Hallo Kawan Mama, Penyakit mata koonjungtivitis atau mata merah adalah jenis penyakit yang terjadi pada mata dan seringkali di alami oleh kabnayakan orang. Umumnya penyakit ini datang dan menyerang mata akibat adanya bakteri dan virus yang berkembang dan menginfeksi mata. Konjungtivitis sendiri terbagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah konungtivitis viral yang umum di alami kebanyakan orang. Karenanya perlu untuk di kenali kondisi di mana mata mengalami kondisi konjungtivitis viral.
Mata yang mengalami Konjungtivitis sendiri pada dasarnya merupakan proses terjadinya peradangan atau inflamasi pada konjungtiva. Konjungtiva merupakan membran mukosa tembus pandang atau selaput bening yang menutupi bagian putih pada permukaan mata. Peradangan dan inflamasi pada konjungtiva ini akan membuat pembuluh darah pada konjungtiva menjadi membesar atau melebar. Kondisi ini akan menyababkan beberapa gejala, seperti mata yang memerah, mata berair, pembengkakan, panas seperti terbakar, hingga rasa perih dan nyeri di mata.
Konjungtivitis atau biasa di kenal dengan mata merah atau pinkeye ini umumnya kondisi mata yang mengalami konjungtivitis ini lebih banyak di alami oleh usia anak-anak. Namun mata yang mengalami kondisi konjungtivitis juga dapat terjadi pada orang dewasa hingga lansia. Lantas bagiaman dengan kondisi konjungtivitis viral itu sendiri? Berikut ini Kawan Mama akan telah merangkum beberapa informasi terkait konjungtivitis viral. Simak penjelasanya sebagai berikut.
Konjuntivtisi Viral
Konjuntivitis viral pada dasarnya merupakan penyakit mata yang peling umum dan seringkali di jumpai di masyarakat dan pasien klinik sehari-hari. Umumnya, pada orang dewasa, di temukan kasus hingga 80% konjungtivitis viral akut di sebabkan oleh adanya virus yang menginfeksi. Kondisi ini, umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, konjungtivitis viral juga tidak akan menyababkan ketajaman penglihatan menjadi menurun sehingga dapat di tatalaksana dengan pelayanan kesehatan primer.
Meskipun demikian terdapat kasus yang dapat mengancam penglihatan sehingga perlu adanya penanganan medis atau bahkan di rujuk kerumah sakit dan di atasi oleh dokter untuk penanganan yang lebih lanjut. Jenis konjungtivitis viral juga terkenal sangat mudah menular sehingga pasien perlu mendapat edukasi agar tidak menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya.
Etiologi Konjungtivitis Viral
Umumnya konjungtivitis viral akut ini sering kali di sebabkan oleh adanya virus yang berkembang dan menginfeksi mata. Virus yang menginfeksi cenderung terjadi pada konjungtiva seperti halnya dengan pharyngoconjunctival fever. Sedangkan jenis virus lainya lebih sering terjadi dan menginfeksi korena mata. Seperti virus herpes simpleks. Konjungtivitis virus sendiri meliputi adenovirus, herpes simpleks, herpes-zooster, pox virus, miksovirus, paramiksovirus, dan arbovirus.
Diagnosis Konjungtivis Viral
Gejala klinis konjungtivitis umumnya dapat menyerupai penyakit mata lain sehingga penting untuk membedakan konjungtivitis dengan penyakit lain yang juga dapat menganggu fungsi penglihatan. Untuk mengetahui kondisi ini dengan lebih lanjut di perlukan anamnesis dan pemeriksan mata yang teliti untuk menentukan tatalaksana gangguan mata yang mengalami konjungtivitis. Infeksi virus awalnya akan menyerang satu mata dan akan menular ke mata lainya.
Setelah kesua mata mengalami infeksi virus, beberapa hari kemudian biasanya akan muncul pembesaran pada kelenjar imfe dan edema palpebra. Ketajaman penglihatan akan menjadi terganggu akibat mata yang mengalami secret. Jenis secret mata dan gejala ocular dapat memberi petunjuk dari penyabab konjungtivitis. Secret mata yang berair merupakan ciri dari konjungtivitis viral. Sedangkan secret mata kental yang berwarna kuning kehijauan umumnya di sebabkan oleh bakteri.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu diagnosis konjungtivitis viral memiliki sensitivitas 89% hingga 94% untuk adenovirus. Tes tersebut akan mendeteksi virus penyebab konjungtivitis dan mencegah pemberian antibiotic yang tidak di perlukan. Meskipun demikian pemeriksaan laboratorium cenderung jarang di lakukan. Pendekatan algoritmik menggunakan riwayat penyakit dan pemeriksaan senderhana dengan penlight dan loupe dan mengarahkan diagnosis dan membantu memilih terapi.
Konjungtivitis Viral Akut
Konjungtivitis viral juga di tandai dengan dilatasi pembuluh darah konjungtiva dan superfisial sehingga timbul hiperemi dan edema konjungtiva, folikel, serta secret yang sifatnya berfariasi. Secret ini akan membantu mengidentifikasi penyebab konjungtivitis. Umumnya secret serosa di sebabkan oleh virus akut atau alergi akut dan secret mucoid di jumpai pada alergi kronik atau keraktokonjungtivitis sikka (dry eye syndrome).
Konjungtivitis virus akut sangat mudah untuk menular, terutama ketika melalui kontak dengan secret matau atau droplet saluran nafas. Infeksi bisa saja terjadi berupa sporadic atau epidemic di daerah dengan komunitas yang cenderung padat dan kondisi hygiene yang buruk.
Terapi Konjungtivitis Virus
Meskipun pada umumnya konjungtivitis jenis ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun dengan dengan beberapa langkah terapi dapat membentu mempercepat proses pemulihan. Dengan memberikan kompres air dingin serta air mata artifisial atau antihistamin topical akan bermanfaat untuk meredakan gejala yang muncul akibat konjungtivitis. Umumnya terapi antiviral tidak di perlukan selain pada konjungtivitis harpetik yaitu asiklovir oral 400 mg/hari.
Sedangkan untuk virus herpes simpleks, membutuhkan 800 mg/hari untuk herpes zoster selama 7 sampai 10 hari. Selain itu, cara menggunakan obat tetes mata perlu untuk di perhatikan untuk mencegah risiko iritasi, serta jauhkan penggunaan antibiotic yang tidak di perlukan. Air mata buatan dan kompres air dingin serta deksametason 0,1% topical akan membantu mengurangi peradangan konjungtiva. Bila gejala belum reda hingga 7-10 hari maka sebaiknya periksakan mata pada dokter spesialis mata.
Pencegahan Konjungtivis Viral
Konjuntivitis virus terkanal sangat mudah menular pada orang lain hingga risiko transmisi mencapai 10-15%. Virus akan dengan mudah menyebar melalui jari tangan yang tercemar, peralatan medis, air kolam renang, atau bahkan barang-barang milik pribadi. Masa inkubasi do perkirakan 5-12 hari dan menular hingga 10-14 hari. Pada 95% kasus aktivitas replikasi virus terlihat sepuluh hari setelah gejala timbul dan hanya 5% kasus yang tampak pada hari ke 16 setalah gejala muncul.
Berdasarkan tingginya angka penularan kondisi ini, tentunya memerlukan adanya pembiasaan untuk mencuci tangan, desinfeksi peralatan medis dan isolasi bagi penderita kondisi ini. Pasien tidak di pernolehkan untuk bertukar barang dan menhindari kontak langsung atau tidak langsung dengan orang lain selama tidak kurang dari 2 minggu. Sedangkan cara pencegahan yang paling efektif adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, hindari bersentuhan dengan secret atau aur mata pasien, mencuci tangan setelah menyentuh mata pasien dan ketika sebelum atau sesuadh menggunakan obat tetes mata. Pasien juga di minta untuk menghindari menggunakan tetes mata botol yang telah di gunakan pasien konjungtivitis virus, menghindari penggunaan alat mandi dan bantal kepala yang sama. Selain itu, penggunaan kaca mata hiram dapat mengurangi fotofobia, namun tidak untuk penularan konjungtivitis.
Penutup
Konjungtivitia viral merupakan penyakit mata yang membuat mata memerah yang sangat mudah di jumpai di mana saja. Gejala dari kondisi ini terbilang cukup ringan di mana tidak akan berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan dan akan sembuh dengan sendirinya atau dengan tatalaksana pelayanan kesehatan primer. Meskipun demikian pemberian kompres air dingin atau air mata buatan akan membuat reda pada gejala yang muncul. Namun ada beberapa kasus di mana kondisi ini dapat mengancam penglihatan sehingga membuat pasien perlu untuk di rujuk kerumah sakit dan mendapatkan penganganan dari dokter spesialis mata.
Demikian pejelasan dari Kawan Mama menganai kondisi konjungtivitis viral. Kondisi ini cenderung sangat mudah untuk menular pada orang lain baik dengan kontak langsung ataupun tidak. Karenanya perlunadanya edukasi untuk mengurangi kontak dengan orang lain agar kondisi ini tidak menyebar.
Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .
Sumber :