti berbicara, dan apabila istri ingin memotong pembicaraan suami, harusla dengan izin dari sang suami terlebih dahulu.

Dalam menentukan perkara dalam rumah tangga, istri juga dapat mengutarakan pendapat dan keinginanya, hal ini dapat menjadi saran dan solusi yang baik apabila pendapat sang istri sesuai dan dapat di terima oleh sang suami. namun istri tidak di perkenankan untuk memaksakan pendapatnya kepada suami, sebab itu dapat membuat timbulnay konflik dan perdebatan atara istri dengan sang suami.

  1. Di Manja Dan Di Bahagiakan Suami

Sebagai seorang pasangan yang terikah dalam hubungan suami istri, tentu dari ikatan tersebut mengharapkan terciptanya sebuah kebahagiaan. Pada dasarnya, kebahagian dalam rumah tangga bisa di dapatkan apabila hak dan kewajiban telah terpenuhi. Salah satu dari hak istri adalah untuk di manja dan di bahagiakan sang suami.

Sebagai bentuk dari rasa ayang dan cinta kasih, istri berhak untuk di manja oleh suami. Sebab dengan adanya perlakuan manja oleh suami pada istri dapat bertimbal balik kepada suami. dan denganadanya perlakuan tesebut dapat menjadi bumbu tambahan untuk kebahagiaan dalam berlakeluarga. Dalam sebuah riwayat oleh Anas r.a, berkata.

“kemudian kami pergi menuju Madinah. Aku lihat Rasulullah menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk shafiyyah (Salah satu iatri Rasul). Kemudian beliau duduk di samping untany sambil menegakkan lututbeliau dan shafiyyah meletakkan kakiknya di atas lutut beliau sehingga ia bisa menaiki unta tersebut.

Sebagai seorang suami hendaknya selalu memberikan hak-hak istri atas sang suami dan selalu membahagiakan sang istri dengan sebaik-baiknya. Sebagai mana Rasulullah SAW dalam memenuhi hak-hak dari para istrinya dengan niat untuk membahagiakan sang istri beribadah kepada Allah SWT. Pun sebagai istri, sebainya tunaikan hak dan kewajiban kepada suami dengan sebaik-baiknya. Karena bagaimanapun juga rumah tangga tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya hak-hak dan kewajiban yang di tunaikan.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak-hak seorang istri. Rumah tangga yang baik dan berkah adalah rumah tangga yang di isi oleh pasangan suami dan istri yang menjalankan peranya dan memenuhi hak dan kewajibanya dengan baik. Dengan begitu, rumah tangga akan berlangngsung dengan bahagia dan mendapat berkah dari Allah SWT.

 

 

 

 

Sumber :

  • Madaninews
  • Orami
Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan tentu menjadi impian dan harapan setiap dari kaum wanita, dan tidak ada wanita normal yang ingin untuk selalu menghabiskan hidupnya dengan kesendirian dan kesepaian. Seorang wanita ketika telah melangsungkan pernikahan akan menjadi seorang istri yang akan selalu menemani sepanjang hidup suami dan mengabdikan diri padanya. Tentunya menjadi seorang istri adalah jalan ibadah yang akan berjalan dengan kurun waktu yang lama. Sama halnya dengan suami, Istri juga memilki hak dan kewajiban kepada suami yang harus di penuhi agar rumah tangga yang ia jalani dapat berlangsung dengan semestinya dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Di dalam Agama Islam, mejadi seorang istri merupakan sebuah berkah kenikmatan yang di berikan Allah untuk hambanya dalam melaksanakan ibadah. Dengan menikah maka seorang istri akan tertuju pada sebuah jalan ibadah yang indah untuk medapatkan ridho-Nya. Karena tugas seorang istri tidak lain adalah mengabdi pada suami dan keluarga, di mana hal ini merupakan kewajiban dan jalan bagi istri dalam beribadah.

Menjadi seorang istri bukanlah perkara yang mudah, sebab dalam sebuah pernikahan setiap pasangan suami istri akan mengalami adanya sebuah masalah. Entah karena faktor perbedaan pendapat, cara berfikir, sudut pandang, perbedaan sifat dan sebab-sebab lain yang dapat mengganggu jalanya hubungan rumah tangga. Dengan begitu menjalankan peran sebagai istri tentu bukanlah perkara yang mudah. Namun Allah SWT akan selalu menyertai dan memberkahi bagi setiap istri yang menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Tentunya, selain hak dan kewajiban yang perlu di atunaikan seorang istri dalam berumah tangga, seorang istri juga memiliki keutamaannya dalam menajalankan perannya tersebut. Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai keutamaan seorang istri dalam rumah tangga, sebagai berikut.

Keutamaan Menjadi Seorang Istri

  1. Jalan Bersyukur

Bersyukur adalah hal utama yang harus di lakukan seseorang dalam segala keadaan atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Dalam hal pernikahan, tidak semua dari kaum wanita dapat mendapatkan kesempatan untuk menikah dan menjadi seorang istri. Bahkan, banyak pula yang dapat melangsungkan pernikahanan namun berakhir pada perceraian. Oleh sebab itu, rasa syukur dari seorang istri harus selalu di curahkan kepada Allah SWT agar rumah tangganya selalu dalam berkah dan rahmatnya.

Dengan bersyukur rumah tangga yang di jalani akan menjadi lebih indah dan bermakna. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah SWT akan menjaga dirinya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka Allah SWT akan memberikan kecukupan pada dirinya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

  1. Kemuliaan Dalam Bertanggung Jawab

Pada dasarnya, dalam sebuah rumah tangga, kepala dan pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas keluarga tersebut adalah seorang suami. Ketika suami pergi atau tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai kepala keluarga, maka peran tersebut akan berpindah kepada sang istri. Sebab seorang istri juga merupakan pemimpin di rumahnya terutama bagi anak-anaknya yang kelak akan di mintai pertanggung jawaban atas peran yang ia lakukan dalam rumah tangga.

Tentunya, tanggung jawab seorang istri merupakan tugas yang mulia yang juga merupakan kewajibannya dalam menunaikan ibadah membina rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda.

“Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya. Dan seorang wanita adalah seorang pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya.” (H.R Bukhari Muslim)

Dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan baik, itu berarti seorang istri tengah dekan dan di jalan yang benar menuju ridho dan rahmat Allah Dalam berumah tangga.

  1. Menjaga Dan Melindungi Diri

Jika seorang seorang suami yang berposisi sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan membahagiakan istri. Maka seorang istri juga memiliki tugas untuk menjaga diri dan kehormatanya ketiak suami tengah pergi keluar. Dengan begitu rumah tangga akan menjadi lebih seimbang karena peran yang telah di lakukan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah Swt telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memlihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (Q.S An-nisa : 34)

  1. Beribadah Dengan Lebih Khusuk

Keutamaan seorang istri selanjutnya adalah dapat beribadah dengan lebih khusuk. Seorang wanita yang belaum menikah cenderung sulit untuk beribdah dengan khusuk lantaran masih memikirkan banyak hal dalam hidupnya. Sedangkan wanita yang telah menikah cenderung lebih khusuk dalam beribadah. Sebab fikiranya telah focus pada keluarga dan Allah Semata.

Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalat di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada du bagian lain dari rumahnya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Sebagai Perhiasan Terindah

Sejatinya wanita shalihah adalah perhiasan dunia. Hal ini berlaku bagi istri yang dapat melukan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Bagaimana tidak, suami yang mendapat istri dengan ahlak yang mulia dan menjalankan kewajibanya dengan baik dan selalu dekat dengan Allah tentu merupakan sebaik-baikny perhiasan di dunia.

Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R Muslim)

  1. Sumber Kebahagian Suami

Pada dasarnya, seorang istri yang baik dan shalihah adalah sumber kebahagaiaan dari sang suami. Sebab kebahagian suami stelah menikah adalah membahagiakan seorang istri. Jika istri dapat berperan baik dalam menjalankan tugas dan kewajibanya kepada suami, tentu suami akan menjadi bertambah senang dan bahagia serta semangat terhadapnya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baiknya perbendaharaan laki-laki yaitu istri shalihah yang bila di pandang akan menyenangkan, dan bila di perintah akan mentaati dan bila ia pergi, maka istri akan menjaga dirinya.” (H.R Abu Dawud)

Setaip tingkah laku istri juga berdampak pada suasana hati suami. Ketika istri bertingkah laku dengan baik kepada suami, tentu itu akan menjadi penyejuk hati suami. Dan setiap pengabdian dari istri adalah sebuah ibadah yang mejadi sumber kebahagiaan bagi sang suami.

  1. Menjadi Penolong Suami Dan Dirinya Sendiri Di Akhirat Nanti

Seorang istri yang baik dan shalihah tentu dapat menjadi penolong suami di akhirat nanti. Sebab di akhirat nanti, suami akan di minta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya di dalam membimbing suami. Dengan sifat keshalihahan seorang istri tentu akan menjadi penolong suami di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (H.R Ibnu Majjah)

Sebaliknya, ridho dari seorang suami juga merupakan kunci seorang istri untuk memasuki surge, sebagai mana telah di jelaskan dalam sebuah riwayat yang berbunyi.

“Wanita yang menjadi penghuni surge ialah wanita wanita yang penh kasih sayang, banyak kembali kepada suaminya yang apabila suaminya tengah marah kemudian ia mendatanginya dan meletakan tanganya di atas tangan suaminya dan berkata : ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga ekau ridho’.” (Mu’jamul Ausath No. 5644)

  1. Meneladani Sikap Istri Rasulullah SAW

Seorang suami tentu mengaharapkan mendapat istri yang memiliki kepribadian yang baik. Dengan menjadi istri yang baik kepada suami dengan mengabdi dan selalu menemaninya di segala kondisi merupakan sikap teladan yang di lakukan oleh Istri Rasulullah Khadijah. Siti Khadijah adalah istri yang setia, penyabar dan selalu mendapampingi Rasulullah di segala kondisi yang di alami oleh Rasulullah.

Ketika Rasul tengah dalam keadaan sulit saat hendak berdakwah sekalipun, Siti Khadijah tetap setia mendampingi rasul dan bahkan memberikan seluruh hartanya untuk di gunakan rasul dalam berdakwah. Sikap yang di tunjukan Siti Khadijah tersebut, merupakan sikap teladan sebagai bentuk pengabdian seorang istri kepada suami yang harus di tiru oleh kaum-kaum muslimah.

  1. Menjadi Sumber Pahala Bagi Seorang Istri

Tentu kita tahu, seorang wanita yang berposisi sebagai seorang istri mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang harus di tunaikan kepada sang suami. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut juga merupakan sumber pahala yang dapa di peroleh seorang istri ketika dapat menunaikanyya dengan baik.

Pahala bagi seorang istri yang menyediakan air kemudian di minum oleh sang suami, di ibaratkan seperti ia telah berpuasa lebih dari satu tahun lamanya. Bahkan jika istri menyediakan makanan untuk suami yang kemudian di makan, maka pahalanya akan lebih baik jika di bandingkan mengerjakan umroh dan haji. Bahkan mandi junubnya seorang istri yang di sebabkan jimak dengan suaminya, maka hal ini akan lebih baik baginya jika di bandingkan mengurbankan 1.000 ekor kambing yang di sedekahkan kepada fakir msikin.

Bukan kah sebuah kenikmatan dari Allah, ketika istri dapat menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya. Selain mendapat balasan langsung berupa kasih sayang dan kebahagiaan dari suami, istri juga akan mendapatkan pahala sebegitu banyaknya.

  1. Sebagai Jalan Jihad

Pengabdian seorang istri berupa menunaikan tanggung jawab dan kewajibanya kepada suami dengan sebaik-baiknya serta melayani dan menyenangkan suami juga merupakan sebuah langkah jihad bagi seorang istri. Terlabih ketika sang istri mengalami kehamilan akibat jimaknya dengan sang suami. Apabila seorang istri hamil maka ia di sebut sebagai seorang syahid yang khidmat kepada suami sebagai bentuk dari jihad.

Seorang istri yang tengah dalam masa kehamilan memang akan di jamin oleh Allah selalu dalam kebaikan. Karena bagaimanapun juga, masa kehamilan seorang istri adalah masa-masa perjuangan istri dalam merawat sang bayi dalam kandungan agar dapat sampai pada masa melahirkan. Tentunya masa tersebut membutuhkan adanya rasa sabar yang luar biasa dalam merawat kandungan yang bahkan dapat mengganguu maupun mengorbankan nayawanya sendiri.

Menikah tidak hanya melangsungkan akad nikah dan berpindah status menjadi suami ataupun sitri semata. Namun menikah juga akan membuat kita memiliki tanggung jawab baru di dalam rumah tangga. Dan setiap dari suami dan istri memiliki perannya masing-masing yang harus di jalankan dan di penuhi dengan sebaik-baiknya. Perang seorang suami adalah untuk menjadi imam dan kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anggota keluarganya, termasuk mencari nafkah untuk mereka. Dan seorang istri memiliki peran sebagai makmum dan menjadi kepala keluarga apabila suami tengan pergi. Melayani dan berbakti pada suami merupakan jalan beribadah bagi seorang istri untuk mendapatkan cinta kasih dan ridho dari suami yang merupakan ridho Allah.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai keutamaan seorang istri di dalam rumah tangga. Menjalankan kewajiban serta tanggung jawab dan memenuhi hak-hak atas suami merupakan jalan jihad seorang istri menuju surge Allah SWT.

Semoga tulisan ini membantu dan bermanfaat. . .

 

 

Sumber :

  • Dalamislam
  • Seruni
Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Selain mengikat dalam sebuah ukatan suami istri, pernikahan juga berarti menyatukan kedua keluarga menjadi satu. Dengan menikah tentu kita akan menjalani kehidupan baru dan rumah tangga yang baru. Hal ini juga menjadikan kita menjadi bagian dari keluarga pasangan kita, artinya setiap dari anggota keluarga pasangan kita adalah menjadi bagian dari anggota keluarga kita juga. Terutama orang tua (mertua) dari pasangan kita yang kini telah menjadi orang tua kita juga.

Sebagai anggota keluarga barui dalam keluarga pasangan kita tentu kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab baru. Tidak hanya itu, adab kita terhadap keluarga pasangan kita tentu akan menjadi faktor penting penilaian mertua kepada pribadi kita. Maka penting bagi kita untuk selalu memperhatikan adab kita kepada keluarga pasangan kita, khususnya terhadap orang tua pasangan kita (mertua).

Hubungan baik dengan mertua tentu menjadi hal penting yang harus di jaga. Sebab hal tersebut tentu akan sangat berdampak pada hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita. Berhubungan baik dengan mertua juga telah di jelaskan oleh Rasulullah dalam sebuah riwayat haditsnya. Beliau bersabda,

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya, dan yang paling berhak atas lelaki adalah ibunya.” (H.R Tirmidzi)

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai adab seorang menantu terhadap orang tua dari pasangan (mertua). Sebagai pasangan suami dan istri, tentu kita ingin agar rumah tangga kita dapat berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan yang dapat membuat hubungan rumah tangga kita menjadi terganggu. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk menanmkan adab yang baik kepada mertua kita. berikut adalah penjelasannya.

Adab Seorang Menantu Terhadap Mertuanya

  1. Berbakti Kepada Orang Tua (Mertua)

Menikah tidak membuat kita akan kewajiban kita untuk berbakti kepada orang tua kita. dengan menikah maka kita hanya bertambah tanggung jawab untuk berbakti kepada orang tua pasangan (mertua) kita. Bagi seorang istri, suami adalah orang yang perlu di utamakan, dan yang berhak atas suaminya adalah ibu dari sang suami (mertua). Oleh sebab itu, istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk berbakti kepada orang tua dari suami.

Pada dasarnya, tidak ada dalil yang jelas tentang kewajiban suami untuk berbakti kepada mertua. Namun sudah selayaknya bagi seorang anak mantu untuk selalu bersikap baik dan berbakti kepada mertua. Karena orang tua (mertua) pasangan kita juga merupakan orang tua kita, dengan kata lain, wajib bagi kita untuk berbakti kepadanya. Sebab hal ini dapat membuat hubungan baik kita kepada mertua tetap terjaga dan membuat kepercayaan mertua kepada kita menjadi bertambah.

  1. Menunaikan Hak-Haknya Sebagai Sesama Muslim

Sebagai umat muslim, tentu kita memiliki hak-hak yang perlu kita tunaikan kepada sesame muslim lainya. Karena hal tersebut merupakan tanggung jawab kita untuk menjaga tali silaturrahim dan berhubungan baik dengan sesame musli lainya. Sebagai seorang menantu, kita juga perlu menunaikan hak-hak kita kepada mertua dengan sebaik-baiknya. Sebagaiman telah di sampaikan Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam. Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu maka datanglah, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasihat. Jika dia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah dan jik ia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (H.R Muslim dan Ahmad)

Hadis tersebut dapat menjadi rujukan bagi kita untuk berbuat baik dan menunaikan hak kita kepada mertua sebagai sesame muslim. Dengan menunaikan apa yang ada di dalam hadits tersebut tentu dapat membuat hubungan kita dengan mertua tetap terjaga dengan baik.

  1. Bertutur Kata Yang Baik

Sebagai seorang yang lebih muda, tentu perlu adanya rasa segan kita kepada yang lebih tua, apalagi pada orang tua (mertua) kita. Bicara dengan nada rendah serta lemah lembut perlu di tekankan bagi kita berkomunikasi dengan sang mertua. Dengan mengedepankan tutur kata yang baik dengan lemah lembut maka itu berarti kita juga sedang memuliakan orang tua (mertua) kita. sebagiamana adab para sahabat ketika tengah berbicara dengan Rasulullah SAW. Dari Al-Musawwir bin Makhramah, beliau menceritakan bahwa,

“ Jika para sahabat berbicara kepada Rasulullah SAW, maka merendahlah suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhdap Rasulullah SAW.” (H.R Bukhari)

Dari riwayat tersebut, kita dapat meniru adab yang telah di lakukan para sahabat ketika berbicara dengan Rasul. Adab tersebut dapat kita aplikasikan ketika tengah berbicara denagn orang tua atau pu  mertua kita, karena hal tersebut adalah sebuah cara kita untuk memulika mereka.

  1. Menghormati Mertua

Saling menghormati adalah sebuah hal yang harus di tanamkan dalam setiap diri manusia. Hal tersebut juga perlu di terapakan dalam kehidupan sehari-hari oleh kita kepada sesama. Menghoramati yang lebih tua juga merupakan sebuah perintah yang telah di sampaikan oleh Rasululullah SAW, Beliau bersabda.

“bukan termasuk dari golongan kami orang yang tak menyayangi anak kecil kami dan tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami.” (H.R Tirmidzi dan Ahmad)

Dari hadits tersebut dapat di pahami bahwa orang yang tidak mengjormati pada seseama lainya bukanlah termasuk golongan umat Rasulullah SAW. Sebagai umatnya, tentu perlu bagi kita untuk selalu menghormati sesame kita, khususnya pada orang tua (mertua) kita. Imam ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.44).

“Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang. Dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang mereka.”

  1. Menjaga Hubungan Baik Dengan Mertua

Sebagai menantu yang pastinya juga merupakan anggota dari keluarga pasangan kita, tentu perlu bagi kita untuk menjaga hubungan baik dengan anggota-anggota keluarga yang lain. Menantu dapat menjaga hubungan baiknya dengan mertua dengan cara mendekatkan diri kepada mertua, bergaul (berbincang mesra) dengannya, membantu mertua, dan memberikan mertua perhatian. Menantu juga dapat melakukan hal lain yang menurutnya baik untuk sang mertua.

Sebagaimana telah di sampaikan Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“maukah aku kabarkan kepada kalian terkait orang yang haram masuk neraka, atau orang yang neraka di haramkan atasnya. Yaitu setiap orang yang memiliki kedekatan (dengan manusia), ringan, mudah (dalam Pergaulan).” (H.R Tirmidzi)

Selain sebuah perintah agama, berhubungan baik tentu akan mempermudah segala urusan kita. termasuk dalam hubungan rumah tangga dan hubungan seorang menantu dan mertua. Hubungan yang baik dengan mertua juga akan menjadi faktor pondasi yang kuat bagi rumah tang akita dengan pasangan kita. Oleh sebab itu, perlu bagi kita untuk selalu menjaga hubungan baik kita dengan orang tua (mertua) kita.

  1. Hindari Konflik Dengan Mertua

Fitrahnya, Setiap dari orang yang terlahir kedunia tentu memiliki keperibadian dan karakter yang berbeda-beda, serta cara berfikirnya masing-masing. Dan hal ini sudah merupakan sebuah kodar dari Allah SWT. Sebuah rumah tangga tidak selalu akan berjalan dengan mulus dan baik-baik saja. Perbedaan pendapat biasanya menjadi faktor terjadinya konflik dalam rumah tangga. Dan apabila hal ini terjadi sudah tugas kita untuk menghindari hal ini dan tiak memperpanjangnya, demi terjaganya hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita.

Hal ini juga kadang terjadi oleh kita terhadap orang tua kita (mertua) kita. Tidak jarang sebagai orang yang lebih tua dan berpengalaman merasa lebih tau akan sesuatu yang cenderung berbeda dengan cara berfikir kita. Sebagai menantu hendaknya mendengarkan orang tua dan menjalankan nasihatnya. Apabila nasihat yang di berikan tidak sesuai, tidak ada hak bagi kita untuk mendebat sang mertua. Apabila hal ini terjadi, sebaiknya menantu menghindari hal tersebut dan segera meminta maaf kepadanya. Dengan begitu, setidaknya dapat menjaga hubunganbaiknya dengan mertua, dan menjaga hubungan rumah tangga dengan pasangannya.

  1. Mendo’akan Mertua

Sudah layaknya dan menjadi tuag bagi seorang anak untuk selalu mendo’akan kebaikan untuk oarng tuanya. Hal ini sebagai wujud cinta kasih dan balasan seorang anak kepada orangtuanya. Hal ini juga berlalku bagi seorang mennatu untuk mendoakan kebaikan bagi martuanya. Sebab mertua adalah orang tua dari pasangan kita, yang berarti ia juga merupakan orang tua kita. dan wajib bagi kita sebagai anak (menantu) untuk mendoakan kebaikan padanya. Hal ini juga merupakan sebuah tanda bakti kita kepada mertua yang akan mengahntarkan kita pada ridho Allah SWT. Sebagaimana telah di kisahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 114, yang artinya.

“Dan permintaan apapun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah di ikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padaya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Q.S At-Taubah : 144)

Sebagaimana penjelasan di atas, penting bagi seorang menantu untuk menenkankan adab yang baik kepada mertua kita. Karena adab yang baik, merupakan tanda bakti kita kepada mertua, di mana hal itu merupakan sebuah tugas dan tanggung jawab kita sebagai menantu. Berbakti kepada mertua sama halnya berbakti kepada orang tua kita sendiri. Dengan begitu keberkahan akan selalu menyertai rumah tangga kita dengan pasangan kita. Sebab Ridho dari Allah SWT adalah ridho orang tua, dan ridho orang tua adalah surge Allah SWT.

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengenai adab seorang menantu terhadap mertua. Pastinya kita berharap agar rumah tangga kita dengan pasangan kita dapat berjalan baik dengan semestinya. Dan hal ini adalah salah satu kunci agar harapan tersebut dapat terkabul. . .

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • salamdakwah
Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Hallo Kawan Mama, Allah SWT memerintahkan bagi setiap hambanya pria dan wanita untuk melakukan pernikahan apabila telah memenuhi sayart dan rukunnya. Dengan begitu, pernikahan merupakan sebuah momen sakral bagi setiap pria dan wanita dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya. Namun, di setiap ibadah yang di jalankan oleh setiap umat muslim, pasti tidak lepas dari yang namanya gangguan iblis maupun jin. Termasuk juga dalam menjalankan ibadah berupa pernikahan, ada saja gangguan jin yang mengusik hubungan rumah tangga pasangan suami istri. Meskipun demikian, umumnya ada tanda-tanda yang dapat diketahui ketika rumah tangga di ganggu oleh jin dan iblis.

Karena pada dasarnya, jin ataupun iblis mempunyai tugas di dunia unuk menggoda dan mengganggu manusia agar tersesat dan jauh dari Allah SWT. Mereka akan mengganggu setiap aktivitas yang memiliki unsur ibadah di dalamnya, termasuk dalam pernikahan. Karena bagaimanapun pernikahan adalah langkah mulia bagi pria dan wanita untuk membentuk sebuah keluarga dan mendapat keturunan untuk memperbanyak umat yang menyembah Allah SWT. Oleh karena itu, jin dan iblis pasti akan mengganggu setiap rumah tangga dari pasngan suami istri agar dapat tercerai berai.

Setiap dari pasangan suami istri pasti mengharap agar rumah tangganya dengan pasangannya akan bahagia dan berjalan dengan baik-baik saja. Tentunya berbagai usaha telah di lakukan agar keinginan tersebut dapat terwujud. Dan rumah tangganya dapat berjalan dengan harmonis. Namun, tidak semua dari apa yang kita harapkan akan berjalan sesuai harapan. Terkadang ada saja masalah-masalah yang datang dan mengganggu jalanya rumah tangga kita. bukan tidak mungkin masalah-masalah yang datang tersebut akibat gangguan JIn dan Iblis. Sebab jin dan iblis sangat membenci ketika ada keluarga yang berjalan dengan bahagia dan harmonis.

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai tanda-tanda rumah tangga di ganggu oleh jin dan iblis. Tentunya hal ini perlu di waspadai agar rumah tangga kita dapat terhindar dari gangguan jin dan iblis. Berikut ini adalah penjelasannya.

Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Oleh Jin Dan Iblis

Tanda-Tanda Rumah Tagga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Selain mendapat tugas untuk menganggu orang yang sedang ibadah, pencapaian terbesar lainya adalah menganggu rumah tangga agar dapat tercerai berai. Bahkan iblis aakan di anggap sebagai golongan iblis terbaik apabila dapat membuat pasangan suami istri bercerai. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliu barsabda.

“sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian mngirim pasukannya. Dan yang paling dekat kepada ibis dari pasukannya adalah setan yang bisa membuat fitnah yang paling besar. Salah satu dari mereka datang dan berkata, ‘Aku telah berbuat ini dan ini.’ Iblis berkata, ‘kamu belum berbuat apa-apa’. Kemudian datang setan lain dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya sampai aku bisa memisahkan antara dirinya dengan istrinya’. Maka iblis mendekatkan setan tersebut kepada dirinya dan berkata, ‘sebaik-baik (pasukanku) adalah kamu’.” (H.R Muslim)

  1. Selalu Emosi Dengan Pasangan

Umumnya, suami dan istri akan selalu menampakkan cinta kasihnya kepada pasangannya. Dan akan selalu berhati-hati dalam berinteraksi satu sama lain agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menagganggu jalanya rumah tangga mereka. Namun pada keadaan tertentu iblis akan datang menganggu dan menghasut suami/istri dan membuat emosi keduanya agar terjadi pertengkaran di antara keduanya. Jika salah satu di antara suami/istri sedang emosi baiknya lakukan sesuatu agar dapat meredam emosinya atau menhindar agar tidak meperparah keadaan tersebut.

  1. Adanya Dorongan Untuk Melakukan Maksiat

Tanda-tanda lain rumah tangga di ganggu oleh jin/iblis adalah adanya niat untuk melakukan perbuatan maksiat. Orang yang tiba-tiba tanpa sebab yang jelas kemudian muncul dalam fikiranya untuk melakukan maksiat, maka  tentu ada campur tangan dari iblis. Baiknya gunakan waktu luang yang ada untuk melakuak aktiitas yang positif agar dapat terhindar dari gangguan-gangguan iblis untuk melakukan perbuatan maksiat. Dengan melakukan aktivitas positif seperti membaca buku, membaca Al-Qur’an dan melakukan ibadah, Insyaallah akan terhindar dari gangguan jin dan iblis.

  1. Selalu Meras Di Awasi

Umumnya suasan rumah akan terasa damai dan tentram karean di adanya ktivitas dari penghuni rumah. Namun dalam kasus tertentu, keadan rumah akan cenderung menjadi lebih sepi dan penghuni rumah merasa selalu di awasi. Tentunya  hal ini akan membuat penguhni rumah tidak nayaman dan tidak krasan. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi akibat gangguan jin yang sengaja membuat kita selalu merasa di awasi oleh sesuatu. Baiknya rubahlah suasana rumah menjadi lebih hangat dengan membaca Al_qur’an atau sahalawa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

  1. Tercium Bau Aneh Dan Busuk

Jin dan iblis juga sering menggunakan cara ini untuk mengganggu penghuni rumah agar merasa tidak betah di rumah. Jika mencium bau aneh dan busuk baiknya cari tahu dahulu, barang kali ada bangkai tikus atau bau sampah atau hal lainya. Namun bila tidak di temukan sumbernya, bukan tidak mungkin aroma busuk tersebut akibar gangguan dari jin dan iblis. Baiknya jaga selalu rumah agar selalu bersih di segala lini. Karena pada dasarnya, jin dan iblis menyukai tempat-tempat yang kotor dan gelap.

  1. Suara Aneh Di Sekitar Area Rumah

Apabila mendengarsuara-suara aneh di dalam rumah atau di sekitar rumah yang menurutmu cukup asing. Bisa jadi itu adalah bentuk dari gangguan jin dan iblis. Seperti terdengan suarang orang berdehem, batuk, langkah kaki, tangisan     dan suara-suara lainyang tidak wajar pada umumnya. Baiknya, jangan hiraukan suara-suara tersebut atau kamu bisa membaca ayat Al-Qur’an untuk mengusir hal tersebut.

  1. Seringkali Bermimpi Buruk

Rumah tentu merupakan tempat yang paling nyaman dari pada tempat lainya. Namun kadang ada gangguan-gangguan jin dan iblis berupa hal yang dapat membuat kita merasa tidak tenang. Salah satunya adalah lewat mimpi buruk. Ketika dalam posisi tidur, kita tidak dapat mengontrol kesadaran kita seperti biasa. Dan ini menjadi kesempatan bagi ibilis dan jin untuk datang dan menganggu lewat mimpi. Baiknya sebelum tidur lakukan wudzu terlebih dahulu dan baca do’a sebelu tidur. Sungguh itu adalah sebaik-baiknya orang yang hendak tidur agar terhindar dari gangguan jin dan iblis.

  1. Adanya Penampakkan

Cara lain yang di gunakan jin untuk menggangu rumah tangga kita adalah dengan menampakan sosoknya. Kadang berupa seseorang yang telah meninggall, atau orang dengan penampilan yang buruk rupa atau penampakan yang tidak lazim. Jelas ini adalah gangguan nyata dari jin dan iblis itu sendiri. Rumah yang terjaga dari gangguan jin dan iblis adalah rumah yang selalu di bacakan Ayat Al-Qur’an baik siang dan malam. Karena itu dapat menangkal segala gangguan dari jin dan iblis.

  1. Merasa Cemas Dan Was-Was Akan Sesuatu

Rasa cemas dan was-was yang menghinggapi benak kita bisa jadi merupakan ulah dari jin dan iblis untuk menganggu kita. hal ini beetujuan agar hati kita tidak tenang dan risau yang membuat kita jauh dari Allah SWt dan tidak lagi percaya pada-Nya. Perasaan ini gampang sekali di alami bagi kaum wanita, oleh sebab itu, apabila suami pergi keluar hendaklah selalu mendoakan kebaikan baginya dan tawakal pada Allah SWT. Dengan begitu istri dan suami akan selalu berad dalam lindungan Allah SWT.

  1. Susah Untuk Khusuk Dalam Beribadah

Setelah melakukan ganggungguan di atas, maka jin dan iblis juga aka menganggu kita ketika sedang beribadah kepada Allah SWT. Jin dan iblis akan menggoda dan memainkan fikiran kita agar sulit untuk beribadah dengan khusuk dan ini akan ia lakuakn berulang ulang. Baiknya mulailah perbaiaki diri kita dan tata ulang hidup dan rumah kita dengan baik dan selalu mengejarkan perintah Allah untuk beribadah agar terhindar dari godaan jin dan iblis. Atau dengan membaca do’a ta’awudz sebagaimana telah di lakukan oleh Rasulullah ketika hendak melakukan sholat, maka beliau akan membaca do’a ta’awudz. Sebagai berikut.

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْـمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْـمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Yang artinya, “aku berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui dari kesombongan, kegilaan, tiupan dan bisikan setan yang terkutuk.“ (H.R Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

Penutup

Gangguan-gangguan dari jin dan ibli dapat membuat hubungan rumah tangga kita menjadi berantakan dan tercerai berai. Karena bagaimanapun itu merupaka tugas dan harapan jin dan iblis di dunia. Oleh sebab itu, perlu bagi kta untuk menghindari dan membentengi diri, keluarga dan rumah tangga kita agar dapat terhindar dari gangguan-gangguannya yang menyesatkan. Kita dapat melindungi diri kita dan keluarga kita dari gangguan iblis dengan cara selalu menjalankan perintah Allah untuk beribadah, melaksanakan shalat lima waktu, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an dan membaca wirid agar selalu ingat kepada-Nya, serta bertawakal kepada Allah SWT. Sebagai mana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 200, yang artinya.

“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh dia maha mendengar, lagi maha mengetahui”. (Q.S AL-A’raf; 200)

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengneai tanda-tanda rumah tangga di ganggu jin dan iblis. Penting bagi kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah dan betwakal padanya. Sehingga kita akan terhindar dari gangguan jin dan iblis yang dapat membuat kita melakukan perbuatan maksiat, dan dapat mencerai beraikanrumah tangga kita.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

 

Sumber :

  • Dream
  • kalam.sindonews
Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal-Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

 

Hallo Kawan Mama,

Dalam pandangan agama Islam, penikahan adalah sebuah ikatan suci yang melibatkan dua orang, pria dan wanita yang telah melaksanakan ijab dan Kabul yang kemudian resmi dan sah menjadi pasangan suami istri. Dengan melaksanakan pernikahan tentu mengharapkan agar pernikahannya dapat berjalan dengan bahagia pada hari-hari berikutnya. Tentunya, kebahagiaan dari sebuah rumah tangga haruslah seimbang antara kebahagiaan suami dan kebahagiaan istri. Hal ini bertujuan agar terciptanya keseimbangan dan menghindari adany ketimpangan antara pasangan suami istri.

Dalam menjalanai hubungan suami istri dalam sebuah rumah tangga, tentu tidak akan berjalan mulus begitu saja. Adakala masalah-masalah kecil atau bahkan besar datang menimpa dan mengganggu kedamian rumah tangga yang telah di bangun sedemikian rupa. Tentu datangnya masalah masalah dalam rumah tang merupakan hal yang wajar yang akan di alami oleh semua pasangan suami istri. namun, tentunya masalah-masalah yang datang tersebut perlu untuk di sikapi dengan bijak agar tidak menjadi makin melebar dan memperburuk hubungan rumah tangga. Karena pada dasarnya masalah-masalah tersebut adalah ujian bagi suami dan istri untuk di lewati dan di jadikan sebagai bumbu agar rumah tangga menjadi lebih harmonis.

Sebagai pasangan suami istri, hendaknya perlu untuk berhati-hati ketika menyikapi maslah yang datang dalam rumah tangga mereka. Sebab bisa jadi masalah tersebut terjadi akibat sikap dari salah satu di antara suami ataupun istri yang terkesan sepele namun berdampak besar pada hubungan rumah tangganya dengan sang pasangan. Jangan sampai karena masalah-masalah sepele tersebut sampai merusak hubungan rumah tangga dan pada akhirnya akan mengarahkan kita dan pasangan kita pada ranah perceraian.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas hal yang dapat merusak rumah tangga. Sebuah rumah tangga yang telah berjalan lama tentu pernah mengalami masalah atau bahkan konflik sebgai ujuan dari rumah tangga mereka. Namun jika dapat menyikapinya dengan bijak, maka rumah tangga kita dapat melewati segala ujian dan cobaan dengan selamat.

Sebab Rusaknya Rumah Tangga

  1. Komunikasi Yang Kurang Baik

Hubungan antara suami dan istri dalam sebuah rumah tangga tentu memerlukan unsur komunikasi yang baik antar keduanya. Sebab, komunikasi yang baik adalah faktor utama sebagai pondasi atas hubungan rumahtangga tersebut agar dapat terjalin dan bertahan terus menerus. Dengan komunikasi yang baik, maka visi dan misi serta tujuan dari hubungan rumah tangga pasangan suami istri dapat tercapai dengan baik.

Dalam berkomunikasi dengan pasangan, hendaknya selalu dengan cara yang transparan dan terbuka dalam hal apapun. Sebab dengan ketrbukaan di antara keduanya akan menjadikan suami dan istri saling percaya satu sama lain. Meskipun terkesan sepele, namun tidak jarang hubungan rumah tangga dapat terganggu dan berakhir dengan perceraian akibat menyepelkan hal tersebut.

  1. Tidak Terbuka Antar Individu

Menikah berarti menyatukan dua individu menjadi sebuah kesatuan dalam ikatan rumah tangga. Oleh karena itu, unsur keterbukaan antara keduanya merupakan hal yang sangat di perlukan unutk di praktikan dlam menjalani rumah tangga. Sekalipun pribadi dari salah satu merupakan orang yang cenderung berkepribadian tertutup, namun baiknya perlu untuk selalu terbuka dengan pasangan kita.

Dengan keterbukaan, maka kita akan tau keinginan satu sama lain dan dapat mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan jalannya rumah tangga kita. Dengan menikah maka segala permasalahan yang terjadi pada satu individu (suami/istri) merupakan masalah bersama dan keduanya memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya bersama. Hubungan yang terbuka antara suami dan istri akan membuat satu sama lain semakin paham dengan karakter masing-masing, keinginan masing-masing dan dapat menyelaraskan pemikiran di antar keduanya menjadi satu.

  1. Sibuk Dengan Kegiatan Masing-Masing

Rumah tangga yang harmonis tentu dapat di ciptakan dengan adanya interaksi yang baik anatar pasangan suami dan istri. setiap dari suami maupun istri pasti memiliki kegiatan atau hal pribadi yang tidak bisa di tinggalkan begitu saja. Namun jika dalam sebuah rumah tangga, suami ataupun istri sibuk dengan kegiatannya sendiri tentu ini akan menjadi sebuah masalah yang membuat hubungan rumah tangganya dapat terganggu. Karena tidak adanya interaksi di antara keduanya dapat membuat hubungan rumah tangga menjadi renggang.

Sepenting apapun hal atau masalah pribadi kita, pasangan adalah hal yag utama melebihi apapun. Dan akan menjadi sebuah dosa apabila kita sampai menelantarkan pasangan kita hanya karena sibuk dengan urusan pribadi kita. hal tersebut meungkin terdengar sebagai hal yang sepele, namun dampaknya tentu sangat besar bagi kelangsunga rumah tangga kita dengan pasangan kita. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk selalu berinteraksi dengan pasangan kita setiap waktu demi kelangsunagan rumah tangga kita agar terus berjalan dengan harmonis.

  1. Terlalu Banyak Menuntut

Dalam memilih pasangan hidup, pastinya kita mengharapkan agar mendapat pasangan yang sesuai dengan apa yang telah kita harap-harapkan. Tentu keinginan tersebut merupakan hal yang wajar bagi setiap masnusia. Namun pada hakikatnya, setiap manusi di ciptakan dengan kepribadian dan karakter yang berbeda-beda dan unik yang nejadi sebuah fitrah dari setiap manusia. Oleh karena itu tidak ada hak bagi kita untuk memaksa dan menuntut agar pasangan kita dapat menjadi sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Kita dapat menuntut pasangan kita hanya sebatas motivasi agar ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Karean setiap manusia di ciptakan oleh Allah dengan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak mungkin bagi kita untuk memaksa dan menuntut pasangan kita agar benar-benar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pasangan yang baik adalah pasangan yang dapat menerima dengan seutuhnya dan memotivasi serta berjuang bersama untuk menjadi lebih baik lagi dalam berumah tangga.

  1. Mengekang Pasangan

Pada dasarnya setelah melangsungkan pernikahan maka suami dan istri memilki hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini membuat suami dan istri tidak bisa bebas sebagaimana pada waktu ia belum menikah dulu. Karena dengan menikah, kita jadi memiliki hak dan tanggung jawab kepada pasangan kita yang harus kita tunaikan. Selain tidak di perbolehkan menuntut berlebihan pada pasangan. Kita juga tidak di perbolehkan untuk mengekang pasangan kita dengan berlebihan.

Setiap dari insan pasti memilki hak untuk bebas, tak terkecuali bagi yang telah menikah. Namun bedanya, ketika telah menikah kita tidak akan bisa sebebas seperti pada waktu sebelum menikah, sebab kita telah di hadapkan kewajiban dan tanggung jawab pada pasanagan kita. Apabila kita telah menunaikan hak dan kewajiban kita, barulah kita dapat meminta lebih kepada pasangan kita. Dan pastinya, pasangan kita memiliki keinginan akan sesuatu yang tidak bisa dan tidak akan menjadi baik apabila kita kekang begitu saja.

  1. Jarang Memuji Pasangan

Bersyukur adalah hal yang perlu di lakukan setiap orang dalam keadaan apapun, termasuk dengan pasanagan yang telah Allah berikan kepada kita. Dalam mejalani hubungan rumah tangga, tentu adanya rasa syukur dan sebuah sikap apresiasi terhadap apa yang telah di lakukan pasangan kita. Sebab, pujian-pujian kecil kadang di perlukan sebagai bumbu agar rumah tangga kita dengan pasangan kita dapat lebih harmonis dan bahagia.

Tentunya pujian tersebut lantaran perbuatan baik yang telah pasangan perbuat. Dan tujuan dari pujian-pujian tersebut adalah rasa syukur kita pada Allah dan sebagai rasa cita kasih kita kepada pasangan kita. Dari pada selalu menuntut akan sesuatu,meskipun hal yang di lakukan terkesan sepele, sebuah pujian dari kita kepada pasangan kita tentu akan membuatnya menjadi senang. Karena hal tersebut juga sebagai bentuk hormat dan rasa menghargai terhadap pasangan kita.

  1. Tidak Perhatian

Pada umumnya, sebuah rumah tangga tentu memerlukan adanya rasa perhatian di antara suami dan istri, satu sama lain. Hal ini sering terjadi pada kaum suami, suami adalah mahluk yang pada umumnya ber-ego dan ber-gengsi tinggi yang cenderung lebih cuek di bandingkan perempuan. Tentunya ketika telah menikah hal ini perlu di ubah meskipun sedikit. Sebab rasa perhhatian dari pasangan kita sangat di perlukan sebagai tanda cinta kasih yang masih tetap terjalin di antara keduanya.

Perhatian-perhatian kecil tentu juga perlu untuk di lakukan pada pasangan kita. Seperti halnya menanyakan kabar, membuatkan minum, makanan kesukaan, dan perhatian lainya yang sebaiknya perlu untuk di lakukan. Dengan adanya perhatian-perhatian tersebut, tentu akan membuat kasih sayang pasangan kepada kita menjadi bertambah.

  1. Cemburu Buta

Dalam setiap hubungan suami iatri, tentu perlu adanya rasa cinta kasih di antar keduanya. Dan dari rasa cinta kasih pasti akan muncul rasa cemburu satu sama lain, terutama ketika melihat pasngan tengah berinteraksi dengan orang lain yang berlawanan jenis. Rasa cemburu adalah wujud dari kepercayaan diri yang rendah, takut di khianati, tauma masa lalu dan krisi kepercayaan pada diri seseorang. Namun, cemburu juga bisa di artikan rasa cinta kasih kita yang besar pada pasangan kita dan tak mau khilangannya.

Tentunya cemburu merupakan tanda baik bagwa masih ada cinta kasih kita terhadap pasangan kita. Namun jika rasa cemburu kita terlalu berlabihan sampai meluap-luap, tentu itu akan menjadi masalah bagi kita sendiri dengan pasangan kita. Karena hal ini tentu akan membuat ketidaknyamana oasangan kita, yang pada akhirnya dapat menimbulkan perdebatan dan mengganggu hubungan kita dengan pasangan. Dan tidak menutup kemungkinan hal ini dapat menjadi sumber masalah rusaknya hubungan kita dengan pasangan yang dapat  mengantarkan pada perceraian.

Penutup

Menjalani sebuah hubungan rumah tangga, tentu kita berharap akan bahagia dan berjalan dengan harmonis sampai nanti maut menjemput. Namun pada kenyataanya, dalam menjalani hubungan rumah tangga, pasti akan ada masalah-masalah yang datang menimpa rumah tangga kita. Namun hal ini merupakan sebuah ujian yang jika di sikapi dengan bijak akan berbuah baik pada rumah tangga kita. Hal-hal yang di anggap sepele kadang menjadi penyebab renggannya hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita yang pada akhirnya rusak begitu saja. Akan sangat di sayangkan apabila hal rumah tangga berakhir dengan perceraian hanya karena keteledoran kita akan hal-hal sepele. Karena Allah SWT sendir sangan membenci keluarga yang tidak akur yang kemudian menempuh jalur perceraian.

Demikan pembahsasan dari Kawan Mama mengenai sebab rusaknya hubungan rumah tangga. Perlu di cermati bagi setiap pasangan suami dan istri. bahwa hal-hal sepele kadang dapat menjadi sebab rusaknya hubungan suami istri. Oleh karena itu, kita harus cermas dan hati-hati dalam menyikapi akan sesuatu hal dalam berumah tangga kita dengan pasngan kita, sekalipun itu hal kecil.

Semoga tuisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • Ibupedia
  • Elshinta
Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhdap Menantunya

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan sama halnya dengan mengikat hubungan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan. Hal ini juga dapat di artikan sebagai media atau langkah untuk menyatukan hubungan keluarga lelaki dengan keluarga perempuan menjadi satu keluarga besar. Artinya ketika telah menikah, pasangan suami istri tidak hanya mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru terhadap satu sama lain. Namun ia juga mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru sebagai menantu terhadap orang tua barunya, yaitu mertuanya. Sebab mertua merupakan orang tua kandung dari anak yang telah menikah dengan kita.

Tentunya, sebagai mertua memiliki hak-hak yang harus di penuhi yang harus di penuhi oleh menantunya. Sebab seorang ketika telah menikahkan anaknya dengan menantunya, maka ia memiliki hak-hak yang perlu di tunaikan oleh sang menantu kepadanya. Tentunya menantu juga pasti ingin mendapat kepercayaan dari mertua ketika telah mempersunting anak tersayangnya. Oleh sebab itu, perlu bagi sang menantu untuk memenuhi hak-hak atas orang tua dari pasangannya. Sebab hal itu dapat membbuat mertua menjadi percaya kepadanya yang membuat hubungannya dengan mertua menjadi terjaga dengan baik.

Pada dasarnya, peran mertua juga akan sangat berpengaruh kepada rumah tangga kita nantinya. Hal ini juga terkait dengan akidah dan nasab yang merupakan hal penting dalam sebuah hubungan rumah tangga. Tentunya hubungan baik dengan mertua perlu di tata dengan baik dan sedemikian apiknya. Karena hal ini juga akan di pertanggungjawabkan di kahirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 1, yang artinya.

“…Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisa : 1)

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai hak seorang mertua terhdapa menantunya. Tentunya hal ini sering kali terlintas dalam fikiran kita sebagai menantu. Dan berikut ini adalah penjelasannya.

Hak Mertua Terhadap Menantunya

  1. Mendapat Perlakuan Baik Dari Menantu

Selayaknya sesame manusia, berbuat kebaikan kepada sesame adalah kewajiban bagi setiap insan. Dalam hubungan menantu dan mertua, seorang mertua tentu memiliki hak untuk mendapat perlakuan baik dari sang menantu. Mertua juga merupakan orang tua dari pasangan kita, yang berarti ia juga merupakan orang tua kita. oleh sebab itu penting bagi seorang menantu untuk menunaikan hak mertua  untuk di perlakukan dengan sebaik-baiknya. Karena memperlakukan mertua dengan baik sama halnya dengan memperlakukan orang tua kita sendiri. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Kenal Dan Dekat Dengan Cucunya

Ketika telah menikah, tidak jarang dari pasangan suami istri memilih untuk tidak tinggal seruamh dengan orang tua dan hidup mandiri. Hal tersebut terjadi karena pasangan suami istri yang ingin hidup mandiri dan tidak mau merepotkan orangtua/mertuanya. Tanpa di sadari hal ini kadang menjadi kendala bagi mertua untuk berinteraksi dengan cucu-cucu kesayangannya. Sebab, setiap dari orang tua/mertua pasti ingin mengenal dan dekat serta menimang cucu-cucunya yang menggemaskan.

Mertua memilik hak untuk mengena dan dekat dengan cucu-cucunya. Oleh karena itu, jarak tidak dapat menajdi alasan bagi menantu untuk tidak mendekatkan mertua dengan cucunya. Menantu dapat sesekali menjenguk mertua dan mengenalkan anaknya kepada kakek neneknya. Sebab kebahagiaan dan hiburan bagi orang tua hanyalah melihat anak dan cucunya dapat tumbuh dengan sehat. Hal ini juga sebagai media untuk selalu menjaga tali silaturrahim dan hubungan baik antara mertua dan menantu. Karena Allah SWT sangat membenci orang yang memutuskan hubungan silaturrahimnya terhadap sesame. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Mendapat Bakti Dari Sang Anak (Menantu)

Selayaknya sebagaiman orang tua pada umumnya, mertua tentu memiliki hak dari sang anak (menantu) atas kebaktian mereka. Seorang anak memiliki kewajiban untuk membaktikan dirinya kepada orang tua. Dan hal ini tidak akan berubah sekalipun ia telah melangsungkan pernikahan dan telah hidup dalam keluarga baru. Karena kewajiban seorang anak akan tatap ada dan harus ia penuhi bahkan sampai orang tua meninggal dunia.

Mertua merupakan orang tua dari pasangan kita, oleh sebab itu wajib bagi seorang menantu untuk berbakti kepadanya. Sebagaimana telah di jelaskan oleh Rasuliullah SAW, Beliau bersabda.

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya, dan yang paling berhak atas lelaki adalah ibunya.” (H.R Tirmidzi)

  1. Di Hormati Oleh Menantu

Saling menghormati merupakan perintah dari ajaran islam itu sendiri. Dengan adanya rasa hormat maka hubungan baik antar sesame akan tetap terjaga. Orang tua memiliki hak untuk di hormati oleh anak-anaknya, hal ini juga berlaku bagi mertua kepada menantunya. Imam ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.44).

“Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang. Dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang mereka.”

  1. Di Muliakan Oleh Menantunya

Setiap ornag tua memiliki hak untuk di muliakan oleh anak-anaknya. Selayaknya hal tersebut, maka seorang mertua juga memiliki hak untuk di muliakan oleh menantunya. Sebab ketika telah menikah selain mendapat pasangan, maka mertua juga akan menjadi orang tua kita. Oleh sebab itu anak/menantu memiliki kewajiban baru untuk memuliakan orang tua dari pasangannya, yaitu mertua. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36, yang artinya.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapakmu, karib-kerabat, anak yatim, orang miskin tetangga dekat dan jauh teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S An_nisa : 36)

Hal ini juga berlaku dalam urusan nafkah, pada dasarnya tidak ada dalil tentang kewajiban untuk menafkahi mertuanya. Namun jika di tinjau ulang, ada perintah untuk menakahi orang tua sendiri. Mertua adalah orang tua dari pasangan kita, yang berarti merupakan orang tua kita juga. Dengan begitu berarti mertua memiliki hak untuk di nafkahi oleh anak/menantunya.

Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“sungguh sebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Mendapat Perhatian Dan Di Rawat Oleh Anak (Menantu)

Orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan merawat serta membesarkan kit dengan oenuh kasih sayang dan penuh dengan pengorbanan. Hal ini membuat kita sebagai anak memilki kewajiban yang harus kita tunaikan untuk merawat orang tua dan memberikannya perhatian serta kasih sayang dengan sebaik-baiknya. Dan mertua adalah orang tua dari pasangan kita yang tentunya telah melakukan hal yang sama untuk anaknya dan merelakan anaknay untuk menjadi milik kita. Oleh sebab itu, mertua juga memiliki hak untuk di beri kasih sayang dan perhatian oleh anak dan menantunya.

Orang tua/mertua tentu akan mengalami masa di mana tubuhnya sudah mulai lemah dan sakit. Dalam kondisi ini, peran seorang anak sangat di perlukan. Karena akan menjadi durhaka bagi seorang anak apabila orang tua sakit namun tidak merawatnya. Begitu pula dengan mertua, ia juga memiliki hak untuk di rawat oleh anak/menantunya. sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanyasudah renta atau salah seorang dari keduanya namun tidak dapat membutnya masuk surga.” (H.R Muslim)

Dari penjelasan di atas dapat di ketahui, bahwa setelah menikah maka kita tidak hanya mendapat pasangan baru, namun juga orang tua baru. Sebab tujuan lain dari pernikahan adalah menjalin hubungan kekeluargaan dari dua keluarga yang berbeda. Atas hal itu, sebagai anggota keluarg baru yang berposisi sebagai menantu, kita juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab baru untuk di tunaikan. Salah satunya adalah hak dari orangtu/mertua kita. Dengan menunaikan hak-hak tersebut dapat membuat hubungan menantu dengan mertua menjadi semakin dekat dan harmonis. Karena bagaimanapun seorang anak memiliki keutamaan untuk berbakti kepada orang tuanya dengan sebaik-baiknya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak mertua terhadapa anak/menantunya. hubungan yang baik antara menantu dan mertua merupakan salah satu kunci kebahagiaan dalam rumah rumah tangga dan pastikan bagi kita untuk menunaikannya;

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

Beberapa Dosa Mertua Terhadap Menantu

Beberapa Dosa Mertua Terhadap Menantu

Hallo Kawan Mama, Pernikahan merupakan salah satu momen penting dan kebahagiaan yang terjadi dalam hidup setiap orang. Karena selain menjadi langkah menunaikan perintah ibadah. Menikah juga berarti menyatukan hubungan antara laki-laki dan wanita menjadi satu ikatan suami istri yang di anggap sah. Namun menikah tidak hanya menyatukan hubungan antara laki-laki dan wanita menjadi satu, namun juga menyatukan kedua keluarga baik dari laki-laki maupun perempuan. Dan dalam hal ini, mertua juga memiliki tanggung jawab baru terhadap menantunya. Bahkan akan menjadi sebuat dosa bagi mertua apabila tidak menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap sang menantu.

Hubungan yang baik antara suami dan istri tentu menjadi dasar sebuah rumah tangga dapat berjalan dengan baik dan langgeng. Namun tidak jarang terjadi masalah-masalah yang menimpa sebuah keluarga yang dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami dan istri. Dan kadang masalah-masalah tersebut malah datang dari orang-orang terdekat, seperti keluarga kita atau bahkan orang tua kita.

Peran orang tua mertua dalam hubungan rumah tangga anak dan menantunya tentu mempunyai dampak yang sangat krusial. Karena setiap pandangan, perkataan dan perbuatan yang ia lakukan orangtua mertua kepada rumah tangga anaknya tentu akan mempengaruhi hubungan rumah tangga anak dan menantunya. banyak kasus terjadi dimana pernikahan yang akhirnya berakhir dengan perceraian akibat campur tangan dari orang tua mertua suami istri. kadang kala mertua dan menantu mempunyai perbedaan cara berfikir atau pandangan yang membuat keduanya tidak cocok, yang akhirnya membuat rumah tangga anak dan menantu beujung dengan perceraian. Tentu hal ini merupakan perbuatan yang salah, sebab perceraian adalah ahal yang di benci oleh Allah SWT.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai hal yang dapat menjadi dosa bagi mertua kepada menantunya. Pada dasarnya, setelah ijab nikah berlangsung, maka seketika itu juga mertua juga menjadi orang tua dari sang menantu. Dengan begitu hubungan di antara keduanya perlu di jaga dengan baik. Berikut adalah penjelasannya.

Dosa Mertua Kepada Menantu

Dosa Mertua Terhadap Menantu

  1. Menuntut Dan Memaksa Menantu Agar Sesuai Dengan Keinginan Mertua

Setiap dari orang tua pasti mengharapkan yang terbaik bagi anak-anaknya, termasuk dalam mendapatkan pasangan hidup. Orang tua pasti akan melakukan apapun dan mengaharapkan anaknya agar mendapat pasangan yang baik dan sesuai dengan apa yang ia harapkan. Tentunya hal ini merupakah hal yang wajar, dan merupakan bentuk cinta kasihnya kepada sang anak. Namun hal ini tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan.

Karena pada hakikatnya, setiap manusia lahir dengan kodrat karakter yang berbeda-beda, dengan kakurangan dan kelebihannya masing-masing. Dan tidak selamanya harapan untuk mendapat menantu yang sesuai dengan apa yang kita harapkan dapat terwujud sesuai dengan apa yang kita minta. Oleh sebab itu, sikap ikhlas dan lapang perlu di tekankan dalam diri kita. Tugas seorang orang tua mertua hanya untuk mengarahkan dan membimbing anak dan menantunya agar tidak melakukan kesalahan yang dapat membuat dampak buruk pada keluarganya.

Tidak ada hak bagi mertua untuk menuntut dan memaksa menantunya agar sesuai dengan apa yang ia harapkan. Karena setiap orang memiliki cara berfikir dan langkah hidupnya masing-masing yang sudah di tentukan oleh Allah SWT. Yang perlu mertua lakukan adalah mengarahkan menantunya untuk melakukan hal yang baik, memberi nasihat dan mendoakan kebaikan agar rumah tangga anak dan menantunya dapat berlangsung dengan baik dan berjalan dengan semestinya. Mertua yang memkasa menantunya agar sesuai dengan keinginannya malah akan menjadi sebab maslah-masalah yang timbul dalam rumah tangga anaknya yang akhirnya akan berujung pada perceraian. Baiknya, mertua harus menaruh rasa percaya pada menantunya dan berserah diri pada Allah, serta mendoakan yang terbaik bagi anaknya. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“Allah mencatat takdir setiap mahluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (H.R Muslim)

  1. Terlalu Ikut Campur Dalam Rumah Tangga Anaknya

Sebagai pasangan suami dan istri dalam sebuah rumah tangga yang baru, tentu perlu adanya bimbingan dan arahan oleh orangtua mertua. Pasalnya orangtua mertua tentu lebih berpengalaman akan hal-hal yang menyangkut rumah tangga. Oleh karena itu anak dan menantu tentu perlu untuk di bimbing dan di arahkan agar rumah tangganya dapat berjalan dengan baik. Namun sadar atau tidak, mertua sering kali terlalu ikut campur dengan rumah tangga anaknya.

Pada dasarnya, ketika anak telah menikah maka tugas orangtua mertua terhadap anak menantu telah selesai. Dan segala sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga tersebut sudah merupakan tanggung jawab penuh oleh anak dan menantunya. Orang tua mertua tidak  di perbolehkan masuk keranah tersebut dengan sesuka hatiya. Mertua hanya dapat turun tangan apabila anak menantu menantunya meminta bantuan kepadanya untuk di bantu.

Tentunya setiap orangtua mertua mempunyai batasan dan ruang anak menantu yang tidak boleh ia sentuh masuki seenaknya saja. Namun ia tetap memiliki kewajiban untuk mengingatkan dan memberi nasihat yang baik untuk anak dan menantunya. Karena campur tangan dari mertua yang berlebihan dapat membuat menantu merasa tidak di hargai sebagai dalam keluarganya sendiri.

  1. Merendahkan Menantu

Menikah tentu merupakan jalan bagi seorang laki-laki dan wanita untuk mendapatkan kebahagiaan dalam sebuah hubungan rumha tangga. Dan setiap awal dari berjalannya sebuah rumah tangga tidak semuanya akan berjalan dengan lancar dan mulus. Pastinya ada saja kendala-kendala yang mengganggu jalannya rumah tangga yang di sebabkan oleh kurangnya pengalaman atau hal lain sebagainya.

Sebagai orang tua, pasti mengharapkan agar mendapat menantu yang baik dan sesuai dengan harapannya. Namun tidak selalu dari apa yang di harapkan oleh kita dapat terkabul begitu saja. Kadang mertua mendapati menantu yang kurang sesuai dengan apa yang ia harapkan. Dan hal ini bisa menjadi sebab mertua tidak senang terhadap menantunya. Padahal setiap dari menantu adalah pasangan dari anaknya, yang berarti menantu juga telah menjadi anaknya. maka dari itu, perlu bagi mertua untuk menerima menantunya dengan ikhlas dan lapang dada.

Pada hakikatnya, setiap orang lahir dan tumbuh dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing yang sudah di tentukan oleh Allah SWT. Dan setiap insan dengan beberapa kekurangan maka ada beberapa kelebihan pula dalam dirinya. Tugas mertua adalah untuk mendukung dan memotivasi menantunya dengan sepenuhnya, dan berdoa yang terbaik bagi anak dan menantunya.

Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, tidak terkecuali mertua atau bahkan menantu. Apabila menantu melakukan kesalahan, maka sudah menajdi kewajiban bagi mertua untuk menasihatinya agar dapat memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Akan menjadi dosa apabila mertua malah merendahkan dan menjelek-jelekkan menantu atas kesalahan yang telah di perbuat. Tentu hal tersebut dapat membuat menantu menjadi malu dan sakit hati dan bukan tidak mungkin hal tersebut dapat berdampak pada hubungannya dengan pasangannya.

Mertua juga memiliki tugas untuk merahasiakan aib menantu ataupun anaknya. Bukan malah mengumbar dan menjelek-jelekannya di muka umum. Karena hal tersebut murni merupakan penghinaan bagi menantunya yang akan membuat ia sakit hati kepada sang mertua.

Bagaimanapun pribadi seorang menantu, wajib bagi mertua untuk mendukung dengan apa yang menantu lakukan, karena hal itu pasti bertujuan untuk membahagiakan pasanganya. Tugas mertua kepada menantunya, hanya sekedar mengingatkan, menasihati, membimbing dan membantu menantu jika di minta olehnya. Batasan-batasan tersebut sebaiknya di patuhi dan tidak di sentuh, dan dukungan dari mertua tentu menjadi motivasi bagi sang menantu untuk menjadi lebih baik lagi.

Penutup

Mertua adalah seorang orang tua biasa yang pastinya mengharapkan agar anaknya mendapat pasangan hidup yang dapt bertanggung jawb dan membahagiakannya. Karena bagaimanapun kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orang tua. Mertua memiliki batasan-batasan di mana ia tidak boleh terlalu ikut campur dalam rumah tangga anak dan menantunya. setiap orang pasti memiliki karakter yang berbeda, apabila orang mertua mendapati menantu yang tidak sesuai dengannya, maka tugasnya adalah menerima dengan lapang dan ikhlas. menantu tentu perlu do’a dan bimbingan serta dukungan dari mertua sebagai tambahan dorongan motivasi baginya dalam menajalankan rumah tangganya agar berjalan dengan baik. Allah Berfirman Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 23, yang artinya.

“dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu. Dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lekaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan menkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) dan maha mengetahui.” (Q.S An-Nur : 32)

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai dosa mertua kepada menantu. Kunci dari keluarga bahagia adalah terjaganya hubungan komunikasi dan interkasi yang baik antar suami dan istri, serta dengan orang tua dan keluarganya dengan baik.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Topmedia

Pengunjung lain juga mencari:

  • https://kawanmama com/dosa-mertua-terhadap-menantunya/
Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

Hallo Kawan Mama, Menikah adalah jalan bagi pasangan laki-laki dan wanita dalam menjalankan ibadah yang telah di perintahkan oleh Allah SWT. Dengan menikah, maka pasangan laki-laki dan wanita sudah sah untuk hiudp besama dan terhindar dari perbuatan zina. Ketika telah melangsungkan pernikahan, dengan maksud menyatukan laki-laki dan wanita menjadi pasangan suami dan istri. Juga menyatukan dua keluarga yang berbeda dalam satu ikatan kekeluargaan di mana hal ini membuat sang mertua (orang tua dari pasangan) memiliki kewajiban terhadap sang menantu.

Setelah menikah, maka seorang suami dan istri akan hidup dalam sebuah rumah tangga yang baru. Suami juga akan mendapat orangtua baru dari sang istri. dan sebaliknya, istri juga akan mendapat orangtua baru dari sang suami. Oleh karena itu, penting bagi seorang menantu untuk bersikap baik dab berbakti kepada mertuanya. Sebab, mertua adalah orangtua dari pasangan kita yang rela melepaskan anak tersayangnya untuk kita pinang. Mereka yang telah merawat dan membesarkan pasangan kita sampai sekarang. Dan sudah menjadi kewajiban menantu untuk membalas kebaikan mertuanya dengan baerbakti kepada mertuanya.

Berjalanya sebuah hubungan rumah tangga menantu tentu tidak lepas dari peran orangtua dan mertua. Karena mertua pasti akan punya andil dan saling berinteraksi dengan menantunya. Tentu hubungan baik antara menantu dan mertua perlu di tekankan agar rumah tangga dari menantu dapat berjalan dengan semestinya. Dalam sebuah rumah tangga dari menantu dan anaknya, mertua tentu memiliki kewajiban-kewajiban yang perlu ia tunaikan kepada anak dan menantunya. Hal ini bertujuan agar rumah tangga anaknya dapat berjalan dengan baik.

Pada tulisan lalu Kawan Mama telah membahas mengenai kewajiban seorang menantu terhadap mertua. Dan pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai kewajiban mertua kepada menantunya. Berikut adalah penjelasannya.

Kewajiban Orangtua Kepada Menantu

Kewajiban Mertua Terhadap Menantu Dalam Islam

  1. Memberi Kasih Sayang

Dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan umat-Nya untuk saling menyanyangi antar sesama umat. Allah SWT berfirman dalam surat Maryam ayat 96, yang artinya/

“sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” (Q.S Maryam : 96)

Dari ayat tersebut, dapat di ketahui bahwa sebagai umat Islam wajib bagi kita untuk saling mengasihi antar sesama. Seorang mertua memiliki kewajiban untuk memberikan cinta kasihnya kepada menantu selayaknya anaknya sendiri. Sebab menantu adalah pasangan sah dari anaknya yang nantinya akan melahirkan dan menjadi keturunan serta penerusnya. Oleh sebab itu wajib bagi mertua untuk selalu menyayangi menantunya.

Hubungan mertua dan menantu tentu menjadi bagian penting dari berjalannya rumah tangga, sebab ketika hubungan mertua dan menantu buruk maka tentu hubungan rumah tangga menantunya juga dapat terganggu. Baiknya sebagai mertua baiknya menyadari bahwa menantunya adalah sebaik-baiknya jodoh dari anaknya yang telah di pilih oleh Allah SWT. Oleh sebab itu, mertua wajib menyayangi menantunya layaknya ia menyayangi anaknya sendiri.

  1. Hubungan Yang Baik

Sebuah hubungan yang baik anatara mertua dengan menantu tentu menjadi faktor penting agar rumah tangga anaknya dapat berjalan dengan baik. Pasalnya, banyak kasus terjadi di mana hubungan mertua dan menantu yang tidak baik yang kemudian mengganggu jalannya rumah tangga sang menantu yang berakhir pada perceraian. Perlu untuk di sadari oleh mertua, bahwa kodrat dari setiap manusia lahir dan tumbuh dengan karakter yang berbeda-beda. Dan jika mertua mendapat menantu yang tidak sesuai dengan harapan atau beda pemikiran dengannya, maka ia wajib untuk menerimanya dan tetap memberikan cinta kasihnya.

Tidak selamanya rumah tangga sang anak tinggal serumah dengan orangtuanya, maka orangtua perlu memberi perhatian lebih kepada anak dan menantunya. Mertua juga dapat sekali-kali berkunjung kerumah menantu, menyapa, menanyakan kabar dan melihat cucu-cucunya. Tentu hal tersebut akan membuat hubungan antara menantu dan mertua menjadi lebih dekat dan harmonis.

  1. Memberi Nasihat Dan Petuah

Sebagi orangtua, tentu lebih paham dan mempunyai segudang pengalaman kehidupan yang dapat ia ceritakan dan ajarkan pada menantunya. Hal tersebut dapat menjadi bekal bagi menantu dalam menjalankan rumah tangganya agar dapat berjalan dengan semestinya. Tentunya sebagai orang yang lebih muda, menantu perlu di bimbing dan di arahkan dalam urusan rumah tangga, baik dalam Agama, atau hal-hal lainya.

Mertua juga dapat membantu menantunya seperti mengajari memasak, mengajari cara merawat bayi, mengajari cara menjadi imam yang baik dan hal lain sebagai bekal menjalankan rumah tangga menantu. Dengan mengajari menantu sesuatu hal yang baik, maka ilmu dari mertua dapat bermanfaat dan dapat menjadi amal jariyahnya kelak.

  1. Tidak Terlalu Ikut Campur Dan Mengekang Menantunya

Pada dasarnya, setelah sang anak menikah, maka tanggung jawab dari orangtua kepada anaknya akan terlepas dan berpindah kepada menantunya. Dan tentunya dalam menjalankan rumah tangga, setiap insan memiliki cara masing-masing. Dan sebagai mertua tidak di perbolehkan untuk mengatur dan memaksa rumah tangga anaknya agar sesuai dengan keinginannya. Hal ini tentu akan mengganggu dan membuat tidak nyaman rumah tangga anak dengan menantunya.

Tidak jarang terjadi, mertua merasa lebih tahu tentang kehidupan yang pada akhirnya terlalu ikut campur dan memaksa rumah tangga anaknya agar sesuai dengan kemauannya. Hal ini tentu merupakan hal yang salah sebagai mertua. Peran dan tugas mertua hanyalah mengarahakan dan memberi nasihat kepada anak dan menantunya di dalam berumah tangga. Sehingga anak dan menantu tidak akan merasa terkekang dan merasa aman karena perhatian yang di berikan oleh sang mertua.

  1. Menghargai Dan Menghormati Menantu

Menghargai dan memnghormati sesama adalah sebuah kodrat dari sesama manusia agar tercipta hubungan yang harmonis. Hal ini juga berlaku pada mertua kepada menantu. Meskipun menantu jauh lebih muda darinya, mertua tetap wajib untuk menghormati menantunya. Ia dapat memerlakukan menantuinya dengan perlakuan yang baik, memberikan perhatian, memberi nasihat dan hal baik lainya sebagai tanda hormatnya kepada menantu.

Setiap dari apa yang di lakukan menantu tentu perlu di apresiasi oleh sang mertua, terlebih jika itu sebuah bentuk baktinya kepada mertuanya. Sebab, seorang menantu pastilah ingin selalu terlihat baik dan berguna serta bermanfaat bagi mertuanya. Meskipun hal yang di lakukan oleh menantu terkesan sepele, namun wajib bagi mertua untuk menhargai hal tersebut selama hal tersebut adalah hal yang baik.

  1. Tidak Pilih Kasih

Pada dasarnya, setiap menantu merupakan pasangan dari anak kita, maka dari itu menantu juga berarti anak kita. Dan tidaklah baik bagi mertua apabila memberikan perlakuan yang berbeda dengan anak-anaknya, atau bahkan dengan menantunya yang lain. Berbuat adil dan memperlakukan menantu tanpa tanpa membeda-bedakan adalah tugas yang harus di lakukan oleh mertua kepada menantunya. Sekalipun menantu memiliki tidak seusai dengan apa yang ia harapkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 90, yang artinya.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan keoada kerabat. Dan Allah melarang perbuatan keji serta permusuhan.” (Q.S An-Nahl : 90)

  1. Menutup Aib/Keburukan

Pada hakikatnya, tidak ada manusaia yang lahir dengan sempurna, karena kesumpurnaan hanya milik Allah SWT semata. Tidak jarang terjadi bahwa mertua mendapat menantu yang tidak seusai dengan apa yang ia harapkan dan kadang mempunyai kekurangan. Sesekali manantu juga bisa melakukan kesalahan-kesalahan.

Dan perang seorang mertua adalah mengarahkan dan membimbing menantu agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan lagi. Mertua juga harus merahasiakan apa yang menjadi aib bagi kelurga anaknya dan jangan sampai mengumbarnya atau bahkan menjelek-jelekkannya. Sebab itu merupakan perbuatan tercela dan dosa baginya sendiri.

  1. Menjadi Contoh Dan Teladan

Setiap orangtua pasti menjadi figure bagi setiap anak-anaknya dan hal ini juga berlaku bagi mertua. Setiap langkah dari sang mertua tentu akan menjadi perhatian bagi sang menantu yang nantinya akan ia terapkan dalam kehidupan rumah tangganya. Oleh sebab itu, mertua mempunyai tanggung jawab untuk menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anak dan menantunya.

  1. Membantu Dan Mengarahkan

Tugas dari orangtua lainya adalah memabantu rumah tangga sang anak dan menantu agar dapat berjalan dengan semestinya. Sebab orangtua pasti memiliki pengalaman yang lebih dalam berumah tangga jika di bandingkan dengan anak dan menantunya. Anak dan menantu tentu belum berpengalaman dalam mengahdapi tugas dan kewajibannya dalam berumah tangga. Sehingga peran orangtua/mertua sangat di butuhkan dalam rumah tangga anak dan menantunya.

Selain membantu,mertua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengajarkan anak dan menantunya untuk belajar hidup mandiri sebagai pasangan suami istri dalam berumah tangga. Tentu hal ini dapat menjadi bekal bagi keduanya dalam menjalankan bahtera rumah tangganya. Terlebih karena ketika orangtua/mertua telah meninggal, maka keduanya harus dapat menghadapi permasalahan rumah tangganya sendiri.

  1. Mengingatkan Dan Mengajarkan Ilmu Agama

Tugas dan kewajiban orangtua kepada anaknya antara lain juga mengajarkan anaknya ilmu Agama. Hal ini juga berlaku bagi mertua kepada menantunya, karena menantu adalah pasangan hidup dari anaknya. Maka selayaknya ia mengajarkan ilmu Agama pada anaknya, ia juga wajib mengajarkan ilmu pada menantunya. Karena hal tersebut tentu akan berdampak baik pada keluarg anak dan menantu di masa mendatang.

Selain mengajarkan ilmu Agama, mertua juga memiliki kewajiban untuk mengingatkan pada menantunya. seperti halnya ketika menantu lalai dengan tugas dan kewajibannya pada pasangannya. Atau lalai terhadap Agama dan tuhannya, maka hal tersebut merupakan hal penting bagi seorang mertua. Hal-hal baik yang di ajarkan kepada anak dan menantu tentu akan menjadi bekal bagi mereka berdua dalam menajalankan rumah tangganya.

Pada dasarnya, seorang menantu adalah seseorang asing yang telah menjadi menantunnya ketika ia telah menikah dengan anaknya. Hal tersbut juga berarti bahwa ia telah menjadi anaknya dan merupakan bagian dari keluarga besarnya. Maka dari itu, mertua memiliki kewajiban-kewajiban yang harus ia tunaikan kepada menantunya. Karena hal ini dapat akan berdampak pada kelangsungan hidup rumah tangga anaknya dengan menantu, serta kelangsungan hidup cucu-cucunya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai Kewajiban Mertua Kepada Menantunya. menantu adalah pasangan dari anak mertua, oleh sebab itu mertua perlu memperlakukan menantu selayaknya ia memperlakukan anaknya sendiri.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • DalamIslam
Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Hallo Kawan Mama, Setiap mahluk hidup di ciptakan oleh Allah SWT dengan berpasang-pasangan, termasuk dengan manusia. Menikah adalah sala satu perintah dari Allah SWT sebagai jalan ibadah dan mendekatkan diri bagi setiap manusia. Maka dari itu setiap laki-laki dan wanita di perintahkan untuk melangsungkan pernikahan apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Perintah untuk melangsungkan pernikahan tidak lain untuk mengikat hubungan antara laki-laki dan wanita dalam sebuah ikatan yang sah dan menghindari dari perbuatan zina. Tujuan lain dari menikah yaitu untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus keluarga dan sebagai penerus umat ber-Agama. Dan ketika telah menikah nanti, menantu ada kewajiban bagi seorang menantu terhadap mertuanya yang juga telah menjadi orang tuanya.

Ketika telah melangsungkan pernikahan, maka suami dan istri akan hidup dalam keluarga baru. Artinya, suami akan menjadi bagian dari keluarga sang istri, dan istripun akan menjadi anggota keluarga dari keluarga suaminya. Tentunya, dalam sebuah keluarga baru tersebut suami dan istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang baru pula. Tidak hanya sebatasa kewajiban dan tanggung jawab pada pasangan. Ketika telah menikah, maka suami/istri memiliki peran baru sebagai anak/menantu dari keluarga pasanagannya. Yang tentunya juga mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab baru sebagai menantu kepada mertuanya.

Sebagai menantu, tentu kita berfikir tentang bagaimana bersikap baik kepada mertua. Jangan sampai kehadiran kita dalam keluarga tersebut menjadi penyebab hubungan keluarga tidak harmonis. Oleh sebab itu, sebagai menantu perlu untuk bersikap baik kepada mertua kita.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai kewajiban menantu terhadap mertuanya. Karena beberapa dari kita pasti masih bingung dan belum mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai menantu kepada mertua. Tentunya kewajiban tersebut perlu di di ketahui dan di amalkan agar hubungan menantu dengan mertua menjadi harmonis. Berikut adalah penjelasannya.

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

  1. Menganggap Dan Memperlakukan Mertua Layaknya Orangtua Sendiri

Pada dasarnya, mertua adalah orangtua dari pasangan kita. Artinya, ketika telah menikah maka mertua juga menjadi orangtua kita sendiri. Oleh karena itu, wajib bagi menantu untuk memperlakukan mertua selayaknya memperlakukan orangtua sendiri dengan sebaik-baiknya. Sebab mertua adalah orangtua yang melahirkan, merawat dan membesarkan pasangan kita sedari kandungan sampai sekarang.

Menantu wajib menganggap dan memerplakukan mertua layaknya ia memperlakukan orangtuanya sendiri. Memberikan kasih sayang dan perhatian layaknya kepada orangtua sendiri. Sebab memperlakukan mertua dengan baik sama halnya seperti berbakti kepada orangtua sendiri. Dan berbakti kepada orangtua adalah jalan jihad dan menjadi sumber pahala bagi sang anak/menantu.

  1. Bersikap Baik Kepada Mertua

Menjadi menantu berarti juga mejadi anak dari sang mertua. Dan bersikap baik kepada mertua tentu merupakan sebuah keharusan bagi menantu. Sebab mertua telah merelakan dan mengizinkan anak tersayangnya di ambil oleh orang lain. Karenanya, penting bagi setiap menantu untuk selalu bersikap baik, santun, lemah lembut dan cita kasih kepada mertuanya. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Merawat Layaknya Merawat Orangtua Sendiri

Ketika mertua telah beranjak menua atau mengalami kondisi yang tidak sehat, maka menantu mempunyai kewajiban untuk ikut merawatnya. Terutama bagi menantu perempuan, sementara sang suami tengah pergi mencari nafkah maka ia wajib untuk merawat mertuanya seperti ia merawat orangtuanya dengan baik. Sungguh itu merupakan sebuah bakti seorang anak kepada orangtuanya sendiri dan menjdi lading pahala baginya. Tentunya hal tersebut akan membuat suami lega dan bengga kepada istri dan semakin sayang kepadanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 14, yang artinya.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Al-Luqman : 14)

  1. Memperkenalkan Dan Mendekatkan Anak Kepada Kakek/Neneknya

Umumnya, setelah menikah pasangan suami istri akan hidup pada lingkungan baru. Entah ikut keluarga suami atau ikut keluarga istri atau bahkan hidup mandiri. Dalam hal ini, ketika pasangan suami istri telah di karuniai seorang anak, maka sebaiknya kenalkan anak kita dengan kakek/neneknya.

Dan pastinya seorang mertua ingin melihat dan menimang cucu dari anak-anaknya. Karena itu juga merupakan sumber kebahagiaan bagi mertua kita. Sebab kebahgiaan dan hiburan yang bisa membuat mertua senang adalah melihat anak dan cucunya sehat dan tumbuh besar. Hal ini tentu sebagai bagian dari mempererat silaturhami dan berhubungan baik dengan mertua merupakan hal yang perlu di jaga dengan baik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Memberi Nafkah Dan Membantu Mertua

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada istrinya. Namun apakah ia juga wajib memberi nafkah kepada mertuanya?. Pertanyaan ini tentu sering kali muncul dalam benak kita sebagai menantu. Tidak ada kewajiban bagi seorang istri untuk memberikan nafkah kepada orangtua mertuanya. Namun ia memiliki kewajiban untuk menafkahi orangtuanya sendiri. Menantu juga memiliki tanggung jawab untu membantu mertua, entah dalam bekerja atau dalam pekerjaan rumah tangga.

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada orangtuanya, yang berarti ia juga memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada mertuanya. Sebab mertua juga merupakan orangtua dari pasangannya, dengan catatan bahwa ia telah memberikan hak nafkah kepada istri terlebih dahulu. Sebagai mana telah di di riwayatkan oleh Aisyah r.a, Rasulullah pernah bersabda.

“sungguhsebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

Dari hadis tersebut dapat di ketahui, bahwa orangtua/mertua mempunyai ha katas nafkah dari anak/menantunya, karena itu adalah bagian dari usahanya juga. Seorang istri dapat memberi nafkah apabila menggunakan hartanya sendiri atau menggunakan harta suami atas seizing suaminya.

  1. Menjaga Tali Silaturrahim Dan Merekatkan Hubungan Kedua Keluarga

Dasar dari pernikahan adalah membentuk sebuah keluarga dan menyatukan kedua keluarga dalam satu ikatan kekeluargaan.  Artinya, menikah juga menyatukan keluarga yang berbeda (keluarga suami dan keluarga istri) menjadi satu ikatan kekeluargaan. Oleh karena itu, penting bagi menantu untuk menjadi perantara terjalinya ikatan silaturrahim yang baik antar kedua keluarga. Tidak jarang terjadi di mana menantu dan mertua memilki perbedaan pandangan dan pemikiram yang membuat keduanya tidak cocock. Namun hal ini perlu kembali di luruskan, seorang menantu tentu perlu bersikap baik dan menjaga hubungan baiknya dengan mertua. Meskipun berbeda pemikiran dan pandangan, menantu tetap wajib menjaga hubungan baiknya dengan sang mertua. Sebagaiman telah di sampaikan Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Orang yang menyambung silaturrahim itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin. Akan tetapi orang yang menyambung silaturrahim ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun Alaih)

  1. Mengingatkan Dalam Kebaikan

Tugas dan tanggung jawab seorang umat berAgama Islam adalah saling mengingatkan dalam kebaikan kepada sesama. Karena itu merupakan sebuah kewajiban dan perintah dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Mertua pasti telah mengalami banyak pengalaman dan asam garamnya kehidupan. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan melakukan kesalahan lagi, dan wajib bagi menantu untuk mengingatkan sang mertua. Begitupun sebaliknya. Mertua dengan segala pengalaman hidupnya tentu perlu mengingatkan dan menasihati menantu apabila melakukan kesalahan.

  1. Tidak Menghalangi Pasangan Untuk Berbakti Kepada Orangtua

Bagi setiap pasangan yang telah menikah, maka prioritas yang utama adalah kepada pasnagannya. Namun seorang suami tetap memiliki tanggung jawab untuk berbakti dan mengutamakan orangtuanya, sebab ia adalah penerus dan harapan orangtuanya. Sedangkan bagi istri, berbakti pada suami adalah hal utama yang harus ia tunaikan. Karena setelah menikah, seorang istri sepenuhny merupakan tanggug jawab dari sang suami. namun istri tetap dapat berbakti kepada orangtuanya setelah berbakti kepada suami dan mendapat izin dari sang suami.

Dan tidak ada hak katas keduanya untuk saling mengalangi satu dengan lainya untuk berbakti kepada orangtuanya. Dalam hal ini, suami dan istri memiliki tugas baru untuk berbakti kepada mertua yang pada dasarnya telah menjadi orangtuanya. Dengan begitu, hubungan kekeluargaan antar menantu dan mertua dan besan antar besan(mertua) akan berjalan dengan baik dan menjadi harmonis.

  1. Mendoakan Mertua

Mendoakan kebaikan kepada sesama merupakan hal baik yang telah di perintahkan Allah SWT kepada umat Islam. Bagi seroang menantu, tentu memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan mertuanya. Sebab, mendoakan mertua sama halnya mendoakan orangtua sendiri dan menjadi bagian dari jalan berbakti kepada mertua(orangtua). Sekalipun mertua telang meninggal dunia, menantu tetap wajib untuk mengirim doa kepada mertuanya. Sebab do’a yang baik dari anak (menantu) dapat memudahkannya di akhirat.

  1. Memuliakan Mertua

Sebagai seorang anak, tentu memiliki kewajiban untuk memuiakan kedua orangtua dan hal ini juga berlaku setelah kita menikah. Setelah menikah maka kita juga akan mendapatkan orangtua baru dari pasangan kita. Dan ini menjadikan kita sebagai menantu untuk memuliakan mertua kita dengan sebaik-baiknya. Ada banyak cara untuk kita memulikan mertua, bisa dengan memberi perhatian, bertutur kata yang baik, bersikap santun, membantu pekerjaan, memberi nafkah dan melakukan kebaikan lainya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang artinya juga menjadi orangtua kita, dan wajib bagi seorang anak untuk memuliakan orangtuanya.

Pada dasarnya, orangtua dari pasangan kita merupakan orangtua kita juga. Sebab pernikahan adalah jalan menyatukan hubungan silaturrahim dua keluarga menjadi satu ikatan kekeluargaan. Dan dari penjelasan di atas, dapat di pahami bahwa menantu juga memiliki kewajiban untuk di tunaikan kepada mertua. Selayaknya berbakti kepada orangtua sendiri, menantu juga memiliki tugas untuk berbakti kepada orangtua (mertua) pasangannya dengan sebaik-baiknya.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai kewajiban seorang menantu kepada mertuanya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang berarti juga menjadi orangtua kita. Dan wajib bagi kita untuk menunaikan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang anak (menantu) kepada orangtua (mertua).

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • DalamIslam
  • Sahabatyatim