Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan tentu menjadi impian dan harapan setiap dari kaum wanita, dan tidak ada wanita normal yang ingin untuk selalu menghabiskan hidupnya dengan kesendirian dan kesepaian. Seorang wanita ketika telah melangsungkan pernikahan akan menjadi seorang istri yang akan selalu menemani sepanjang hidup suami dan mengabdikan diri padanya. Tentunya menjadi seorang istri adalah jalan ibadah yang akan berjalan dengan kurun waktu yang lama. Sama halnya dengan suami, Istri juga memilki hak dan kewajiban kepada suami yang harus di penuhi agar rumah tangga yang ia jalani dapat berlangsung dengan semestinya dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Di dalam Agama Islam, mejadi seorang istri merupakan sebuah berkah kenikmatan yang di berikan Allah untuk hambanya dalam melaksanakan ibadah. Dengan menikah maka seorang istri akan tertuju pada sebuah jalan ibadah yang indah untuk medapatkan ridho-Nya. Karena tugas seorang istri tidak lain adalah mengabdi pada suami dan keluarga, di mana hal ini merupakan kewajiban dan jalan bagi istri dalam beribadah.

Menjadi seorang istri bukanlah perkara yang mudah, sebab dalam sebuah pernikahan setiap pasangan suami istri akan mengalami adanya sebuah masalah. Entah karena faktor perbedaan pendapat, cara berfikir, sudut pandang, perbedaan sifat dan sebab-sebab lain yang dapat mengganggu jalanya hubungan rumah tangga. Dengan begitu menjalankan peran sebagai istri tentu bukanlah perkara yang mudah. Namun Allah SWT akan selalu menyertai dan memberkahi bagi setiap istri yang menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Tentunya, selain hak dan kewajiban yang perlu di atunaikan seorang istri dalam berumah tangga, seorang istri juga memiliki keutamaannya dalam menajalankan perannya tersebut. Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai keutamaan seorang istri dalam rumah tangga, sebagai berikut.

Keutamaan Menjadi Seorang Istri

  1. Jalan Bersyukur

Bersyukur adalah hal utama yang harus di lakukan seseorang dalam segala keadaan atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Dalam hal pernikahan, tidak semua dari kaum wanita dapat mendapatkan kesempatan untuk menikah dan menjadi seorang istri. Bahkan, banyak pula yang dapat melangsungkan pernikahanan namun berakhir pada perceraian. Oleh sebab itu, rasa syukur dari seorang istri harus selalu di curahkan kepada Allah SWT agar rumah tangganya selalu dalam berkah dan rahmatnya.

Dengan bersyukur rumah tangga yang di jalani akan menjadi lebih indah dan bermakna. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah SWT akan menjaga dirinya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka Allah SWT akan memberikan kecukupan pada dirinya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

  1. Kemuliaan Dalam Bertanggung Jawab

Pada dasarnya, dalam sebuah rumah tangga, kepala dan pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas keluarga tersebut adalah seorang suami. Ketika suami pergi atau tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai kepala keluarga, maka peran tersebut akan berpindah kepada sang istri. Sebab seorang istri juga merupakan pemimpin di rumahnya terutama bagi anak-anaknya yang kelak akan di mintai pertanggung jawaban atas peran yang ia lakukan dalam rumah tangga.

Tentunya, tanggung jawab seorang istri merupakan tugas yang mulia yang juga merupakan kewajibannya dalam menunaikan ibadah membina rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda.

“Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya. Dan seorang wanita adalah seorang pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya.” (H.R Bukhari Muslim)

Dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan baik, itu berarti seorang istri tengah dekan dan di jalan yang benar menuju ridho dan rahmat Allah Dalam berumah tangga.

  1. Menjaga Dan Melindungi Diri

Jika seorang seorang suami yang berposisi sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan membahagiakan istri. Maka seorang istri juga memiliki tugas untuk menjaga diri dan kehormatanya ketiak suami tengah pergi keluar. Dengan begitu rumah tangga akan menjadi lebih seimbang karena peran yang telah di lakukan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah Swt telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memlihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (Q.S An-nisa : 34)

  1. Beribadah Dengan Lebih Khusuk

Keutamaan seorang istri selanjutnya adalah dapat beribadah dengan lebih khusuk. Seorang wanita yang belaum menikah cenderung sulit untuk beribdah dengan khusuk lantaran masih memikirkan banyak hal dalam hidupnya. Sedangkan wanita yang telah menikah cenderung lebih khusuk dalam beribadah. Sebab fikiranya telah focus pada keluarga dan Allah Semata.

Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalat di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada du bagian lain dari rumahnya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Sebagai Perhiasan Terindah

Sejatinya wanita shalihah adalah perhiasan dunia. Hal ini berlaku bagi istri yang dapat melukan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Bagaimana tidak, suami yang mendapat istri dengan ahlak yang mulia dan menjalankan kewajibanya dengan baik dan selalu dekat dengan Allah tentu merupakan sebaik-baikny perhiasan di dunia.

Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R Muslim)

  1. Sumber Kebahagian Suami

Pada dasarnya, seorang istri yang baik dan shalihah adalah sumber kebahagaiaan dari sang suami. Sebab kebahagian suami stelah menikah adalah membahagiakan seorang istri. Jika istri dapat berperan baik dalam menjalankan tugas dan kewajibanya kepada suami, tentu suami akan menjadi bertambah senang dan bahagia serta semangat terhadapnya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baiknya perbendaharaan laki-laki yaitu istri shalihah yang bila di pandang akan menyenangkan, dan bila di perintah akan mentaati dan bila ia pergi, maka istri akan menjaga dirinya.” (H.R Abu Dawud)

Setaip tingkah laku istri juga berdampak pada suasana hati suami. Ketika istri bertingkah laku dengan baik kepada suami, tentu itu akan menjadi penyejuk hati suami. Dan setiap pengabdian dari istri adalah sebuah ibadah yang mejadi sumber kebahagiaan bagi sang suami.

  1. Menjadi Penolong Suami Dan Dirinya Sendiri Di Akhirat Nanti

Seorang istri yang baik dan shalihah tentu dapat menjadi penolong suami di akhirat nanti. Sebab di akhirat nanti, suami akan di minta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya di dalam membimbing suami. Dengan sifat keshalihahan seorang istri tentu akan menjadi penolong suami di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (H.R Ibnu Majjah)

Sebaliknya, ridho dari seorang suami juga merupakan kunci seorang istri untuk memasuki surge, sebagai mana telah di jelaskan dalam sebuah riwayat yang berbunyi.

“Wanita yang menjadi penghuni surge ialah wanita wanita yang penh kasih sayang, banyak kembali kepada suaminya yang apabila suaminya tengah marah kemudian ia mendatanginya dan meletakan tanganya di atas tangan suaminya dan berkata : ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga ekau ridho’.” (Mu’jamul Ausath No. 5644)

  1. Meneladani Sikap Istri Rasulullah SAW

Seorang suami tentu mengaharapkan mendapat istri yang memiliki kepribadian yang baik. Dengan menjadi istri yang baik kepada suami dengan mengabdi dan selalu menemaninya di segala kondisi merupakan sikap teladan yang di lakukan oleh Istri Rasulullah Khadijah. Siti Khadijah adalah istri yang setia, penyabar dan selalu mendapampingi Rasulullah di segala kondisi yang di alami oleh Rasulullah.

Ketika Rasul tengah dalam keadaan sulit saat hendak berdakwah sekalipun, Siti Khadijah tetap setia mendampingi rasul dan bahkan memberikan seluruh hartanya untuk di gunakan rasul dalam berdakwah. Sikap yang di tunjukan Siti Khadijah tersebut, merupakan sikap teladan sebagai bentuk pengabdian seorang istri kepada suami yang harus di tiru oleh kaum-kaum muslimah.

  1. Menjadi Sumber Pahala Bagi Seorang Istri

Tentu kita tahu, seorang wanita yang berposisi sebagai seorang istri mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang harus di tunaikan kepada sang suami. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut juga merupakan sumber pahala yang dapa di peroleh seorang istri ketika dapat menunaikanyya dengan baik.

Pahala bagi seorang istri yang menyediakan air kemudian di minum oleh sang suami, di ibaratkan seperti ia telah berpuasa lebih dari satu tahun lamanya. Bahkan jika istri menyediakan makanan untuk suami yang kemudian di makan, maka pahalanya akan lebih baik jika di bandingkan mengerjakan umroh dan haji. Bahkan mandi junubnya seorang istri yang di sebabkan jimak dengan suaminya, maka hal ini akan lebih baik baginya jika di bandingkan mengurbankan 1.000 ekor kambing yang di sedekahkan kepada fakir msikin.

Bukan kah sebuah kenikmatan dari Allah, ketika istri dapat menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya. Selain mendapat balasan langsung berupa kasih sayang dan kebahagiaan dari suami, istri juga akan mendapatkan pahala sebegitu banyaknya.

  1. Sebagai Jalan Jihad

Pengabdian seorang istri berupa menunaikan tanggung jawab dan kewajibanya kepada suami dengan sebaik-baiknya serta melayani dan menyenangkan suami juga merupakan sebuah langkah jihad bagi seorang istri. Terlabih ketika sang istri mengalami kehamilan akibat jimaknya dengan sang suami. Apabila seorang istri hamil maka ia di sebut sebagai seorang syahid yang khidmat kepada suami sebagai bentuk dari jihad.

Seorang istri yang tengah dalam masa kehamilan memang akan di jamin oleh Allah selalu dalam kebaikan. Karena bagaimanapun juga, masa kehamilan seorang istri adalah masa-masa perjuangan istri dalam merawat sang bayi dalam kandungan agar dapat sampai pada masa melahirkan. Tentunya masa tersebut membutuhkan adanya rasa sabar yang luar biasa dalam merawat kandungan yang bahkan dapat mengganguu maupun mengorbankan nayawanya sendiri.

Menikah tidak hanya melangsungkan akad nikah dan berpindah status menjadi suami ataupun sitri semata. Namun menikah juga akan membuat kita memiliki tanggung jawab baru di dalam rumah tangga. Dan setiap dari suami dan istri memiliki perannya masing-masing yang harus di jalankan dan di penuhi dengan sebaik-baiknya. Perang seorang suami adalah untuk menjadi imam dan kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anggota keluarganya, termasuk mencari nafkah untuk mereka. Dan seorang istri memiliki peran sebagai makmum dan menjadi kepala keluarga apabila suami tengan pergi. Melayani dan berbakti pada suami merupakan jalan beribadah bagi seorang istri untuk mendapatkan cinta kasih dan ridho dari suami yang merupakan ridho Allah.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai keutamaan seorang istri di dalam rumah tangga. Menjalankan kewajiban serta tanggung jawab dan memenuhi hak-hak atas suami merupakan jalan jihad seorang istri menuju surge Allah SWT.

Semoga tulisan ini membantu dan bermanfaat. . .

 

 

Sumber :

  • Dalamislam
  • Seruni
Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Hallo Kawan Mama, Allah SWT memerintahkan bagi setiap hambanya pria dan wanita untuk melakukan pernikahan apabila telah memenuhi sayart dan rukunnya. Dengan begitu, pernikahan merupakan sebuah momen sakral bagi setiap pria dan wanita dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya. Namun, di setiap ibadah yang di jalankan oleh setiap umat muslim, pasti tidak lepas dari yang namanya gangguan iblis maupun jin. Termasuk juga dalam menjalankan ibadah berupa pernikahan, ada saja gangguan jin yang mengusik hubungan rumah tangga pasangan suami istri. Meskipun demikian, umumnya ada tanda-tanda yang dapat diketahui ketika rumah tangga di ganggu oleh jin dan iblis.

Karena pada dasarnya, jin ataupun iblis mempunyai tugas di dunia unuk menggoda dan mengganggu manusia agar tersesat dan jauh dari Allah SWT. Mereka akan mengganggu setiap aktivitas yang memiliki unsur ibadah di dalamnya, termasuk dalam pernikahan. Karena bagaimanapun pernikahan adalah langkah mulia bagi pria dan wanita untuk membentuk sebuah keluarga dan mendapat keturunan untuk memperbanyak umat yang menyembah Allah SWT. Oleh karena itu, jin dan iblis pasti akan mengganggu setiap rumah tangga dari pasngan suami istri agar dapat tercerai berai.

Setiap dari pasangan suami istri pasti mengharap agar rumah tangganya dengan pasangannya akan bahagia dan berjalan dengan baik-baik saja. Tentunya berbagai usaha telah di lakukan agar keinginan tersebut dapat terwujud. Dan rumah tangganya dapat berjalan dengan harmonis. Namun, tidak semua dari apa yang kita harapkan akan berjalan sesuai harapan. Terkadang ada saja masalah-masalah yang datang dan mengganggu jalanya rumah tangga kita. bukan tidak mungkin masalah-masalah yang datang tersebut akibat gangguan JIn dan Iblis. Sebab jin dan iblis sangat membenci ketika ada keluarga yang berjalan dengan bahagia dan harmonis.

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai tanda-tanda rumah tangga di ganggu oleh jin dan iblis. Tentunya hal ini perlu di waspadai agar rumah tangga kita dapat terhindar dari gangguan jin dan iblis. Berikut ini adalah penjelasannya.

Tanda-Tanda Rumah Tangga Di Ganggu Oleh Jin Dan Iblis

Tanda-Tanda Rumah Tagga Di Ganggu Jin Dan Iblis

Selain mendapat tugas untuk menganggu orang yang sedang ibadah, pencapaian terbesar lainya adalah menganggu rumah tangga agar dapat tercerai berai. Bahkan iblis aakan di anggap sebagai golongan iblis terbaik apabila dapat membuat pasangan suami istri bercerai. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliu barsabda.

“sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian mngirim pasukannya. Dan yang paling dekat kepada ibis dari pasukannya adalah setan yang bisa membuat fitnah yang paling besar. Salah satu dari mereka datang dan berkata, ‘Aku telah berbuat ini dan ini.’ Iblis berkata, ‘kamu belum berbuat apa-apa’. Kemudian datang setan lain dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya sampai aku bisa memisahkan antara dirinya dengan istrinya’. Maka iblis mendekatkan setan tersebut kepada dirinya dan berkata, ‘sebaik-baik (pasukanku) adalah kamu’.” (H.R Muslim)

  1. Selalu Emosi Dengan Pasangan

Umumnya, suami dan istri akan selalu menampakkan cinta kasihnya kepada pasangannya. Dan akan selalu berhati-hati dalam berinteraksi satu sama lain agar tidak terjadi hal-hal yang dapat menagganggu jalanya rumah tangga mereka. Namun pada keadaan tertentu iblis akan datang menganggu dan menghasut suami/istri dan membuat emosi keduanya agar terjadi pertengkaran di antara keduanya. Jika salah satu di antara suami/istri sedang emosi baiknya lakukan sesuatu agar dapat meredam emosinya atau menhindar agar tidak meperparah keadaan tersebut.

  1. Adanya Dorongan Untuk Melakukan Maksiat

Tanda-tanda lain rumah tangga di ganggu oleh jin/iblis adalah adanya niat untuk melakukan perbuatan maksiat. Orang yang tiba-tiba tanpa sebab yang jelas kemudian muncul dalam fikiranya untuk melakukan maksiat, maka  tentu ada campur tangan dari iblis. Baiknya gunakan waktu luang yang ada untuk melakuak aktiitas yang positif agar dapat terhindar dari gangguan-gangguan iblis untuk melakukan perbuatan maksiat. Dengan melakukan aktivitas positif seperti membaca buku, membaca Al-Qur’an dan melakukan ibadah, Insyaallah akan terhindar dari gangguan jin dan iblis.

  1. Selalu Meras Di Awasi

Umumnya suasan rumah akan terasa damai dan tentram karean di adanya ktivitas dari penghuni rumah. Namun dalam kasus tertentu, keadan rumah akan cenderung menjadi lebih sepi dan penghuni rumah merasa selalu di awasi. Tentunya  hal ini akan membuat penguhni rumah tidak nayaman dan tidak krasan. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi akibat gangguan jin yang sengaja membuat kita selalu merasa di awasi oleh sesuatu. Baiknya rubahlah suasana rumah menjadi lebih hangat dengan membaca Al_qur’an atau sahalawa kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

  1. Tercium Bau Aneh Dan Busuk

Jin dan iblis juga sering menggunakan cara ini untuk mengganggu penghuni rumah agar merasa tidak betah di rumah. Jika mencium bau aneh dan busuk baiknya cari tahu dahulu, barang kali ada bangkai tikus atau bau sampah atau hal lainya. Namun bila tidak di temukan sumbernya, bukan tidak mungkin aroma busuk tersebut akibar gangguan dari jin dan iblis. Baiknya jaga selalu rumah agar selalu bersih di segala lini. Karena pada dasarnya, jin dan iblis menyukai tempat-tempat yang kotor dan gelap.

  1. Suara Aneh Di Sekitar Area Rumah

Apabila mendengarsuara-suara aneh di dalam rumah atau di sekitar rumah yang menurutmu cukup asing. Bisa jadi itu adalah bentuk dari gangguan jin dan iblis. Seperti terdengan suarang orang berdehem, batuk, langkah kaki, tangisan     dan suara-suara lainyang tidak wajar pada umumnya. Baiknya, jangan hiraukan suara-suara tersebut atau kamu bisa membaca ayat Al-Qur’an untuk mengusir hal tersebut.

  1. Seringkali Bermimpi Buruk

Rumah tentu merupakan tempat yang paling nyaman dari pada tempat lainya. Namun kadang ada gangguan-gangguan jin dan iblis berupa hal yang dapat membuat kita merasa tidak tenang. Salah satunya adalah lewat mimpi buruk. Ketika dalam posisi tidur, kita tidak dapat mengontrol kesadaran kita seperti biasa. Dan ini menjadi kesempatan bagi ibilis dan jin untuk datang dan menganggu lewat mimpi. Baiknya sebelum tidur lakukan wudzu terlebih dahulu dan baca do’a sebelu tidur. Sungguh itu adalah sebaik-baiknya orang yang hendak tidur agar terhindar dari gangguan jin dan iblis.

  1. Adanya Penampakkan

Cara lain yang di gunakan jin untuk menggangu rumah tangga kita adalah dengan menampakan sosoknya. Kadang berupa seseorang yang telah meninggall, atau orang dengan penampilan yang buruk rupa atau penampakan yang tidak lazim. Jelas ini adalah gangguan nyata dari jin dan iblis itu sendiri. Rumah yang terjaga dari gangguan jin dan iblis adalah rumah yang selalu di bacakan Ayat Al-Qur’an baik siang dan malam. Karena itu dapat menangkal segala gangguan dari jin dan iblis.

  1. Merasa Cemas Dan Was-Was Akan Sesuatu

Rasa cemas dan was-was yang menghinggapi benak kita bisa jadi merupakan ulah dari jin dan iblis untuk menganggu kita. hal ini beetujuan agar hati kita tidak tenang dan risau yang membuat kita jauh dari Allah SWt dan tidak lagi percaya pada-Nya. Perasaan ini gampang sekali di alami bagi kaum wanita, oleh sebab itu, apabila suami pergi keluar hendaklah selalu mendoakan kebaikan baginya dan tawakal pada Allah SWT. Dengan begitu istri dan suami akan selalu berad dalam lindungan Allah SWT.

  1. Susah Untuk Khusuk Dalam Beribadah

Setelah melakukan ganggungguan di atas, maka jin dan iblis juga aka menganggu kita ketika sedang beribadah kepada Allah SWT. Jin dan iblis akan menggoda dan memainkan fikiran kita agar sulit untuk beribadah dengan khusuk dan ini akan ia lakuakn berulang ulang. Baiknya mulailah perbaiaki diri kita dan tata ulang hidup dan rumah kita dengan baik dan selalu mengejarkan perintah Allah untuk beribadah agar terhindar dari godaan jin dan iblis. Atau dengan membaca do’a ta’awudz sebagaimana telah di lakukan oleh Rasulullah ketika hendak melakukan sholat, maka beliau akan membaca do’a ta’awudz. Sebagai berikut.

أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْـمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْـمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Yang artinya, “aku berlindung kepada Allah yang maha mendengar lagi maha mengetahui dari kesombongan, kegilaan, tiupan dan bisikan setan yang terkutuk.“ (H.R Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi)

Penutup

Gangguan-gangguan dari jin dan ibli dapat membuat hubungan rumah tangga kita menjadi berantakan dan tercerai berai. Karena bagaimanapun itu merupaka tugas dan harapan jin dan iblis di dunia. Oleh sebab itu, perlu bagi kta untuk menghindari dan membentengi diri, keluarga dan rumah tangga kita agar dapat terhindar dari gangguan-gangguannya yang menyesatkan. Kita dapat melindungi diri kita dan keluarga kita dari gangguan iblis dengan cara selalu menjalankan perintah Allah untuk beribadah, melaksanakan shalat lima waktu, shalat sunnah, membaca Al-Qur’an dan membaca wirid agar selalu ingat kepada-Nya, serta bertawakal kepada Allah SWT. Sebagai mana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 200, yang artinya.

“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh dia maha mendengar, lagi maha mengetahui”. (Q.S AL-A’raf; 200)

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengneai tanda-tanda rumah tangga di ganggu jin dan iblis. Penting bagi kita untuk selalu mendekatkan diri pada Allah dan betwakal padanya. Sehingga kita akan terhindar dari gangguan jin dan iblis yang dapat membuat kita melakukan perbuatan maksiat, dan dapat mencerai beraikanrumah tangga kita.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

 

Sumber :

  • Dream
  • kalam.sindonews
Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal-Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

Hal Yang Dapat Merusak Rumah Tangga

 

Hallo Kawan Mama,

Dalam pandangan agama Islam, penikahan adalah sebuah ikatan suci yang melibatkan dua orang, pria dan wanita yang telah melaksanakan ijab dan Kabul yang kemudian resmi dan sah menjadi pasangan suami istri. Dengan melaksanakan pernikahan tentu mengharapkan agar pernikahannya dapat berjalan dengan bahagia pada hari-hari berikutnya. Tentunya, kebahagiaan dari sebuah rumah tangga haruslah seimbang antara kebahagiaan suami dan kebahagiaan istri. Hal ini bertujuan agar terciptanya keseimbangan dan menghindari adany ketimpangan antara pasangan suami istri.

Dalam menjalanai hubungan suami istri dalam sebuah rumah tangga, tentu tidak akan berjalan mulus begitu saja. Adakala masalah-masalah kecil atau bahkan besar datang menimpa dan mengganggu kedamian rumah tangga yang telah di bangun sedemikian rupa. Tentu datangnya masalah masalah dalam rumah tang merupakan hal yang wajar yang akan di alami oleh semua pasangan suami istri. namun, tentunya masalah-masalah yang datang tersebut perlu untuk di sikapi dengan bijak agar tidak menjadi makin melebar dan memperburuk hubungan rumah tangga. Karena pada dasarnya masalah-masalah tersebut adalah ujian bagi suami dan istri untuk di lewati dan di jadikan sebagai bumbu agar rumah tangga menjadi lebih harmonis.

Sebagai pasangan suami istri, hendaknya perlu untuk berhati-hati ketika menyikapi maslah yang datang dalam rumah tangga mereka. Sebab bisa jadi masalah tersebut terjadi akibat sikap dari salah satu di antara suami ataupun istri yang terkesan sepele namun berdampak besar pada hubungan rumah tangganya dengan sang pasangan. Jangan sampai karena masalah-masalah sepele tersebut sampai merusak hubungan rumah tangga dan pada akhirnya akan mengarahkan kita dan pasangan kita pada ranah perceraian.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas hal yang dapat merusak rumah tangga. Sebuah rumah tangga yang telah berjalan lama tentu pernah mengalami masalah atau bahkan konflik sebgai ujuan dari rumah tangga mereka. Namun jika dapat menyikapinya dengan bijak, maka rumah tangga kita dapat melewati segala ujian dan cobaan dengan selamat.

Sebab Rusaknya Rumah Tangga

  1. Komunikasi Yang Kurang Baik

Hubungan antara suami dan istri dalam sebuah rumah tangga tentu memerlukan unsur komunikasi yang baik antar keduanya. Sebab, komunikasi yang baik adalah faktor utama sebagai pondasi atas hubungan rumahtangga tersebut agar dapat terjalin dan bertahan terus menerus. Dengan komunikasi yang baik, maka visi dan misi serta tujuan dari hubungan rumah tangga pasangan suami istri dapat tercapai dengan baik.

Dalam berkomunikasi dengan pasangan, hendaknya selalu dengan cara yang transparan dan terbuka dalam hal apapun. Sebab dengan ketrbukaan di antara keduanya akan menjadikan suami dan istri saling percaya satu sama lain. Meskipun terkesan sepele, namun tidak jarang hubungan rumah tangga dapat terganggu dan berakhir dengan perceraian akibat menyepelkan hal tersebut.

  1. Tidak Terbuka Antar Individu

Menikah berarti menyatukan dua individu menjadi sebuah kesatuan dalam ikatan rumah tangga. Oleh karena itu, unsur keterbukaan antara keduanya merupakan hal yang sangat di perlukan unutk di praktikan dlam menjalani rumah tangga. Sekalipun pribadi dari salah satu merupakan orang yang cenderung berkepribadian tertutup, namun baiknya perlu untuk selalu terbuka dengan pasangan kita.

Dengan keterbukaan, maka kita akan tau keinginan satu sama lain dan dapat mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan jalannya rumah tangga kita. Dengan menikah maka segala permasalahan yang terjadi pada satu individu (suami/istri) merupakan masalah bersama dan keduanya memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya bersama. Hubungan yang terbuka antara suami dan istri akan membuat satu sama lain semakin paham dengan karakter masing-masing, keinginan masing-masing dan dapat menyelaraskan pemikiran di antar keduanya menjadi satu.

  1. Sibuk Dengan Kegiatan Masing-Masing

Rumah tangga yang harmonis tentu dapat di ciptakan dengan adanya interaksi yang baik anatar pasangan suami dan istri. setiap dari suami maupun istri pasti memiliki kegiatan atau hal pribadi yang tidak bisa di tinggalkan begitu saja. Namun jika dalam sebuah rumah tangga, suami ataupun istri sibuk dengan kegiatannya sendiri tentu ini akan menjadi sebuah masalah yang membuat hubungan rumah tangganya dapat terganggu. Karena tidak adanya interaksi di antara keduanya dapat membuat hubungan rumah tangga menjadi renggang.

Sepenting apapun hal atau masalah pribadi kita, pasangan adalah hal yag utama melebihi apapun. Dan akan menjadi sebuah dosa apabila kita sampai menelantarkan pasangan kita hanya karena sibuk dengan urusan pribadi kita. hal tersebut meungkin terdengar sebagai hal yang sepele, namun dampaknya tentu sangat besar bagi kelangsunga rumah tangga kita dengan pasangan kita. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk selalu berinteraksi dengan pasangan kita setiap waktu demi kelangsunagan rumah tangga kita agar terus berjalan dengan harmonis.

  1. Terlalu Banyak Menuntut

Dalam memilih pasangan hidup, pastinya kita mengharapkan agar mendapat pasangan yang sesuai dengan apa yang telah kita harap-harapkan. Tentu keinginan tersebut merupakan hal yang wajar bagi setiap masnusia. Namun pada hakikatnya, setiap manusi di ciptakan dengan kepribadian dan karakter yang berbeda-beda dan unik yang nejadi sebuah fitrah dari setiap manusia. Oleh karena itu tidak ada hak bagi kita untuk memaksa dan menuntut agar pasangan kita dapat menjadi sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Kita dapat menuntut pasangan kita hanya sebatas motivasi agar ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Karean setiap manusia di ciptakan oleh Allah dengan kemampuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak mungkin bagi kita untuk memaksa dan menuntut pasangan kita agar benar-benar sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pasangan yang baik adalah pasangan yang dapat menerima dengan seutuhnya dan memotivasi serta berjuang bersama untuk menjadi lebih baik lagi dalam berumah tangga.

  1. Mengekang Pasangan

Pada dasarnya setelah melangsungkan pernikahan maka suami dan istri memilki hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini membuat suami dan istri tidak bisa bebas sebagaimana pada waktu ia belum menikah dulu. Karena dengan menikah, kita jadi memiliki hak dan tanggung jawab kepada pasangan kita yang harus kita tunaikan. Selain tidak di perbolehkan menuntut berlebihan pada pasangan. Kita juga tidak di perbolehkan untuk mengekang pasangan kita dengan berlebihan.

Setiap dari insan pasti memilki hak untuk bebas, tak terkecuali bagi yang telah menikah. Namun bedanya, ketika telah menikah kita tidak akan bisa sebebas seperti pada waktu sebelum menikah, sebab kita telah di hadapkan kewajiban dan tanggung jawab pada pasanagan kita. Apabila kita telah menunaikan hak dan kewajiban kita, barulah kita dapat meminta lebih kepada pasangan kita. Dan pastinya, pasangan kita memiliki keinginan akan sesuatu yang tidak bisa dan tidak akan menjadi baik apabila kita kekang begitu saja.

  1. Jarang Memuji Pasangan

Bersyukur adalah hal yang perlu di lakukan setiap orang dalam keadaan apapun, termasuk dengan pasanagan yang telah Allah berikan kepada kita. Dalam mejalani hubungan rumah tangga, tentu adanya rasa syukur dan sebuah sikap apresiasi terhadap apa yang telah di lakukan pasangan kita. Sebab, pujian-pujian kecil kadang di perlukan sebagai bumbu agar rumah tangga kita dengan pasangan kita dapat lebih harmonis dan bahagia.

Tentunya pujian tersebut lantaran perbuatan baik yang telah pasangan perbuat. Dan tujuan dari pujian-pujian tersebut adalah rasa syukur kita pada Allah dan sebagai rasa cita kasih kita kepada pasangan kita. Dari pada selalu menuntut akan sesuatu,meskipun hal yang di lakukan terkesan sepele, sebuah pujian dari kita kepada pasangan kita tentu akan membuatnya menjadi senang. Karena hal tersebut juga sebagai bentuk hormat dan rasa menghargai terhadap pasangan kita.

  1. Tidak Perhatian

Pada umumnya, sebuah rumah tangga tentu memerlukan adanya rasa perhatian di antara suami dan istri, satu sama lain. Hal ini sering terjadi pada kaum suami, suami adalah mahluk yang pada umumnya ber-ego dan ber-gengsi tinggi yang cenderung lebih cuek di bandingkan perempuan. Tentunya ketika telah menikah hal ini perlu di ubah meskipun sedikit. Sebab rasa perhhatian dari pasangan kita sangat di perlukan sebagai tanda cinta kasih yang masih tetap terjalin di antara keduanya.

Perhatian-perhatian kecil tentu juga perlu untuk di lakukan pada pasangan kita. Seperti halnya menanyakan kabar, membuatkan minum, makanan kesukaan, dan perhatian lainya yang sebaiknya perlu untuk di lakukan. Dengan adanya perhatian-perhatian tersebut, tentu akan membuat kasih sayang pasangan kepada kita menjadi bertambah.

  1. Cemburu Buta

Dalam setiap hubungan suami iatri, tentu perlu adanya rasa cinta kasih di antar keduanya. Dan dari rasa cinta kasih pasti akan muncul rasa cemburu satu sama lain, terutama ketika melihat pasngan tengah berinteraksi dengan orang lain yang berlawanan jenis. Rasa cemburu adalah wujud dari kepercayaan diri yang rendah, takut di khianati, tauma masa lalu dan krisi kepercayaan pada diri seseorang. Namun, cemburu juga bisa di artikan rasa cinta kasih kita yang besar pada pasangan kita dan tak mau khilangannya.

Tentunya cemburu merupakan tanda baik bagwa masih ada cinta kasih kita terhadap pasangan kita. Namun jika rasa cemburu kita terlalu berlabihan sampai meluap-luap, tentu itu akan menjadi masalah bagi kita sendiri dengan pasangan kita. Karena hal ini tentu akan membuat ketidaknyamana oasangan kita, yang pada akhirnya dapat menimbulkan perdebatan dan mengganggu hubungan kita dengan pasangan. Dan tidak menutup kemungkinan hal ini dapat menjadi sumber masalah rusaknya hubungan kita dengan pasangan yang dapat  mengantarkan pada perceraian.

Penutup

Menjalani sebuah hubungan rumah tangga, tentu kita berharap akan bahagia dan berjalan dengan harmonis sampai nanti maut menjemput. Namun pada kenyataanya, dalam menjalani hubungan rumah tangga, pasti akan ada masalah-masalah yang datang menimpa rumah tangga kita. Namun hal ini merupakan sebuah ujian yang jika di sikapi dengan bijak akan berbuah baik pada rumah tangga kita. Hal-hal yang di anggap sepele kadang menjadi penyebab renggannya hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita yang pada akhirnya rusak begitu saja. Akan sangat di sayangkan apabila hal rumah tangga berakhir dengan perceraian hanya karena keteledoran kita akan hal-hal sepele. Karena Allah SWT sendir sangan membenci keluarga yang tidak akur yang kemudian menempuh jalur perceraian.

Demikan pembahsasan dari Kawan Mama mengenai sebab rusaknya hubungan rumah tangga. Perlu di cermati bagi setiap pasangan suami dan istri. bahwa hal-hal sepele kadang dapat menjadi sebab rusaknya hubungan suami istri. Oleh karena itu, kita harus cermas dan hati-hati dalam menyikapi akan sesuatu hal dalam berumah tangga kita dengan pasngan kita, sekalipun itu hal kecil.

Semoga tuisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • Ibupedia
  • Elshinta
Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Kewajiban Menantu Terhadap Mertuanya Dalam Islam

Hallo Kawan Mama, Setiap mahluk hidup di ciptakan oleh Allah SWT dengan berpasang-pasangan, termasuk dengan manusia. Menikah adalah sala satu perintah dari Allah SWT sebagai jalan ibadah dan mendekatkan diri bagi setiap manusia. Maka dari itu setiap laki-laki dan wanita di perintahkan untuk melangsungkan pernikahan apabila telah memenuhi syarat dan rukunnya. Perintah untuk melangsungkan pernikahan tidak lain untuk mengikat hubungan antara laki-laki dan wanita dalam sebuah ikatan yang sah dan menghindari dari perbuatan zina. Tujuan lain dari menikah yaitu untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus keluarga dan sebagai penerus umat ber-Agama. Dan ketika telah menikah nanti, menantu ada kewajiban bagi seorang menantu terhadap mertuanya yang juga telah menjadi orang tuanya.

Ketika telah melangsungkan pernikahan, maka suami dan istri akan hidup dalam keluarga baru. Artinya, suami akan menjadi bagian dari keluarga sang istri, dan istripun akan menjadi anggota keluarga dari keluarga suaminya. Tentunya, dalam sebuah keluarga baru tersebut suami dan istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang baru pula. Tidak hanya sebatasa kewajiban dan tanggung jawab pada pasangan. Ketika telah menikah, maka suami/istri memiliki peran baru sebagai anak/menantu dari keluarga pasanagannya. Yang tentunya juga mendapatkan kewajiban dan tanggung jawab baru sebagai menantu kepada mertuanya.

Sebagai menantu, tentu kita berfikir tentang bagaimana bersikap baik kepada mertua. Jangan sampai kehadiran kita dalam keluarga tersebut menjadi penyebab hubungan keluarga tidak harmonis. Oleh sebab itu, sebagai menantu perlu untuk bersikap baik kepada mertua kita.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai kewajiban menantu terhadap mertuanya. Karena beberapa dari kita pasti masih bingung dan belum mengetahui kewajiban-kewajiban sebagai menantu kepada mertua. Tentunya kewajiban tersebut perlu di di ketahui dan di amalkan agar hubungan menantu dengan mertua menjadi harmonis. Berikut adalah penjelasannya.

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

Kewajiban Seorang Menantu Kepada Mertua

  1. Menganggap Dan Memperlakukan Mertua Layaknya Orangtua Sendiri

Pada dasarnya, mertua adalah orangtua dari pasangan kita. Artinya, ketika telah menikah maka mertua juga menjadi orangtua kita sendiri. Oleh karena itu, wajib bagi menantu untuk memperlakukan mertua selayaknya memperlakukan orangtua sendiri dengan sebaik-baiknya. Sebab mertua adalah orangtua yang melahirkan, merawat dan membesarkan pasangan kita sedari kandungan sampai sekarang.

Menantu wajib menganggap dan memerplakukan mertua layaknya ia memperlakukan orangtuanya sendiri. Memberikan kasih sayang dan perhatian layaknya kepada orangtua sendiri. Sebab memperlakukan mertua dengan baik sama halnya seperti berbakti kepada orangtua sendiri. Dan berbakti kepada orangtua adalah jalan jihad dan menjadi sumber pahala bagi sang anak/menantu.

  1. Bersikap Baik Kepada Mertua

Menjadi menantu berarti juga mejadi anak dari sang mertua. Dan bersikap baik kepada mertua tentu merupakan sebuah keharusan bagi menantu. Sebab mertua telah merelakan dan mengizinkan anak tersayangnya di ambil oleh orang lain. Karenanya, penting bagi setiap menantu untuk selalu bersikap baik, santun, lemah lembut dan cita kasih kepada mertuanya. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Merawat Layaknya Merawat Orangtua Sendiri

Ketika mertua telah beranjak menua atau mengalami kondisi yang tidak sehat, maka menantu mempunyai kewajiban untuk ikut merawatnya. Terutama bagi menantu perempuan, sementara sang suami tengah pergi mencari nafkah maka ia wajib untuk merawat mertuanya seperti ia merawat orangtuanya dengan baik. Sungguh itu merupakan sebuah bakti seorang anak kepada orangtuanya sendiri dan menjdi lading pahala baginya. Tentunya hal tersebut akan membuat suami lega dan bengga kepada istri dan semakin sayang kepadanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 14, yang artinya.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Al-Luqman : 14)

  1. Memperkenalkan Dan Mendekatkan Anak Kepada Kakek/Neneknya

Umumnya, setelah menikah pasangan suami istri akan hidup pada lingkungan baru. Entah ikut keluarga suami atau ikut keluarga istri atau bahkan hidup mandiri. Dalam hal ini, ketika pasangan suami istri telah di karuniai seorang anak, maka sebaiknya kenalkan anak kita dengan kakek/neneknya.

Dan pastinya seorang mertua ingin melihat dan menimang cucu dari anak-anaknya. Karena itu juga merupakan sumber kebahagiaan bagi mertua kita. Sebab kebahgiaan dan hiburan yang bisa membuat mertua senang adalah melihat anak dan cucunya sehat dan tumbuh besar. Hal ini tentu sebagai bagian dari mempererat silaturhami dan berhubungan baik dengan mertua merupakan hal yang perlu di jaga dengan baik. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Memberi Nafkah Dan Membantu Mertua

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada istrinya. Namun apakah ia juga wajib memberi nafkah kepada mertuanya?. Pertanyaan ini tentu sering kali muncul dalam benak kita sebagai menantu. Tidak ada kewajiban bagi seorang istri untuk memberikan nafkah kepada orangtua mertuanya. Namun ia memiliki kewajiban untuk menafkahi orangtuanya sendiri. Menantu juga memiliki tanggung jawab untu membantu mertua, entah dalam bekerja atau dalam pekerjaan rumah tangga.

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada orangtuanya, yang berarti ia juga memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada mertuanya. Sebab mertua juga merupakan orangtua dari pasangannya, dengan catatan bahwa ia telah memberikan hak nafkah kepada istri terlebih dahulu. Sebagai mana telah di di riwayatkan oleh Aisyah r.a, Rasulullah pernah bersabda.

“sungguhsebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

Dari hadis tersebut dapat di ketahui, bahwa orangtua/mertua mempunyai ha katas nafkah dari anak/menantunya, karena itu adalah bagian dari usahanya juga. Seorang istri dapat memberi nafkah apabila menggunakan hartanya sendiri atau menggunakan harta suami atas seizing suaminya.

  1. Menjaga Tali Silaturrahim Dan Merekatkan Hubungan Kedua Keluarga

Dasar dari pernikahan adalah membentuk sebuah keluarga dan menyatukan kedua keluarga dalam satu ikatan kekeluargaan.  Artinya, menikah juga menyatukan keluarga yang berbeda (keluarga suami dan keluarga istri) menjadi satu ikatan kekeluargaan. Oleh karena itu, penting bagi menantu untuk menjadi perantara terjalinya ikatan silaturrahim yang baik antar kedua keluarga. Tidak jarang terjadi di mana menantu dan mertua memilki perbedaan pandangan dan pemikiram yang membuat keduanya tidak cocock. Namun hal ini perlu kembali di luruskan, seorang menantu tentu perlu bersikap baik dan menjaga hubungan baiknya dengan mertua. Meskipun berbeda pemikiran dan pandangan, menantu tetap wajib menjaga hubungan baiknya dengan sang mertua. Sebagaiman telah di sampaikan Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Orang yang menyambung silaturrahim itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin. Akan tetapi orang yang menyambung silaturrahim ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun Alaih)

  1. Mengingatkan Dalam Kebaikan

Tugas dan tanggung jawab seorang umat berAgama Islam adalah saling mengingatkan dalam kebaikan kepada sesama. Karena itu merupakan sebuah kewajiban dan perintah dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Mertua pasti telah mengalami banyak pengalaman dan asam garamnya kehidupan. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan melakukan kesalahan lagi, dan wajib bagi menantu untuk mengingatkan sang mertua. Begitupun sebaliknya. Mertua dengan segala pengalaman hidupnya tentu perlu mengingatkan dan menasihati menantu apabila melakukan kesalahan.

  1. Tidak Menghalangi Pasangan Untuk Berbakti Kepada Orangtua

Bagi setiap pasangan yang telah menikah, maka prioritas yang utama adalah kepada pasnagannya. Namun seorang suami tetap memiliki tanggung jawab untuk berbakti dan mengutamakan orangtuanya, sebab ia adalah penerus dan harapan orangtuanya. Sedangkan bagi istri, berbakti pada suami adalah hal utama yang harus ia tunaikan. Karena setelah menikah, seorang istri sepenuhny merupakan tanggug jawab dari sang suami. namun istri tetap dapat berbakti kepada orangtuanya setelah berbakti kepada suami dan mendapat izin dari sang suami.

Dan tidak ada hak katas keduanya untuk saling mengalangi satu dengan lainya untuk berbakti kepada orangtuanya. Dalam hal ini, suami dan istri memiliki tugas baru untuk berbakti kepada mertua yang pada dasarnya telah menjadi orangtuanya. Dengan begitu, hubungan kekeluargaan antar menantu dan mertua dan besan antar besan(mertua) akan berjalan dengan baik dan menjadi harmonis.

  1. Mendoakan Mertua

Mendoakan kebaikan kepada sesama merupakan hal baik yang telah di perintahkan Allah SWT kepada umat Islam. Bagi seroang menantu, tentu memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan mertuanya. Sebab, mendoakan mertua sama halnya mendoakan orangtua sendiri dan menjadi bagian dari jalan berbakti kepada mertua(orangtua). Sekalipun mertua telang meninggal dunia, menantu tetap wajib untuk mengirim doa kepada mertuanya. Sebab do’a yang baik dari anak (menantu) dapat memudahkannya di akhirat.

  1. Memuliakan Mertua

Sebagai seorang anak, tentu memiliki kewajiban untuk memuiakan kedua orangtua dan hal ini juga berlaku setelah kita menikah. Setelah menikah maka kita juga akan mendapatkan orangtua baru dari pasangan kita. Dan ini menjadikan kita sebagai menantu untuk memuliakan mertua kita dengan sebaik-baiknya. Ada banyak cara untuk kita memulikan mertua, bisa dengan memberi perhatian, bertutur kata yang baik, bersikap santun, membantu pekerjaan, memberi nafkah dan melakukan kebaikan lainya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang artinya juga menjadi orangtua kita, dan wajib bagi seorang anak untuk memuliakan orangtuanya.

Pada dasarnya, orangtua dari pasangan kita merupakan orangtua kita juga. Sebab pernikahan adalah jalan menyatukan hubungan silaturrahim dua keluarga menjadi satu ikatan kekeluargaan. Dan dari penjelasan di atas, dapat di pahami bahwa menantu juga memiliki kewajiban untuk di tunaikan kepada mertua. Selayaknya berbakti kepada orangtua sendiri, menantu juga memiliki tugas untuk berbakti kepada orangtua (mertua) pasangannya dengan sebaik-baiknya.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai kewajiban seorang menantu kepada mertuanya. Mertua adalah orangtua dari pasangan kita, yang berarti juga menjadi orangtua kita. Dan wajib bagi kita untuk menunaikan kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang anak (menantu) kepada orangtua (mertua).

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • DalamIslam
  • Sahabatyatim
Hukum Berhubungan Badan Melalui Dubur Dalam Islam Dan Medis

Hukum Berhubungan Badan Melalui Dubur Dalam Islam Dan Medis

Hubungan Badan Suami Istri Melalui Dubur

 

 

Hallo Kawan Mama,

Agama islam memerintahkan bagi umatnya untuk menunaikan pernikahan dengan lawan jenisnya untuk membangun sebuah hubungan keluarga dalam sebuah runmah tangga. Oleh karena itu, pernikahan merupakan sebuah ibadah sunnah yang hendaknya di lakanakan oleh umatnya. Dengan memenuhi rukun dan syarat yang berlaku, maka seorang laki-laki muslim dan wanita msulimah dapat melangsungkan pernikahan.

Tujuan dari pernikahan bukan hanya untuk menjalin kasih di antara seorang  laki-laki dengan seosang wanita saja. Namun sebuah perintah untuk melaksanakan sebuah pernikahan juga dengan adanya tujuan untuk memperbanyak keturunan sebagai penerus umat beragama. Dalam upaya untuk mendapatkan keturunan, maka suami dan istri akan melakukan hubungan badan sebagai ikhtiar untuk mendapatkan keturunan.

Namun tidak jarang juga hubungan badan seorang laki-laki dengan seorang wanita tidak selalu bertujuan untuk mendapatkan keturunan. Ada juga yang melakukannya hanya untuk melampiaskan hasrat seksualnya saja. Karena beberapa orang memamng memilki hasrat dan libido yang cenderung lebih tinggi di bandingkan orang pada umumnya. Sehingga banyak dari kalangan tersebut berhubungan badan dengan memakai pengaman atau lewat duburnya.

Lalu bagaimana islam memandang hubungan badan yang di lakukan oleh suami dan istri melalui dubur?. Kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai hukum berhubungan badan melalui dubur. Sebagai berikut.

Hubungan Badan Suami Istri Melalui Dubur

Pada umumnya tujuan hubungan badan suami istri adalah untuk mendapatkan keturunan sebagai penerus keluarga. Namun tidak jarang terjadi, hubungan badan suami istri hanya untuk menyalurkan hasrat dan libido yang cenderung tinggi dengan orang pada umumnya. Hal ini banyak di temukan dan sudah menjadi hal biasa di lakukan bangsa barat, Namun lain dengan umat Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222, yang artinya.

“istri-istrimu adalah seperti lahan tempat kamu bercocok tanam. Maka datangilah lahan tempatmu bercocok tanam itu dengan cara apapun yang kamu kehendaki.” (Q.S Al-Baqarah : 222)

Dari ayat tersebut dapat di pahami bahwa seorang suami dapat menggauli istrinya dengan cara apapun yang ia kehendaki. Banyak yang salah mengartikan bahwa ayat tersebut memperbolehkan suami mneggauli istri melalui jalur belakang (dubur). Pemahaman tersebut merupakan logika yang keliru. Maksud dari ayat tersebut adalah suami dapat menggauli istri dengan cara apapun yang ia kehendaki selagi sesuai dengan ketentuan syariat.

Agama Islam memandang hal ini (berhubungan badan melalui dubur) adalah sebuah perbuatan yang tidak boleh di lakukan. Berhubungan badan suami istri melalui dubur merupakan sebuah perbuatan dosa bagi para pelauknya. Dan tidak ada alasan yang  dapat membenarkan dan memperbolehkannya hubungan badan suami istri melalui jalur belakang (dubur). Sebagai mana telah di perintahkan oleh Allah Swt kepada pasangan suami dan istri. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 222, petikan ayat tersebut yang artinya.

“Maka campurilah mereka (istri-istrimu) itu di tempat yang di perintahkan Allah SWT kepadamu.” (Q.S Al-Baqarah : 222)

Hukum Berhubungan Badan Melalui Dubur

Dari ayat di atas dapat di ketahui bahwa Allah SWT telah memerintahkan kepada suami untuk menggauli istri hanya pada tempat yang telah di perintahkan. Oleh sebab itu maka hubungan badan suami istri melalui jalur belakang adalah perbuatan yang salah dan tidak di perbolehkan. Meskipun seorang istri rela untuk melakukan hal tersebut bersama suaminya, hal tersebut tidak menjadikan hubungan badan suami istri melalui dubur di perbolehkan. Dan dengan demikian itu, keduanya akan mendapat ganjaran dosa dari Allah SWT.

Hubungan badan suami istri melalui dubur adalah termasuk perbuatan dosan yang haram di lakukan pasangan suami dan istri. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa apabila zakar (kelamin laki-laki) hanya bersenetuhan dengan lingkaran dubur dan tanpa memasukannya, maka hal tersebut bukan termasuk hal yang di larang. Namun barang siapa yang bermain-main dengat “kebun” sangat di khawatirkan ia akan terjerumus kedalamnya. Oleh sebab itu sebaiknya hindari hal-hal yang dapat menjerumuskan kedalam perbuatan dosa.

Hadits Nabi

Dalam sebiah riwayat, sahabat Umar Bin Khattab R.a, pernah memberitahu Rasulullah Saw bahwa ia telah mneyetubuhi istrinya bukan dari arah farjinya, Umar berkata pada Rasul.

“telah saya belokkan kendaraanku semalam.”, kemudian Rasul berkata. “boleh kamu laukan dari depan atau belakang, tapi hati-hatilah jangan kau lakukan ketika haid maupun pada dubur.” (H.R Ahmad)

Hal ini juga telah di perjelas oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

”janganlah kamu mendatangi istri-istrimu pada dubur mereka.” (H.R Ahmad, Ibnu majjah dan Tirmidzi), Dan hadits lainya yang berbunyi.

“terkutuklah orang yang mendatangi istri dari duburnya.” (H.R Ahmad dan Ashaab As-Sunan)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW membolehkan sahabat Umar untuk bebas dalam menggauli istrinya, namun dengan catatan tidak menggauli istrinya ketika istrinya tengah dalam kondisi haid, dan tidak boleh menggauli istrinya melalui duburnya. Berhubunagan badan dengan istri melalui dubur samal halnya seperti kisah kaum Nabi Luth yang tekenal sebagi kaum Sodom, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 28, yang artinya.

“Sesunguhnya kalian telah melakukan perbuatan keji yang tidak pernah di lakukan oleh satu orang pun sebelum kalian di ala mini.” (Q.S Al-Ankabut : 28)

Dan Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth” bahlan rasul sampai mengucapkannya sebanyak tiga kali. Dengan begitu dapat di pastikan bahwa berhubungan badan dengan istri melalui dubur merupakan perbuatan dosa dan haram di lakukan dalam Agama Islam.

Menurut Ilmu Medis

Secara medis, dubur (anus) adalah sebuah jalur pembuangan limbah dan kotoran yang di hasilkan dari dalam organ pencernaan yang mengandung banyak bakteri. Oleh sebab itu berhubungan badan dengan istri melalui dubur adalah perbuatan yang tidak di anjurkan dalam ilmu medis. Secara medis, banyak resiko yang dapat terjadi dan berdampak bururk bagi pelau akibat hubungan badan melalui jalur belakang.  Berikut adalah beberapa resiko yang akibat berhubungan badan melalui jalur belakang (dubur).

    1. Terkena Penyakit Menular

Lapisan dalam kulit anus (dubur) merupakan lapisan yang sangat tipis dan tidak memiliki pelumas alami yang akan mengakibatkan luka pada lapisan tersebut. Dengan adanya luka dapat membuat bakteri dan virus masuk dan menginveksi jaringan pembuluh darah pada tubuh apabila di gunakan untuk berhubungan badan. Akibat dari inveksi tersebut, pelaku dapat terkena penyakit seperti, HIV, Herpes Kelamin, Kutil Kelamin, Klamidia, Hepatitis A, Hepatitis B, Gonore, dan Sifilis.

    1. Melemahkan Cincin Otot Anus

Bentuk dari anus (dubur) di desain dengan otot berbentuk lingkaran yang berfungi sebagai pengatur aktivitas buang air besar (BAB). Sehingga apabila di gunakan untuk berhubungan badan dapat mengakibatkan otot pada anus menjadi lemah dan dapat mengganggu aktivitas BAB menjadi tidak terkontrol.

    1. Memperburuk Wasir

Bagi sebagian orang tentu ada yang memilki riwayat penyakit wasir. Berubungan badan lewat dubur beresiko dapat memperburuk penyakit wasir dan menjadikan anus lebih mudah untuk terinfeksi oleh bakteri dan virus.

Dengan demikian dapat di ketahui, bahwa berhubungan badan melalui dubur adalah hal yang haram dan tidak boleh di lakukan baik menurut pandangan Agama maupun medis. Sebab pada dasarnya dubur bukanlah alat reproduksi yang dapat di gunakan untuk melakukan hubungan badan suami dan istri. berhubungan badan melalui anus juga dapat mengakibatkan resiko pada suami dan istri. Sebab anus merupakan organ pembuangan kotoran yang di kelilingi oleh bakteri dan virus yang dapat menular dan menginvekasi istri maupun suami. Dan Allah SWT melaknat bagi siapa saja yang melakukan hubungan badan melalui dubur sama halnya ketika Allah SWT melaknat kaum Nabi Luth.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hubungan badan suami istri melalui dubur. Sebagai seorng istri, penting untutk taatdan patuh dengan perintah suami, karena itu merupakan sebuah bentuk ibadahnya dalam rumah tangga. Namun jika suami memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat dan merugikannya, maka wajib bagi istri untuk menolak permintaan dan perintah tersebut.

Semoga tulisan ini dapat membantu. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Islampos
  • Alodokter
  • Konsultasisyariah
Penting Bagi Wanita!! Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Penting Bagi Wanita!! Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Adab Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Islam

Adab Istri Terhadap Suami

 

Hallo Kawan Mama,

merupakan sebuah ikatan yang terdiri dari sebuah janji suci oleh laki-laki dan wanita untuk menjalani dan berbagi hidup sampai akhir khayat. Sebuah hubungan pernikahan dapat berlangsung lama dengan terlaksananya peran seorang suami dan istri dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Dengan terlaksananya hak dan kewajiban suami dan istri maka pernikahan akan berjalan langgeng, awet dan berlangsung dengan semestinya.

Agama Islam telah memerintahkan bagi seluruh umatnya (yang mampu) untuk melaksanakan ibada berupa melangsungkan pernikahan. Islam juga mengatur peran-peran seorang suami dan istri ketika telah melangsungkan pernikahan. Dengan adanya hak dan kewajiban yang harus di tunaikan, membuat hubungan rumah tangga tersebut akan tetap terjaga sekalipun terjadi masalah dalam rumah tangga.

Di samping suami yang memiliki tanggung jawab sebagai kepala dan pemimpin keluarga, istri memiliki kewajiban yang harus di tunaikan pada suaminya. Dalam menunaikan hak dan kewajiban, istri hendaknya menanamkan adab yang baik dalam setiap tingkah lakunya kepada suami dalam rumah tangganya. Kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai adab seorang istri kepada suami yang harus ia tekankan di dalam berumah tangga. Berikut ini adalah penjelasannya.

Adab Seorang Istri Kepada Suami

Dalam sebuah kitab yang berjudul Al-Adab Fid Din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442), Imam Ghazali menjelaskan tentang adab-adab yang sebaiknya di lakukan oleh istri kepada sang suami. Berikut adalah adab-adab seorang wanita beserta penjelasannya.

  1. Selalu Merasa Malu

Malu merupakan tanda bahwa masih ada iman dalam diri seseorang. Malu di sini bukan berarti pada sesuatu yang negatif, Istri yang baik haruslah memiliki dan menunjukkan rasa malunya kepada suami.  Rasa malu di sini berarti sikap malu ketika ia tidak dapat menjalankan peranya dengan baik, malu ketika ia melakukan kesalahan, malu ketika tidak dapat menyenangkan dan melayani suami dengan baik, malu ketika badanya bau, malu ketika tampil tidak rapi di depan suami dan malu karena alasan lain yang membuat suami menjadi tidak nyaman.

Dengan adanya sifat malu ini, bisa menjadi alasan bagi istri untuk semakin membenahi diri agar menjadi lebih baik lagi dan dapat menjalankan peranya sebagai istri dengan baik. Sehingga suami akan benar terlayani dan di buat senang oleh istri.

  1. Tidak Banyak Mendebat

Dalam menjalani rumah tangga, kadangkala terjadi perbedaan pendapat karena pola berfikir yang berbeda. Seorang suami pada dasarnya adalah mahluk yang keras kepala dengan ego dan gengsi yang tinggi. Oleh karena itu, hendaknya bagi istri untuk selalu menahan nafsunya untuk berdebat dengan suami. Sebab, apabila suami dan istri saling berdebat dengan saling bersikukuh terhadap pendapatnya kemudian tidak mau mengalah, maka di khawatirkan hubungan rumah tangga dapat terganggu dan dapat terpecah belah.

Istri dapat menjadi teman diskusi dan memberi solusi bagi suami untuk menyelesaikan masalah yang datang, namun ia juga harus mngedepankan adab yang baik apabila diskusi tersebut sudah cenderung lebih keras. Dengan komunikasi yang baik tentu akan membuat rumah tangga menjadi awet dan harmonis. Karena komunikasi merupakan kunci untuk suksesnya sebuah rumah tangga.

  1. Taat Dengan Perintah Suami

Seorang suami tentu akan senang apabila memiliki istri yang selalu taat dengan perintahnya. Dan inilah adab yang harus di tekankan bagi seorang istri dalam memerankan perannya sebagai pendamping hidup sang suami. Istri di haruskan untuk selalu mentaati setiap perintah suami, dengan tujuan untuk melayani dan menyenangkan suami.

Namun istri tidak serta merta harus menuruti semua oerintah suami. Apabila perintah dari suami bertentangan dengan syari’at dan hati nurani, istri dapat menolaknya dengan sikap yang lembut. Istri juga dapat memberi pilihan sebagai alternative lain yang dapat menggantikan perintah suami tersebut.

  1. Diam Ketika Suami Tengah Berbicara

Adab sebagai seorang istri selanjutnya ialah diam ketika suami tengah berbicara. Diamnya istri ketika suami tengah berbicara merupakan tanda rasa hormat dari istri kepada suami. Istri dapat berbicara ketika suami sudah selesai berbicara, dan ia juag dapat memotong pembicaraan suami dengan catatan suami mengizinkannya untuk berbicara.

Karena sejatinya ketika suami tengah berbicara, kemudian pembicaraanya di potong oleh istri maka akan menimbulkan tejadinya konflik dan perdebatan antara suami dan istri. Adab diamnya seorang istri perlu di tekankan dan di aplikasikan bagi istri dalam menjalankan rumah tangganya bersama suami.

  1. Menjaga Kehormatan Ketika Suami Tengah Pergi Keluar

Seorang istri di wajibkan untuk tetap selalau menjaga kehormatannya, apalagi ketika suami tengah pergi keluar dari rumah. Dengan tetap menanamkan prilaku yang baik dan menjaga dan tingkah lakunya maka istri secara tidak langsung telah menjaga kehormatannya. Istri juga memilki tanggung jawab untuk menjaga kehormatan suami.

Apabila istri menjaga kehormatanya dengan baik, berarti ia juga telah menjaga kehormatan suaminya sebagai pemimpin keluarga. Dengan menjaga masalah dan aib yang terjadi pada keluarga dengan baik dan tetap manjaganya agar tidak terdengar oleh orang luar akan membuat hubungan rumah tangga terlihat harmonis dan baik-baik saja.

  1. Amanah dalam Menjaga Harta Suami

Selain menjadi istri dan ibu dari anak-anak, tidak jarang istri juga memiliki peran sebagai pengatur menejeman keuangan rumah tangga. Karena pada umumnya, suami adalah kepala rumah tangga yang memilki tanggung jawab sebagai pencari nafkah utama untuk keluarga. Adab soerang istri yang baik adalah dengan tetap menjaga kepercayaan yang di berikan suami dalam mengelola harta suami.

Sejatinya, istri tidak di perbolehkan menggunakan harta suami tanpanadanya izin dan sepengetahuan dari suami, apalagi sampai menghambur-hamburkan dengan membelanjakanya pada barang yang tidak bermanfaat. Istri dapat mengguanakan harta suami tanpa adanya izin dari suami ketika harta tersebut di gunakan untuk kebutuhan dan kepentingan keluarga.

  1. Menjaga Kebersihan, Aroma Tubuh

Bagi kaum wanita, Menjaga aromah agar tetap harum dan wangi juga merupakan adab dan kewajiban untuk seorang istri dapat lakukan. Sebab bukan tidak mungkin suami akan risih pada istri karena mencium aroma yang tidak sedap dari istri. Dengan menjaga aroma tubuh yang harum dan wangi dapat membuat suami menjadi nyaman dan betah dengan istri.

Menjaga kebersihan dan aroma tubuh agar tetap harum dan wangi tidak hanya melulu dengan memakai wangi-wangian. Istri dapat menjaga aroma tubuh agar selalu harum dan wangi dengan mandi yang bersih dan teratur serta memberishkan bau mulut dengan menyikat gigi dengan teratur.

  1. Mengedepankan Sifat Qona’ah

Kadang kala, di dalam menjalani hubungan rumah tangga, ada beberapa hal yang tidak berjalan dengan lancar dan tidak sesuai dengan kainginan, misalnya saja dalam hal rizki. Terkadang suami tidak selalu mendapat rizki lebih yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan baik. Dan dalam hal ini tugas istri adalah mengedepankan sifat qona’ah atas segala rizki yang di peroleh suami dan di berikan kepada istri.

Sejatinya, ketika laki-laki dan wanita telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga rizki dari keduanya di gabungkan dan di limpahakan oleh Allah SWT. Rizki dari Allah sebenarnya tidak hanya berbentuk harta semata, kesehatan dan anak juga merupakan sebuah rizki yang sebaiknya di syukuri. Dengan adanya sifat syukur dan menerima dengan segala pemberian-Nya, maka Allah pasti akan melipatgandakan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Berbelas Kasih Pada Suami

Kewajiban seorang istri adalah mengaplikasikan adab untuk selalu berbelas kasih kepada suami. Berbelas kasih dalam hal ini berarti selalu memberi kasih sayang kepada suami dalam kondisi apapun atas jerih payahnya dalam menjalankan peranya sebagai kepala dan pemimpin rumah tangga.

Istri di haruskan untuk tidak menuntut dan meminta sesuatu pada suami melebihi kemampuan dari sang suami. Apalagi sampai merendahkan dan menghina suami atas peranya yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal itu akan membuat suami menjadi sedih dan kecewa terhadap istri dan hendaknya seorang istri selalu mberikan belas kasihnya atas apapun keadaan yang di alami oleh suami. Dengan begitu istri akan mendapat keberkahan dan ridho dari Allah SWT atas pengabdiannya kepada suaminya.

  1. Selalu Berhias Untuk Suami

Sebagai istri pasti selalu ingin menyenangkan hati suami sebagai wujud cinta kasih seorang istri. untuk menyenagkan suami, istri di perbolehkan melakukan berhias dengan catatan berhias hanya untuk suami semata. Dengan selalu tampil cantik dapat membuat bertambahnya rasa cinta suami kepada istri.

  1. Memuliakan Keluarga Dan Kerabat Suami

Ketika suami dan istri telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga ia telah menjadi bagian dari keluarga pasangannya. Maka dari itu, wajib bagi seorang istri untuk memuliakan keluarga dan kerabat suami sebagaimana ia memuliakan keluarga dan kerabatnya. Sebab keluarga dan kerabat adalah orang-orang yang memiliki hubungan denkat dan hubungan emosional dengan sang suami. Oleh sebab itu wajib bagi seorang istri untuk memuliakan keluarga dan kerabat dari sang suami.

  1. Melihat Kenyataan Suami Sebagai Keutamaan

Setelah melangsungkan pernikahan, maka istri akan benar-benar mengetahui keadaan dari laki-laki yang menjadi suaminya. Bagaimana keadaan sang suami, merupakan keutamaan seorang istri yang wajib menerima dan mensyukuri keadaan suami dengan sepenuhnya. Ketika istri mendapati keadaan suami yang baik maka istri wajib mensyukurinya. Apabila istri mendapati keadaan suami yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, maka hendaknya istri bersikap sabar dan ikhlas serta bersyukur atas keadaan yang ada. Sebab dengan rasa ikhlas, sabar dan syukur niscaya Allah SWT akan mengangkat drajat dan melimpahkan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Menerima Pemberian Suami Dengan Rasa Syukur Dan Menerima

Setiap rumah tangga pasti memiliki jalan ceritanya sendiri, begitu pula dengan rizki yang di dapatkan. Kadang suami dalam mencari nafkah tidak menghasilkan nafkah sesuai yang di harapkan. Dan tugas seorang istri adalah menerima dengan lapang dan bersyukur atas apa yang di dapatkan. Dalam kondisi seperti ini, hendaknya istri menghibur dan memberi dorongan motivasi agar suami tetap semangat dalam mencari nafkah untuk keluarga.

  1. Selalu Menunjukkan Rasa Cinta Pada Suami

Rasa cinta adalah unsur utama suksesnya sebuah rumah tangga yang awet dan lenggeng. Sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang istri untuk selalu menunjukkan rasa cintany kepada suami, baik dekat maupun dalam keadaan jauh sekalipun. Istri dapat memnunjukkan rasa cintanya dengan selalu memberi perhatian kepada suami atau dengan cara lain yang membuat suami menjadi senang. Dengan begitu akan membuat bertambahnya rasa cinta dari suami kepada sang istri yang akan menjadikan hubungan suami istri menjadi lebih harmonis

Sebagai kaum wanita, pastinya menginginkan untuk menjadi istri shalihah yang dapat berbakti kepada suami. Dengan menanamkan adab-adab di atas, dapat mengarahkan kamu untuk menjadi istri yang baik dan sahlihah. Semakin banyak adab yang di terapkan istri dalam berbakti kepada suami, maka akan semakin bartambah keshalihan sang istri. Karena menerapkan adab yang baik untuk berbakti kepada suami merupakan kewajiban bagi seorang istri.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai adab seorang istri menurut Imam Ghazali. Penting bagi seorang istri untuk mengaplikasikan adab-adab tersebut demi suksenya rumah tangga yang ia jalani bersama pasanganya.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Orami
  • Theasianparent
  • Jateng.nu
Istri Wajib Tahu !! Dosa Istri Terhadap Suami

Istri Wajib Tahu !! Dosa Istri Terhadap Suami

Dosa Istri Terhadap Suami Menurut Agama Islam

Dosa Seorang Istri Kepada Suami

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan tentu menjadi cita-cita dari setiap wanita pada umumnya. Dalam Agama Islam, menikah adalah sesuatu hal yang termasuk ibadah dan di anjurkan bagi setiap msulim untuk melaksanakanya. Islam juga telah mengatur mengenai tugas dan tanggung jawab bagi suami dan istri untuk menunaikan kewajibannya. Sehingga hubungan suami istri akan menjadi seimbang karena adanya tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak.

Laki-laki yang memainkan peran sebagai suami, tentu mempunyai peran yang sangat penting dalam rumah tangga. Sebab, setiap laki-laki yang telah menikah dan menjadi suami amaka ia juga akan menjadi imam bagi istrinya, serta menjadi kepala dan pemimpin keluarga yang mempunyai tanggung jawab penuh pada keluarga yang ia pimpin. Suami bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada istri, menafkahi istri, mengajari istri ilmu agama dan hal-hal penting lainya yang perlu di perhatikan sedemikian rupa.

Sementara itu, wanita sebagai istri juga mempunyai peran yang tak kalah penting. Meskipun kedudukan anatara suami dan istri berbeda, namun istri juga memiliki peranyang penting dalam rumah tangga. Istri memiliki peran untuk mengabdikan sepenuhnya atas dirinya lahir dan batin hanya untuk sang suami semata. Sebab ridho seorang suami adalah ridho Allah SWT, dan apabila istri tidak mendapat ridho dari suami, maka tidak ada surge baginya.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai prilaku yang dapat menjadi dosa seorang istri kepada suami. sebagai istri, hendaknya selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan tingkah lakunya kepada sang suami. Sebab beberapa hal akan menjadi dosa beagi seorang istri kepada suaminya. Pasalnya, perbuatan perbuatan yang tidak pantas yang di lakukan seorang istri dapat menghantarkanya menjadi durhaka dan berakhir dengan api neraka. Latas apa saja perbuatan-perbuatan istri yang dapat menjadi dosa kepada suami?, sebagai berikut.

Hal-hal Yang Dapat Menjadi Dosa Seorang Istri Kepada Suami

  1. Menentang perintah suami

Seorang suami adalah seorang imam sekaligus pemimipin dan kepala keluarga. Oleh karena itu, wajib bagi seorang istri untuk taat dan menuruti perintah dari sang suami. Sebab sudah menjadi kewajiban bagi istri untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk sang suami secara lahir dan batin.  Istri harus menuruti perkatataan suami yang mengandung perintah atau larangan kepada dirinya selagi tidak bertentangan dengan syariat yang berlaku. Seperti yang telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“tidaklah seorang perempuan menunaikan hak tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya.” (H.R Ibnu Majjah dan Ahmad)

  1. Menolak ajakan suami (melakukan jimak)

Tujuan dari terjalinya sebuah ikatan pernikahan selain membengun sebuah keluarga, juag bertujuan untuk mendapat keturunan sebagai penerus keluarga dan umat beragama. Dengan melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga laki-laki dan wanita telah resmi menjadi pasangan suami dan istri yang di halalkan bagi mereka untuk melakukan jimak (hubungan badan).

Wajib bagi seorang istri untuk menuruti ajak suami ketika ia hendak mengajaknya berhubungan badan. Istri yang menolak ajakan suami, berarti seketika itu juga ia telah membuka pintu laknat dari Allah SWT kepadanya. Sebagiamana tekah di jelaskan oleh Raulullah SAW, beliau bersabda.

“apabila laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia (istri) menolak untuk datang lalu laki-laki itu (suami) tidur semalam dengan keadaan marah kepadanya, maka ia akan di  laknat oleh malaikat sampai waktu subuh.” (H.R Bukhari, Muslim dan Ahmad)

  1. Meminta sesuatu yang memberatkan suami

Keistimewaan dari seorang istri adalah berhak mendapat dan wajib di bahagiakan oleh sang suami. Namun hal ini bukan menjadi alasan bagi sang istri untuk meminta sesuatu hal yang dapat memberatkan suami. pada dasarnya, tugas seorang suami salah satunya adalah untuk mencari nafkah yang halal, kemudian Allah telah menentukan baginya sedikit banyak rizki yang ia dapatkan.

Sikap seorang istri yang baik adalah berdo’a agar di limpahkan rizki sang suami dan menerima setiap pemberian suami serta mensukuri setiap yang ia peroleh. Haram bagi seorang istri untuk meminta sesuatu hal yang dapat memberatkan sang suami dalam mewujudkan permintaan istri. dengan menerima dan mensyukuri setiap rizki yang di peroleh, niscaya Allah akan melimpahkan dan melipatgandakan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Abai Terhadap Wewenang Suami Sebagai Imam Dan Pemimpin Keluarga

Seorang suami adalah seorang imam dan pemimpin dari suabuah rumah tangga yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang istri untuk taat dan menuruti setiap perintah dari sang suami. Dengan catatan, peritah-perintah suami yang wajib di turuti oleh sang sitri adalahperintah-perintah yang sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW dan wajib bagi istri untuk menjalankannya. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“Seandainya Suami Memerintahkan Suatu Pekerjaan Berupa Memindahkan Bukit Merah Ke Bukit Putih Atau Sebaliknya, Maka Tiada Pilihan Bagi Seorang Istri Selain Melaksanakan Perintah Suaminya.”

  1. Tidak Berhias Untuk Suami

Seorang istri di larang untuk menggunakan hiasan pada seluruh tubuhnya. Istri hanya di perbolehkan untuk berhias hanya untuk sang suami semata. Sebab ketika istri berhias bukan untuk suami maka ia telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Dengan berhiasnya seorang istri hanya untuk suaminya, maka itu akan menambah rasa cinta kasih sang suami kepada dirinya. Dengan begitu, selain istri akan menjadi lebih di sayang, istri juga akan mendapatkan ridho dari Allah karena telah melakukan keutamaannya sebagai seorang istri yang mengabdi kepada sang suami.

  1. Menjerumuskan Suami Kedalam Perbuatan Dosa

Tugas seorang istri adalah menagabdi dan mentaati perintah suami dengan sebaik-baiknya. Haram bagi seorang istri untuk meminta atau menyuruh suami melakukan sesuatu hal yang dapat membuat suami terjerumus kedalam perbuatan dosa. Istri yang baik dan shaihah adalah istri yang mengingatkan suami ketika suami lalai atau hendak melakukan perbuatan yang menjadikanya berdosa. Istri yang menjerumuskan suami untuk melakukan perbuatan dosa akan membawa mereka berdua (istri beserta suami) menuju kedalam api neraka.

  1. Mementingkan Kepentingan Lain Di Banding Dengan Suaminya

Setelah melangsungkan akad nikah, maka seketika istu juga seorang istri telah menjadi milik suami dan wajib bagi seorang istri untuk mengabdikan seluruh hidupnya, lahir dan batin untuk suami. istri juga tidak di perbolehkan mementingan kepentinganya dan orang lain di atas kepentingan sang suami. Seperti yang telah di jelaskan dalam sebuah riwayat hadits,

Dari Aisyah r.a berkata, saya bertanya kepada Rasulullah SAW. “siapakah orang yang memiliki hak paling besar terhadap seorang wanita?”, kemudian Rasul menjawab. “suaminya”, kemudian Aisyah bertanya, “siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang laki-laki?”. Rasul menjawab, “ibunya”. (H.R Bazaar dan Hakim)

Dari hadits tersebut dapat di simpulkan bahwa, seorang istri harus memntingkan kepentingan suaminya terlebih dahulu di tas kepentingan yang lain. Sekalipun itu kepentingan orang tua atau saudaranya sendiri. Istri dapat memenuhi kepentingan orang tua atau saudanya apabila telah mendapatkan izin dari sang suami. Sebab, ridho       suami adalah jalan menuju sutrga bagi seorang istri.

  1. Keluar Rumah Tanpa Seizing Suami

Pada umumnya dalam sebuah rumah tangga, suami mempunyai peran untuk pergi mencari nafkah untuk sang istri. Dan ketika suami pergi, kepala rumah tangga beralih menjadi tanggung jawab sang istri. dengan begitu, istri tidak di perbolekan keluar rumah tanpa seizing dari sang suami, sekalipun untuk menemui orang tuanya yag sedang sakit sekalipun. Jika istri melanggar dan pergi dari rumah tanpa seizing suami, maka seketika itu ia telah berbuat dosa dan mendurhakai sang suami. Rasulullah SAW bersabda,

“dua golongan shalatnya yang tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang. Dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali.” (H.R Hakim dan Ibnu Umar)

  1. Menerima Tamu Yang Bukan Mahram Atau Yang Di Benci Suami Dan Memasukanya Kedalam Rumah

Ketika suami tengah pergi keluar, istri seketika menjadi kepala rumah tangga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Haram bagi seorang istri untuk menerima tamu yang bukan mahramnya apa lagi sampai memasukkan kedalam rumah. Karena hak ini dapat menimbulkan terjaidnya perbuatan dosa dan fitnah. Istri juga tidak di perbolehkan menerima tamu seseorang yang tidak di sukai oleh suaminya apalagi sampai memasukkannya kedalam rumah. Sebab ketika suami tengah pergi keluar maka ia telah mempercayaka rumah tangganya kepada sang istri. Dan jika istri menerima tamu asing apalagi tamu yang tidak di sukai oleh suaminya, maka ia telah mendurhakai sang suami, maka tidak ada surge bagi istri tersebut.

  1. Tidak Merawat Suami Ketika Suami Sakit

Seperti yang telah di jelaskan di atas, tugas seorang istri adalah mengabdikan selauruh hidupnya lahir dan batin hanya untuk suami dan mengutamakan kepentingan suami di atas kepentingan lainya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi istri untuk merawat suami apabila mengalami kondisi sakit. Iastri juga tidak di perbolehkan pergi dari rumah ketika suami sedang sakit, sekalipun untuk menemui orang tuanya yang tengah sakit. Karena bagaimanapun suami adalah orang yang harus di dahulukan kepentingannaya.

  1. Melakukan Puasa Sunnah Tanpa Seizing Suami

Pada dasarnya, ibadah puasa sunnah di lakukan untuk semakin mendekatkan diri dan mendapat tambahan pahala dari Allah SWT. Namun ibadah puasa sunnah haram di lakukan bagi wanita yang telah memiliki suami dan tanpa izin dari sang suami. Sebab, seandainya suami mengajak istinya berhubungan badan, sedangkan istri sedang puasa maka itu dapat mengakibatkan suami menjadi kecewa dan marah. Kepentingan suami adalah hal yang harus di utamakan oleh sang istri di atas kepentingan lainya, sebab itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri.

Dimana sebuah kewajiban adalah hal yang harus di dahulukan di bandingkan dengan perkara-perkara sunnah. Rasulullah SAW bersabda,

“seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa seizinya.”(H.R Bukhari dan Muslim)

  1. Mematuhi Perintah Orang Lain Di Rumah Suami

Istri yang baik adalah istri yang taat dan patuh dengan perintah suami, dan patuh dengan suami juga merupakan sebuah kewajiban. Oleh sebab itu, di haramkan bagi seorang istri untuk mematuhi perintah orang lain selain suaminya di rumah sang suami. Satu-satunya yang harus ia patuhi perintahnya ialah perintah dari suaminya, dan ketik datang perintah bukan dari suami, sekalipun dari teman, kerabat atau keluarga, haram bagi seorang istri untuk mematuhi perintah tersebut di rumah suaminya.

Istri adalah seseorang yang wajib baginya untuk mengabdikan dirinya dengan sepenuhnya lahir dan batin hanya untuk suaminya. Taat dan patuh dengan suami merupakan kewajiban istri yang harus ia penuhi dalam berumah tangga. Beberapa poin di atas pantang di lakukan oleh istri kepada suaminya, sebab dapat permasalahan-permasalahan yang dapat mengganggu hubungan rumah tangganya dengan sang suami. Tentunya, Agama Islam membuat ketentuan-ketentuan tersebut adalah dengan tujuan untuk terjalinya rumah tangga yang bahagia dan terhindar dari perceraian.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hal-hal yang dapat menjadi Dosa seorang istri kepada suaminya. Penting bagi seorang istri untuk menghindari perkara-perkara tersebut untuk kebaikan rumah tangganya dengan sang suami. Dengan selalu taat dan patuh dengan suami dan mengedepankan kepentingan suami maka nisacaya istri akan mendapat ridho suami dan surge Allah SWT.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

 

Sumber :

  • Mediapakuan
  • Islamituindah
Dosa Suami Kepada Istri

Dosa Suami Kepada Istri

Dosa Suami Kepada Istri Menurut Agama Islam

Dosa Suami Kepada Istri

 

Hallo Kawan Mama,

Di dalam sebuah hubungan rumah tangga, rasa cinta dan kasih sayang perlu di tunjukkan dan di rawat oleh seorang suami dan istri. Sebab, rasa cinta adalah alasan utama sesorang menunaikan pernikahan.  Dengan adanya rasa cinta antara suami dan istri, akan membuat keduanya saling mengerti peran dan tanggung jawab memenuhi hak dan kewajiban pada keduanya dengan sebaik-baiknya.

Dalam niat melangsungkan pernikahan, tentunya suami dan istri mengharapkan agar rumah tangganya nanti akan menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, warohmah. Dan untuk mewujudaknya perlu adanya usaha dengan menjalankan peran di antara keduanya dengan sebaik-baiknya. Namun tidak jarang di dalam rumah tangga mengalami berbagai ujian dan cobaan yang datang. Cobaan tersebut bisa di artikan sebagi proses bagi keluarga untuk bertambah harmonis, namun juga bisa mengganggu hubungan rumah tangga menjadi tidak baik.

Di dalam sebuah rumah tangga, suami dan istri tentu memiliki peran yang berbeda, selayaknya dengan kewajiban suami kepada istri dan kewajiban istri kepada sang suami. Sebagaimana peran seorang suami yang telah di jelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih ialah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memlihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawtirkan nuzyusnya, maka nasihatilah mereka dan oisahkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukulah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besar.” (Q.S An-Nisa : 34)

Sedangkan sang istri yang memiliki peran istimewa sebagaimana telah di jelaskan oleh Raulullah. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“dunia ini penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baiknya kenikmatan adalah istri yang shalihah.” (H.R Muslim)

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai perbuatan dosa seorang suami kepada sang istri. Tentu hal ini wajib di pahami juga bagi kaum istri agardapat mengingatkan suami untuk tidak melakukan dosa-dosa sebagai berikut.

Dosa Suami Kepada Istri

Tidak jarang di dalam sebuah keluarga, seorang suami lalai atau bahkan tidak melakukan kewajibanya kepada istri dan melakukan tindakan kesalahan yang bertentangan dengan perintah Allah SWT yang melanggar hak  seorang istri. Dengan tindakan yang di lakukan suami tersebut dapat membuat hubunganya dengan sang istri menjadi terganggu dandapat menyebabkan konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, sebaiknya bagi suami harus mengetahui hal-hal yang di kategorikan sebagai perbuatan dosa terhadap sang istri.

    1. Tidak Mengajarkan Ilmu Agama Pada Istri

Seorang laki-laki yang telah melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga ia mendapatkan tanggung jwab dan kewajiban untuk mengajarkan ilmu Agama pada sang istri. Peran suami bukan hanya memberi istri uang dan memenuhi kebutuhan sebagai bentuk kewajibanya menafkahi istri saja. Namun ia juga memiliki kewajiban untuk mengajarkan ilmu Agama sebagai bagian dari nafkah batin kepada sang istri.

Hal tersebut agar dapat menjauhkan dirinya dan sang istri dari api neraka dan pedihnya azab kubur. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, yang artinya.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang di perintahkan.” (Q.S At-Tahrim : 6)

    1. Tidak Adanya Rasa Cemburu Kepada Istri

Pada umunya, cinta kasih yang terjalin dalam sebuah ikatan pernikahan memilki unsur kecemburuan sebagai tanda rasa cinta antara suami dan istri. Sehingga menjadi wajar apa bila di antaranya memiliki rasa cemburu karena dengan begitu, rasa cinta kasih di antaranya akan tetap ada. Sebaliknya, jika tidak ada rasa cemburu antara keduanya maka patut di pertanyakan rasa cinta kasih di antara keduannya.

Suami yang baik adalah suami yang tetap memiliki rasa cemburu terhadap sang istri, apalagi apabila sang istri tengah berbicara atau pergi dengan laki-laki lain. Jika suami tidak memiliki rasa cemburu sedikitpun kepada sang istri maka ia telah melakukan perbuatan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka di hari kiamat adalah seseorang yang durhaka kepada orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki dan ad dayyuts.” (H.R An-Nasa’i) Ad-Dayyuts merupakan istilah bagi laki-laki yang tidak memiliki kecemburuan kepada keluarga/istri).

    1. Tidak Menafkahi Istri/Keluarga

Memberi nafkah kepada istri merupakan sebuah kewajiban bagi setiap dari kaum laki-laki yang telah menikah. Sebab ketika laki-laki telah menikah, maka ia memiliki tanggung jawab untuk menuneikan kewajibannya, salah satunya adalah memberi nafkah kepada sang istri. Karena bagaimanapun juga, wanita yang menikah maka ia telah meninggalkan keluarganya untuk hidup dan mengabdikan dirinya pada sang suami. Istri juga melayani dan menyenangkan istri sebagai kewajiban dan perannya dalam berumah tangga.

Oleh sebab itu, akan menjadi dosa besar apabila suami tidak memberikan nafkah kepada sang istri, sebab sudah menjadi hak seorang istri untuk di nafkahi oleh suami. Hal ini juga telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“seseorang cukup di pandang berdosa apabila ia menelantarkan belanja orang yang menjadi tanggung jawabnya.” (H.R Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Thabrani)

    1. Membiarkan Istri Mencari Nafkah

Seperti yang telah di jelaskan di atas, suami memiliki tanggung jawab untuk memberi nafkah kepada sang istri, lahir dan batin. Namun tidak jarang suami yang menyuruh istrinya untuk mencari nafkah sedangkan ia hanya menunggu hasil tanpa ada alasan yang tepat untuknya tidak mencari nafkah. Rizki setiap keluarga memang bisa datang tidak hanya melalui tangan suami, rizki keluarga juga bisa daatang lewat tangan seorang istri.

Namun hal tersebut tidak boleh menjadi dasar untuk suami agar hanya bergantung pada istri dan tidak pergi mencari nafkah. Sebab suami telah di berikan kedudukan oleh Allah sebagai seorang seorang pemimpin dan kepala kelauarga yang memiliki tanggung jawab penuh atas keluarga yang ia pimpin. Sebagai mana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kamu wanita. Hal ini karena Allah SWT telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (Q.S An-Nisa : 34)

    1. Memendam Kebencian Terhadap Istri

Pada umumnya, berlangsungnya sebuah pernikahan di dasari oleh adanya rasa cinta kasih antara suami dan istri. Istri merupakan seorang teman hiudp, patner dan pendamping yang akan menemaninya untuk mengarungi samudra kehidupan di sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, tidak di perbolehkan di dalam hati seorang suami terdapat rasa benci kepada sang istri.

Adanya rasa benci antara seorang suami kepada istri tentu dapat membuat hubungan rumah tangga menjadi kacau. Karena tidak mungkin sebuah pernikahan akan dapat bertahan sementara ada kebencian di dalam hubungan tersebut. Membuat kesalahan dan berbuat khilaf adalah hal yang manusiawi di mana semua orang bisa melakukanya. Maka tugas seorang suami adalah memberi maaf apabila istri melakukan kesalahan atau kekhilafan dan tidak di perbolehkan baginya untuk membenci sang istri atas perbuatan yang istri buat. Karena bagaimanapun soeang istri tetaplah teman hidup yang sudah menjadi kewajiban bagi suami untuk membimbingnya ketika ia melakukan kesalahan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya.

“janganlah suami yang beriman membenci istrinya yang beriman, jika tidak menyukai satu ahlak darinya, maka dia pasti meridhai ahlak lain darinya.” (H.R Muslim)

    1. Tidak Mau Memebantu Istri Dalam Mengerjakan Pekerjaan Rumah

Sebagai  mana yang telah di jelaskan sebelumnya, suami merupakan kepala dan pemimpin keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh atas kelaurga yang ia  pimpin. Hal ini juga termasuk kedalam kegiatan rumah tangga, yaitu pekerjaan rumah. Umumnya, pekerjaa rumah adalah kegiatan yang di lakukan oleh sang istri. Namun sebenarnya, pekerjaan rumah adalah tugas bagi seluruh anggota keluarga, dalam hal ini ialah suami dan istri.

Laki-laki biasanya tidak melakukan pekerjaan rumah karena ia merasa telah lelah seharian berkerja dan merasa pekerjaan rumah adalah tugas seorang istri. Hal tersebut sebenarnya keliru danti di benarkan. Suami juga memiliki tanggung jawab untuk membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagai mana Rasulullah yang telah memberi contoh dimana beliau membantu istrinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Sebagaimana dalam sebuah riwayat,

“beliau (Rasulullah SAW) membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dan jika datang waktu shalat maka beliau pun keluar untuk shalat.” (H,R Bukhari)

    1. Mengumbar Aib Istri

Keluarga yang bahagia dan mendapat ridho Allah adalah keluarga yang dapat menjaga kehormatan dan menjaga aib dari keduanya agar tetap terjaga dan tidak terdengar oleh orang lain. Sebagai penanggung jawab keluarga, suami hendaknya selalu menjaga kehormatan dan aib istrinya, terutama dalam hal jimak (berubungan badan). Karena aib yang terumbar akan membuat sakit hati sang istri dan hilangnya kepercayaan istri kepada suami.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli istrinya dan istrinya menggaulinya kemudian ia menyebarkan rahasia-rahasia istrinya.” (H.R Muslim)

    1. Berpoligami Dengan Tidak Mengindahkan Syariat

Pada dasarnya, melakukan poligami adalah perbuatan yang di perbolehkan dalam Agama Islam. Namun poligami tentu memiliki ketentuan-ketentuan yang dapat membuat kemaslahatan bagi orang yang melakukanya. Maka dari itu, seorang suami di perbolehkan melakukan poligami dengan catatan telah memenuhi syarat dan ketentuan syariat yang berlaku. Dan akan menjadi dosa besar apabila poligami di lakukan tidak dengan memenuhi syarat dan ketentuan syariat yang berlaku, salah satunya adalah bersikap adil.

Sebagaimana sabda firman Allah SWT dalam surat AnNisa ayat 3, yang artinya.

“kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” (Q.S An-Nisa : 3)

    1. Baik Dengan Orang Lain Namun Bersikap Buruk Dan Menyakiti Istri Secara Fisik

Dalam menjalankan hubungan kelauarga, suami sebagai kepala rumah tangga hendaknya selalu memberi perhatian dengan bersikap baik kepada istri sekalipun istri melakukan kesalahan. Beberapa kasus menyebutkan tidak jarang suami bersikap buruk dan kasar pada istri namun bersikap baik kepada orang lain agar wibawanya tinggi. Dan hal ini sangat di larang dalam Agama Islam. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW, yang artinya.

“mukmin yang paling sempurna adalah mukmin yang baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (H.R Tirmidzi)

Suami juga tidak di prebolehkan ringan tangan (berbuat kasar) kepada sang istri. Sebab suami mempunyai tanggung jawab menunaikan kewajibanya untuk membahagiakan istri. Sekalipun isti telah melakukan kesalahan, suami tidak di perbolehkan untuk menyakiti istri, entah dengan bekata kasar maupun kekerasan fisik kepada istri. Suami adalah seorang kepala dan pemimpin keluarga yang memiliki tanggung jawab untuk membimbing sang istri untuk tidak melakukan hal yang salah.

Sebagaimana yang di katakana Rasulullah SAW,

“hendaklah engkau memberikan ia makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah dan menjelek-jelekkanya.” (H.R Ibnu Majjah)

    1. Meremehkan Posisi Istri

Suami dan istri di dalam rumah tangga tentu memiliki kedudukan dan peran yang berbeda. Suami adalah seorang imam, kepala dan pemimpin keluarga, sedangkan sang istri adalah makmu bagi sang suami. Namun istri juga menjadi kepala kelauga ketika suami tengah pergi keluar. Dan perbedaan tersebut tidak boleh di jadikan dasar sang suami untuk meremehkan peran sang istri. Sebagaimana sabda Rasul tetang keistimewaan peran istri dalam rumah tangga, yaitu.

“wanita adalah tiang negara, jika wanitanya baik maka baiklah negara, dan jika wanita buruk maka negara juga akan ikut buruk”

Rumah tangga yang dapat menhadirkan kebahagiaan adalah rumah tangga yang di isi oleh rasa cinta dan kasih antara suami da istri dalam segala kondisi. Sebab cinta kasih adalah tembok pengahalang gangguan-gangguan dalam rumah tangga dan menjadi pondasi kokoh bagi setiap rumah tangga. Sebagai pemimpin keluarga, suami memiliki tanggung jawab untuk membahagiakan sang istri dan membimbingnya menuju jalan yang benar.  Dan di haram kan bagi suami untuk berkata buru, bersikap buruk dan melakukan hal-hal buruk yang dapat menyakiti hati atau fisik dari istri, sekalipun istri melakukan kesalahan. Sebab kesalahan seorang istri merupakan tanggung jawab bagi seorang suami untuk membimbing dan membuat istri untuk tidak mengulangi kesalahanya.

Demikain penjelasan dari Kawan Mama mengenai dosa seorang suami terhadap istri dalam rumah tangga menurut pandangan Agama Islam. Suami yang baik adalah suami yang dapat membahagiakan istri dan membimbingnya menuju jalan yang benar dan di ridhoi Allah SWT.

Semoga artikel ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Swarakita
  • Telisik
Adab Suami Terhadap Istri

Adab Suami Terhadap Istri

Adab Suami Terhadap Istri Dalam Islam

Adab Suami Terhadap Istri

 

Hallo Kawan Mama,

Rumah tangga merupakan tempat pertama bagi pasangan yang telah menikah untuk mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Karena rumah tangga adalah sebuah rumah di mana suami dan istri belajar untuk menjalani hidup dengan berpasangan dan mulai melaksanakan tanggung jawabnya dalam sebuah hubungan rumah tangga.

Suami dan istri memiliki tanggung jawab untuk menunaikan hak dan kewajibannya kepada pasangannya agar rumah tangga dapatjalani berjalan dengan baik. Dengan melangsungkan pernikahan, maka seorang suami akan di hadapkan dengan peran baru sebagai pemimpin dan kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap rumah tangganya. Wajib bagi suami untuk membahagiakan  istri dengan menunaikan hak dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Namun tidak hanya menunaikan hak dan tanggung jawab, seorang suami dalam menunaikan hak dan kewajibanya juga harus di sertai dengan adab yang baik kepada sang istri. Imam Ghazali telah menjelaskan adab yang harus di lakukan seorang suami kepada istri dalam karyanya berupa kitab yang berjudul Al-Adab Fid Din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.442). Beliau menjelaskan bahwa adab seorang suami kepada istri sebagai berikut.

“adab suami kepada istri yaitu: berinteraksi dengan baik, bertutur kata dengan lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak mengungkit kesalahan, memaafkan kesalahan istri, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, tidak bakhil dalam memenuhi kebutuhan istri, memuliakan keluarga istri, menjanjikan hal yang baik, dan bersemangat terhadap istri.”

Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai adab seorang suami terhadap seorang istri. Pendapat Imam Ghazali mengenai adab suami kepada istri akan kami jelaskan sebagai berikut.

Adab Suami Terhadap Istri

  1. Berinteraksi Dengan Baik Kepada Istri

Dalam menjalani hubungan rumah tangga, tentunya di perlukan adanya interaksi yang baik antara suami dengan istri. Dalam hal ini, suami sebagai kepala keluarga mempunyai peran lebih dalam berinteraksi kepada sang istri. Sebab suami merupakan pemimpin keluarga yang nantinya akan di dengar dan di ikuti oleh sang istri, serta menjadi panutan dan tauladan istri dalam berinteraksi.

Sebagai seorang suami, mengajari sang istri untuk belajara dan ikut berinteraksi dengan baik juga merupakan suatu keharusan. Sebab, keluarga yang bahagia pasti tidak luput dari adanya interaksi yang baik antara sang suami dengan istri. Dengan begitu istri dan suami dapat lebih untuk saling memahami pribadi masing-masing.

 

  1. Bertutur Kata Dengan Lembut Kepada Istri

Pada dasarnya, istri adalah seorang wanita yang memiliki sifat yang selalu ingin mendapat perhatian dan di manja oleh sang suami. Istri juga mahluk yang lebih peka dan perasa jika di bandingkan dengan suami. Jadi, sebagai suami di harusakan di dalam rumah tangga untuk selalu menggunakan tutur kata yang baik kepada istri sebagai wujud cinta kasihnya kepada istri, sekalipun istri membuat kekhilafan ataupun kesalahan.

Suami tidak di perbolehkan menggunakan tutur kata yang kasar ketika tengah berkomunikasi dengan istri. Karena selain akan menyakiti hati istri, hal ini juga akan menjadi contoh buru bagi sang anak. Karena orang tua (terlebih suami) merupakan seorang yang menjadi panutan dan teladan bagi anaknya. Gunakan tutur kata yang baik kepada istri dalam segala kondisi, terlebih ketika menegur atas kesalahan yang di perbuat istri. Dengan begitu dapat mengurangi adanya risiko miskomunikasi, karena adanya komunikasi yang terbuka antara suami dan istri akibat prnggunaan tutur kata yang baik.

 

  1. Selalu Menunjukkan Cinta Kasih

Sebagai pasangan suami istri, perlu di antara keduanya untuk selalu menunjukkan rasa cinta dan kasih saying dalam menjalani hubungan rumah tangga. Peran laki-laki dalam rumah tangga sebagai seorang suami adalah untuk selalu memberikan rasa cinta kasihnya dan membuat istri merasa bahagia serta nyaman menjalani hidup dengannya.

Pada dasarnya cinta dan kasih sayang adalah unsur utama ketika kedua orang hendak melangsungkan pernikahan. Hal ini harus tetap ada dan di jaga untuk waktu ke depannya. Suami bertanggung jawab untuk membahagiakan sang istri. Oleh sebab itu suami harus selalu menunjukkan cinta kasihnya kepada sang istri. Suami dapat menunjukkan cinta kasihnya melalui hal sederahan, seperti memberi perhatian kecil, memuji sang isrti, memberikan hadiah, dan menegur istri dengan lembut dan membimbingnya dengan baik kala istri melakukan kesalahan.

 

  1. Bersikap Lapang Ketika Sendiri

Dalam sebuah rumah tangga, tentu suami dan istri memiliki peran masing-masing untuk di lakukan. Seperti suami yang pergi keluar untuk mencari nafkah dan istri yang menjaga rumah dan keluarga. Namun seorang suami sebaiknya juga memiliki sifat kemandirian di dalam menjalani hubungan rumah tangga.

Tidak menutup kemungkinan bahwa suatu ketika istri tengah pergi, berhalangan atau sedang mengalami sakit, sehingga istri tidak dapat menjalankan perannya dengan baik di dalam melayani suami dan mengurus rumah tangga. Nah pada titik ini suami hendaknya memilki kemandirrian untuk menggantikan peran istri, dan memiliki kelapangan untuk menerima kondisi ini dengan sabar dan syukur. Dengan begitu rumah tangga akan tetap berjalan karena adanya rasa saling melengkapi.

 

  1. Tidak Mengungkit Kesalahan Dan Memberi Maaf Kepada Istri

Di balik sebuah rumah tangga bahagia yang berjalan dengan kurun waktu yang lama pasti tidak luput dari masalah-masalah yang menerpa rumah tangga tersebut. Seorang suami maupun istri di dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya pasti pernah melakukan kesalahan maupun kekhilafan. Dan sudah sepantasnya bagi pasangan tersebut untuk meminta maaf dan saling memberi maaf.

Sejatinya, memberi maaf juga merupakan tanggung jawab dan kewajiban suami dan istri ketika satu di antaranya melakukan sebuah kesalahan. Suami kadang memiliki karakter yang agak keras dan alot serta emosional, sehingga ketika istri melakukan kesalahan suami akan meresponya dengan emosi. Perlu di tekankan, sebagai suami ketika mendapati istri tengah melakukan kesalahan dan kekhilafan hendaknya memberikan maaf dan menegurnya serta membimbingnya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Dengan begitu cinta kasih dalam rumah tangga akan tetap terjaga dan membuat rumah tangga tersebut tetap berjalan dengan semestinya

 

  1. Menjaga Harta Istri Dengan Baik

Di dalam sebuah rumah tangga, seorang istri juga memiliki harta pribadinya sendiri. Seprti , mahar dan harta yang ia peroleh atas usaha dan kerja kerasnya sendiri. Dan di sini, suami di haruskan untuk menjaga harta sang istri dan tidak di perbolehkan untuk mengakui harta tersebut sebagai miliknya apalagi sampai menggunakan harta tersebut.

Pada zaman sekarang, banyak dari kaum istri yang menjadi sumber utama pencari nafkah dalam keluarga, yang menjadikan harta keluarga adalah hasil dari usaha dan kerja keras sang istri. Dalam kondisi seperti ini, suami tidak di perbolehkan menggunakan harta istri untuk di belanjakan. Suami hanya boleh menggunakan tersebut dengan catatan mendapat izin dan persetujuan dari sang istri untuk menggunakan harta tersebut. Sekalipun istri bukan sumber utama pencari nafkah, suami juga tidak boleh menggunakan harta pribadisang istri tanpa adanya iazin dan persetujuan istri. Dengan adanya izin makan sitri akan merasa lebih di hargai dan di horamati, serta istri akan merasa lebih di anggap sosoknya dalam rumah tangga.

 

  1. Tidak Banyak Mendebat

Menjalani hubungan suami istri dalam berumah tangga pasti ada saja hal yang terjadi dan dapat mengganggu keseimbangan rumah tangga. Salah satunya adalah perbedaan cara berfikir maupun pendapat antara suami dan istri. Dalam merespon sesuatu hal, suami dan istri kadang memiliki sudut pandang dan cara berfikir yang berbeda dan tidak jarang yang berkahir dengan perdebatan.

Sebuah perdebatan akan menjadi berbahaya jika tidak di tanggapi dengan kepala dingin dan rasa lapang di antara keduanya. Jika perdebatan di lakukan dengan rasa emosi, tentu perdebatan tersebut dapat berubah menjadi konflik dan dapat mengganggu keseimbangan rumah tangga. Suami sebagai pemimpin rumah tangga hendaknya mengalah, dan berhenti berbicara ketika terjadi perdebatan. Di dalam Agama Islam, perdebatan adalah sebuah hal yang di larang untuk di lakukan, karena dapat membuat konflik yang mengganggu hubungan rumah tangga. Islam hanya memperbolehkan adanya diskusi sehat antara suami dan istri yang tidak di bumbui dengan rasa emosi.

 

  1. Memeberi Nafkah Dan Mencukupi Kebutuhan Istri

Pada dasarnya, suami adalah seorang kepala dan pemimpin rumah tangga yang memiliki tanggung jawab penuh dalam segala aspek dalam keluarga, apalagi dalam aspek nafkah. Umumnya, tugas seorang suami adalah mencari nafkah dan memberi nafkah tersebut lahir dan batin kepada istri untuk memnuhi kebutuhanya.

Sebagai istri, bagaiamanapun juga memiliki hak untuk di beri kebahagiaan dari sang suami. maka dalam hal ini, suami tidak di perbolehkan untuk bersifat bakhil padasang istri. Karena sifat bakhil dapat menggangu hubungan rumah tangga. Suami yang baik adalah suami yang dapat membahagiakan istri dengan memunuhi kebutuhan lahir dan batin sehingga istri memiliki rasa syukur karena memiliki suami yang dapat membahagiakannya.

 

  1. Memuliakan Keluarga Istri

Laki-laki dan wanita yang telah melangsungkan pernikahan maka secara tidak langsung, mereka telah menghubungkan keluarga-keluarga mereka menjadi satu hubungan keluarga. Oleh sebab itu seorang suami memiliki tanggung jawab untuk memuliakan keluarga sang istri yang kini ia sudah menjadi bagian dari keluarga tersebut.

Wajib bagi seorang suami untuk memuliakan keluarga sang istri sebagaimana ia memuliakan keluarganya sendiri. Jika sikap tersebut tidak di tanamkan pada suami, bukan tidak mungkin hal tersebut dapat melukai hati sang istri. Sebab jika suami dapat memuliakan keluarga sang istri, bukan tidak mungkin istri akan melakukan hal yang sama terhadap keluarga sang suami.

 

  1. Memberi Janji Yang Baik

Meberikan janji yang baik kepada istri juga merupakan hal yang baik untuk membuat istri bahagia. Suami juga dapat memberi janji yang baik sebagai pendorong istri untuk melakukan sesuatu  dan membiasakan sesuatu hal yang baik sebagai seorang istri dalam hubungan rumah tangga.

Suami tidak di perkennakan untuk memberi janji buruk berupa ancaman-ancaman kepada sang istri. Sebab dengan janji yang berupa ancaman-ancaman kepada istri dapat membuat istri menjadi ketakutan yang akan membuat hubungan keluara tidak baik. Sebaiknya, jika memberikan janji pada istri hendaknya melihat pada situasi dan kondisi, serta kemampuan dan resiko dari janji yang akan di buat tersebut.

 

  1. Selalu Mununjukkan Rasa Semangat Terhadap Istri

Seorang suami harus selalu meiliki sifat semangat dalam menjalani hubungan rumah tangga. Entah dalam mencari nafkah untuk sang istri atau dalam interaksi yang lebih intim dengan sang istri. sebab rasa semangat dan gairah merupakan unsur yang penting dan harus ada sebagai dasar terciptanya kebahagiaan dalam rumah tangga.

Sebab jika suami tidak memiliki rasa semangat dan tidak menunjukkan gairahnya, dapat membuat istri berfikir macam-macam dan membuatnya menjadi sedih. Dengan adanya semangat dan gairah dari suami, dapat membuat suasana rumah tang lebih hidup dan menjadikan hubungan antara suami dan istri menjadi lebih harmonis.

Seorang suami adalah seorang kepala dan pemimpin keluarga. Namun itu tidak membuat sang suami menjadi semena-mena kepada sang istri. Di dalam rumah tangga, suami memiliki tanggung jawb penuh untuk membahagiakan dan mencukupi kebutuhan sang istri lahir dan batin. Dan istri juga memiliki peran untuk melayani dan mengabdi sepenuhnya kepada sang suami. Dengan adanya peran dan tanggung jawab antara keduanya, maka akan membuat rumah tangga berjalan dengan adil. Seorang suami memiliki adab-adab yang harus ia tekankan dalam menjalani hubungan rumah tangga sebagaimana nasihat Imam Ghazali di atas.

Demikian pembahasan Kawan Mama mengenai adab seorang suami kepada sang istri. Seorang suami memiliki tanggung jawab untuk membahagiaakan sang istri, oleh sebab itu suami juga perlu untuk menekankan adab-adab tersebut dalam menjalani rumah tangga bersama sang istri. Dengan begitu istri akan merasa bahagia dan senang karena telah menikahi suami yang baik dan amanah.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • jateng.nu
  • hidayatuna
Istri Wajib Tahu | Hak Suami Atas Istri

Istri Wajib Tahu | Hak Suami Atas Istri

Hak-Hak Suami Atas Istri Dalam Agama Islam

Hak Seorang Suami

 

Hallo Kawan Mama,

Sebagai pasangan suami dan istri, tentu mengaharapkan agar rumah tanggany dapat berjalan dengan lancar dan penuh dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tersebut pastilah tidak terlepas dari peran sebagai suami dan istri dalam menjalankan hak dak kewajiban di antara keduanya. Dengan adanya tanggung jawab yang di penuhi atas hak dan kewajiban oleh suami dan istri, tentu dapat membuat hubungan rumah tangga menjadi seimbang dan harmonis.

Di kala menjalani sebuah hubungan rumah tangga, tidak jarang bagi suami dan istri mengalami pasang surut dalam hubungan atara keduanya. Kadang yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya salah satu hak di antara suami dan istri. Sehingga berdampak pada hubungan rumah tangga yang renggang. Di satu sisi, selain memiliki kewajiban kepada istri, suami juga memiliki hak atas pasangannya, yaitu istrinya. Kedua hal tersebut harus berjalan dengan beriringan agar tidak terjadi hal yang dapat mengganggu hubungan rumah tangga.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda.

“Sebaik-baiknya wanita adalah yang menyenangkan ketika suami melihatnya, mentaatinya ketika suami memerintahkannya, dan tidak berbuat sesuatu yang di benci suami pada diri dan hartanya.” (H.R Ahmad)

Dari hadits tersebut, kita dapat mengetahui bahwa selain tugas suami untuk melaksanakan kewajibannya pada istri, suami juga memiliki hak terhadap sang istri. Nah pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas tentang hak-hak suami terhadap istri. berikut adalah penjelasannya.

Hak-Hak Suami terhadap istri

  1. Di Patuhi Dan Di Taati Oleh Sang Istri

Taat dan patuh terhadap perintah suami merupakan sebuah kewajiban yang harus di laksanakan oleh istri. kecuali apabila perintah tersebut melanggar syari’at dan tidak sesuai dengan hati anurani dan kemampuan sang istri. dalam hal tersebut, istri di perbolehkan untuk menolaknya dengan cara yang halus dan baik dan di perbolehkan bagi istri untuk memberi saran dan alternatif lain. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

“tidak ada ketaatan kepada mahluk dalam perkara maksiat kepada Allah.” (H.R Muslim dan Bukhari),

“hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang makruf.” (H.R Ahmad)

Seorang suami memiliki hak untuk di patuhi dan di taati oleh sang istri. dengan adanya rasa taat dan patuh membuat suami mengerti bagaimana kebaktian istri pada suami. Syekh Sayyid Nada berpendapat bahwa, “Sesungguhnya suami merupakan orang yang berhak atas istrinya. Karena suami merupakan surga dan neraka bagi istrinya.”

Patuh dan taat pada suami merupakan sebuah kewajiban dan hak sebagai seorang suami atas sang istri. Patuh dan taat pada suami dan sikap suami kepada istri yang tidak patuh dan taat telah di perintahkan oleh Allah Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“dan para istri yang kalian khawatirkan (kalian ketahui dan yakini) nusyuznya, hendaklah kalian menasihati mereka, meniggalkan mereka di tempat tidur dan memukul mereka. Kemudian ijka mereka mentaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (Q.S An-Nisa : 34)

  1. Istri Tidak Berkenan Untuk Menerima Tamu Dan Memasukknya Kedalam Rumah

Hak suami atas istri berikutnya adalah untuk istri agar tidak menerima tamu yang bukan mahramnya dan memasukknay kedalam rumah. Ketika istri menerima tamu dan memasukkan tamu apalagi yang bukan mahramnya kedalam rumah, maka secara tidak langsung istri telah menghianti kepercayaan yang telah di berikan oleh suami kepadanya. Rasulullah SAW bersabda,

“Seorang istri tidak boleh mengizinkan seseorang masuk keruah suaminya kecuali atas izin dari suaminya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah riwayat, oleh Amr Ibnu Ahwash r.a, rasulullah SAW bersabda.

“ketahuilah, kalian memiliki hak yang harus di tunaikan oleh istri-istri kalian. Mereka pun memiliki hak yang harus kalian tunaikan. Hak kalian yang harus mereka tunaikan adalah mereka tidak boleh membiarkan orang yang kalian tidak sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Adapun hak mereka yang harus kalian tunaikan ialah berbuat baik kepada mereka dalam hal pakaian dan makanan mereka.” (H.R At-Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

  1. Istri Tidak Di Perbolehkan Melakukan Puasa Sunnah Tanpa Seizin Dari Suaminya

Dalam melaksanakan ibadah wajib istri tidak perlu untuk meminta izin dari suami untuk melakuknya, namun lain cerita dengan ibadah Sunnah. Karena ibadah wajib merupakan ibadah yang harus di kerjakan bagi umat muslim yang mampu dan tidak memiliki udzur syar’i. sedangkan dalam ibadah sunnah, di wajibkan bagi seorang istri untuk meminta dan mendapat izin dari sang suami ketika hendak melaksanakan ibadah puasa Sunnah. Rasulullah SAW bersabda.

“seorang istri tidak boleh berpuasa(Sunnah) sementara suaminya ada di tempat, kecuali dengan izin suaminya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Alasan dari pelarangan istri untuk melakukan ibadah puasa sunnah, di kerenakan istri mempunyai kewajiban untuk menghormati dan melayani suami dengan sepenuhnya. Bahkan dalam sebuah riwayat mengatakan bahwa ketika istri tengah puasa sunnah dan suami mengajaknya untuk berhubungan badan, maka istri haru segera meninggalkan puasa sunnahnya lalu segera melayani suami. Sebab, bagaimanapun juga kewajiban adalah hal yang harus di nomor satukan dan di laksanakan terlebih dahulu daripada perkara yang sunnah.

  1. Istri Tidak Di Perbolehkan Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Agama Islam sangat memperhatikan umatnya (terutama bagi kaum wanita) dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri. Islam melarang seorang istri yang ingin keluar ramah tanpa adanya izin dari suami. sekalipun ketika istri hendak mengunjungi rumah orang tuanya dan bahkan pergi ke masjid untuk sholat sekalipun, seorang istri tidak di perbolehkan (tanpa adanya izin dari suami). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 33, yang artinya.

“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu”. (Q.S Al-Ahzab : 33)

Dalam sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa, istri tidak boleh keluar dan pergi dari rumah suami tanpa adanya izn dari sang suami, meskipun hanya untuk menjenguk orang tua yang sakit bahkan meninggal sekalipun. Sebab ketika wanita telah melaksanakan pernikhan, maka seketika itu juga suami menjadi prioritas yang harus selalu di kedepankan dan menjadi kewajiban seorang istri untuk mengabdi pada suaminya.

  1. Di Layani Oleh Istri

Dalam sebuah rumah tangga, istri memiliki kewajiban yang menjadi hak bagi suami berupa pelayan dengan sebaik-baiknya. Tentunya dalam melayani suami, istri juga memiliki batasan-batasan untuk menjalankan kewajibannya dalam melayani suami. Hal ini juga berlaku dalam keseharian suami, ketika suami tidak dapat memenuhi tugasnya dengan sebagaimana mestinya di situlah peran istri untuk membantu sang suami.

Seorang suami memiliki hak untuk di layani oleh istri secara lahir dan batin dengan ketentuan bahwa suami juga telah menjalankan kewajiban dan telah memenuhi hak dari sang istri. Apabila suami belum menjalankan kewajibannya dan belum memenuhi hak istri maka istri dapat mengingatkan suami untuk segera melaksanakan kewajiban dan memenuhi hak istri.

  1. Di Jaga Kehormatanya Oleh Istri

Selain itu, istri juga memiliki kewajiban yang menjadi hak dari suami untuk selalu di jaga kehormatan dengan baik, serta menjaga aib keluarga agar tidak terumbar ke muka umum. Dengan aib yang tetap tersimpan dan terjaganya kehormatan maka akan membuat keluarga tersebut bahagia. Pada dasarnya suami dan istri memiliki kewajiban untuk menjaga kehormatan di antara keduanya. Dengan begitu, hubungan dalam berumah tangga akan menjadi seimbang karena peran yang telah di jalankan dengan sebaik-baiknya.

  1. Mendapat Cinta Dan Kasih Sayang Dari Sang Istri

Dalam hubungan rumah tangga, rasa cinta dan kasih sayang merupakan hal yang harus di berikan dan di tunjukkan seorang istri kepada suami. Dengan begitu dapat berimbas balik berupa suami yang akan lebih menunjukkan cinta kasihnya dengan caranya sendiri. Cinta kasih yang di tunujukkan seorang istri dapat membuat suami menjadi lebih semangat dalam mencari nafkah dan bersyukur karena memiliki suami dengan sifat tersebut.

Dalam menunjukkan cinta kasihnya, istri dapat memberikan perhatian dan pelayanan kepada suami dengan sebaik-baiknya, dan menerima dengan senang ajakan suami ketika hendak mengajaknya untuk melakukan hubungan badan. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW,

“apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur, namun ia menolak untuk datang, hingga membuat suami menjadi marah sepanjang malam, maka niscaya para malaikat Allah akan melaknatnya hingga datang waktu paggi”. (H.R Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

Dengan melangsungkan pernikahan berarti seorang suami dan istri telah berkomitmen untuk memulai kehidupan baru mereka. Dalam kehidupan baru yang mereka jalani sebagai suami dan istri, tentu mereka juga akan mendapat tanggung jawab dan kewajiban serta hak di antara keduanya yang harus di tunaikan dengan baik. Sebab ketika telah berumah tangga, suami dan istri memiliki peran baru untuk menjalankan rumah tangganya agar dapat berjalan dengan semestinya. Dari penjelasan di atas, suami memiliki ha katas istri sebagai pasangan sekaliguas kepala rumah tangga dan imam keluarga. Hak-hak tersebut merupakan kewajiban bagi istri untuk menunaikanya dengan sebaik-baiknya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama Mengenai hak-hak seorang suami atas istri. Sebuah rumah tangga dapat berjalan dengan baik dan awet serta bahagia karena terdapat keseimbangan antara suami dan istri dalam melaksanakan hak dan kewajiban di antara keduanya dengan sebaik-baiknya.

Semoga dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • Asysyariah
  • Almanhaj
  • Republika