Hak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam

Hak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam

Hak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam

Hak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Di dalam Agama Islam, orang tua memiliki peran yang penting yang harus ia laksanakan agar hubungan keluarga yang ia jalani dapat berjalan dengan semestinya. Di antaranya adalah, kewajiban orang tua untuk meberikan nafkah lahir dan batin kepada anggota keluarga lainya, tak terkecuali dengan anak. jelas dalam sebuah keluarga, orang tua merupakan pemimpin dan pelindung bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, demi berlangsungnya hubungan rumah tangga yang ia jalani, maka orang tua wajib untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

Agama Islam adalah Agama yang menjadikan seorang anak sebagai bahan perhatian yang besar untuk di cermati. Dan begitu pula telah di sebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits yang membahas mengenai  anak sampai berkali-kali. Oleh karena itu, seoran anak memiliki peran dan kedudukan yang penting, serta fungsinya untuk orng tuanya sendiri,  masyarkat, bangsa dan agama yang tidak boleh di sepelekan. Dan setiap anggota dari keluarga memiliki hak dan kewajiban yang harus ia penuhi terhadap anggota keluarga yang lain. Termasuk juga dengan hak seorang anak.

Pada hakikatnya, anak adalah pemberian dari Allah SWT kepada pasangan suami istri sebagai titipan dan menjadi pelengkap sebuah keluarga. Dan tidak ada unsur kepemilikan sedikitpun dari orang tua terhadap anaknya. Namun, wajib bagi orang tua untuk memberikan kehidupan yang layak, memberi kasih sayang, menafkahi, mendidik dan merawatnya dengan baik, serta memenuhi hak-hak dari anaknya tersebut. Dalam sebuah keluarga, suami dan istri memiliki kewajiban dan hak yang harus di penuhi di antara keduanya dan hal itu juga berlaku pada anaknya. Wajib bagi orang tua untuk memenuhi hak seorang anak dengan sebaik-baiknya.

Sebab di hari akhir nanti, orang tua akan di hadapkan dengan pertanggungjawaban terhadap tugas dan kewajibannya terhadap keluarga yang ia pimpin. Hal ini menjadi penting bagi orang tua untuk mengetahui hak-hak anak yang harus di penuhi oleh kedua orang tuanya. Nah, pada tulisan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai hak-hak seorang anak terhadap orang tuanya dalam Islam. Berikut pembahasannya,

Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua Yang Harus Di Penuhi

  1. Hak UntuK Mendapat Cinta Kasih

Di dalam hubungan sebuah keluarga, tentu perlu adanya rasah cintah kasih dari seorang suami dan istri agar keluarga hubungan keluarga yang ia jalani tetap berjalan dengan langgeng. Hal ini berlaku juga dengan sang anak. Seorang anak tentu wajib untuk di berikan cinta kasih dari kedua orang tuanya. Dan pada fitrahnya, orang tua pasti akan menyayangi dan memberikan cinta kasihnya kepada sang anak. Namun Islam tetap memrintahkan bagi orang tua agar selalu menunjukan cint kasihnya kepada anaknya.

Dengan begitu, sang anak tentu akan merasa di sayangi dan menjadi bagian dari keluarga yang ia jalani. Dan tentu setiap dari anak-anak mempunyai hak untuk di berikan cinta kasih dari orang tuanya, sehingga keluarga yang di isi dengan cinta kasih antara anggota keluarga akan berjalan dengan semestinya. Penting untuk di ketahui, orang tua yang tidak menelantarkan anaknya adalah orang yang di akan di laknat oleh Allah SWT.

  1. Hak Untuk Hidup

Dalam Agama Islam kelangsungan hidup seseorang merupakan hal yang penting untuk di perhatikan, apalagi jika menyangkut tentang anak-anak. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang seorang anak adalah tanggung jawab bagi orang tua kepada anak-anaknya yang harus ia penuhi. Dengan begitu, maka orang tua telah menunaikan tanggung jawabnya dan memenuhi hak dari anak-anaknya. Karena bagaimanapun anak adalah sumber rizki dari orang tua dan menjadi pelengkap kebahagiaan dalam sebuah keluarga. Dan jika anak dapat hidup dan tumbuh kembang dengan baik itu juga akan menjadi kebahagiaan bagi orang tuanya.

Dan barang siapa sebagai orang tua menelantarkan anaknya, dan tidak memenuhi tanggung jawab dan hak dari anak-anaknya, maka ia di anggap sudah melakukan perbuatan dosa besar dan akan di laknat oleh Allah SWT. Sebagimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 151, yang artinya.

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu, karena takut kemiskinan. Kami akan memeberi rizki kepadamu  dan kepada mereka.” (Q.S Al-An’am : 151)

  1. Hak Mendapat Nafkah

Kewajiban sebagai orang tua salah satunya adalah untuk mencari nafkah dan memberikannya kepada anggota keluarga yang lain. Dan hak seorang anak adalah untuk mendapatkan nafkah dari orang tuanya. Bahkan di katakana bahwa seorang anak mempunyai hak untuk di nafkahi oleh orang tua sampai sang anak dapat mencari nafkahnya sendiri. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 233, yang artinya.

“para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (Q.S Al-Baqarah : 233)

  1. Hak Mendapat Perlindungan Dan Penjagaan Dari Api Neraka

Di dalam sebuah keluraga, setiap anak memilik hak terhdap orang tuanya agar di jaga dan di lindungi dari api neraka. Artinya, orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik dan membimbing serta mengajarkan ilmu Agama pada sang anak dengan sebaik-baiknya. Dengan bimbingan tentang ilmu Agama pada anak sejak usia dini, dapat membuat anak tidak asing terhadap keyakinan dari orang tuanya. Dan membuat sang anak dapat mengaplikasikan nilai-nilai agama yang telah di ajarkan yang akan menjauhkannya dari siksa api neraka.

Sebagaimana telah di perintahkan Allah SWT kepada para orang tua untuk menjaga keluarga dari api neraka. Allah berfirmn dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim yat 6, yang artinya.

“wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” (Q.S At-Tahrim : 6)

  1. Hak Mendapatkan Keadilan

Pada dasarnya setiap anak lahir dan tumbuh dengan karakter dna keunikannya masing-masing. Namun itu tidak bisa manjadi alasan bagi orang tua untuk mebeda-bdedakan danberbuat tidak adil kepada sang anak. Seorang anak, sedari lahir mempunyai hak untuk di perlakukan adil oleh orang tuanya. Maksud daan tujuan sikap adil adri orang tua untuk menciptakan suasana rukun antar anggota keluarga. Sehingga tidak ada kesenjangan dan rasa iri antar anggota keluarga karena mendapat porsi dan rasa adil yang berbeda. Dan yang membedakan seorang anak hanya keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13, yang artinya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Q.S Al-Hujurat : 13)

  1. Hak Mendapat Pendidikan

Setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari orang tuanya, khususnya di bidang agama. Karena bidang agama adalah bekal bagi anak untuk hidup di dunia yang akan membimbing anak menuju jalan yang benar. Kewajiban orang tua, selai memberi nafkah berupa pangan, pakaian dan tempat tinggal, orang tua juga wajib untuk memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan begitu anak juga akan mendapat bekal untuk berbakti dan mendoakan orang tua dan terhindar dari api neraka. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surta At-Tahrim ayat 6, yang artinya.

““wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” (Q.S At-Tahrim : 6)

  1. Hak Untuk Di Nikahkan

Selayaknya seorang manusia, kelak anak yang tadinya bayi kemudian tumbuh dewasa juga akan menghadapi kondisi dan masa sebagaimana orang dewasa pada umumnya, salah satunya adalah menikah. Dan sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menikahkan anaknya bila sudah sampai pada masanya. Karena hal itu juga merupakan sebuah hak dari anak yang harus du penuhi oleh orang tuanya.

Sebagaimana pada umumnya, orang tua pasti mengharapkan agar anaknya mendapat pasangan yang baik dan dapat menuntun sang anak menuju jalan yang benar. Oleh karena itu banya orang tua yang sangat hati-hati dan cenderung memilih dengan ketat. Namun kewajiban orang tua hanya menikahkan anak dan memberinya saran dalam memilih pasangan. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda,

“Hak anak antara lain, di berikan nama yang baik ketika lahir, di ajarkan Al-Qur’an ketika sudah berakal (tamyiz), dan menikahkannya ketika sudah menemukan.” (H.R Abu Hurairrah)

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya agar dapat hidup  dan tumbuh kembang dengan baik dan menjadi anak dengan pribadi yang shalih. Dan Agama Islam secara tegas memerintahkan kepada orang tua untuk menunaikan kewajibannya kepada sang anak dan memenuhi apa yang menjadi hak dari sang anak. karena pada hari akhir nanti, orang tua akan di hadapkan dengan petanyaan mengenai tanggung jawabnya terhadap keluarga yang ia pimpin dan tugas dan kewajiban serta hak yang seharusnya telah ia tunaikan. Dengan menunaikan hal-hal tersebut tentu dapat membuat ia melawati hisab dengan lancar karena dorongan dari doa anak yang telah ia ajari ilmu agama semasa ia hidup.

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak-hak seorang anak terhadap orang tuanya. Dengan memenuhi hak sang anak tentu akan mengantarkan sang anak menuju surga Allah SWT.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • Harakah
  • Haibunda
Istri Wajib Tahu !! Dosa Istri Terhadap Suami

Istri Wajib Tahu !! Dosa Istri Terhadap Suami

Dosa Istri Terhadap Suami Menurut Agama Islam

Dosa Seorang Istri Kepada Suami

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan tentu menjadi cita-cita dari setiap wanita pada umumnya. Dalam Agama Islam, menikah adalah sesuatu hal yang termasuk ibadah dan di anjurkan bagi setiap msulim untuk melaksanakanya. Islam juga telah mengatur mengenai tugas dan tanggung jawab bagi suami dan istri untuk menunaikan kewajibannya. Sehingga hubungan suami istri akan menjadi seimbang karena adanya tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak.

Laki-laki yang memainkan peran sebagai suami, tentu mempunyai peran yang sangat penting dalam rumah tangga. Sebab, setiap laki-laki yang telah menikah dan menjadi suami amaka ia juga akan menjadi imam bagi istrinya, serta menjadi kepala dan pemimpin keluarga yang mempunyai tanggung jawab penuh pada keluarga yang ia pimpin. Suami bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada istri, menafkahi istri, mengajari istri ilmu agama dan hal-hal penting lainya yang perlu di perhatikan sedemikian rupa.

Sementara itu, wanita sebagai istri juga mempunyai peran yang tak kalah penting. Meskipun kedudukan anatara suami dan istri berbeda, namun istri juga memiliki peranyang penting dalam rumah tangga. Istri memiliki peran untuk mengabdikan sepenuhnya atas dirinya lahir dan batin hanya untuk sang suami semata. Sebab ridho seorang suami adalah ridho Allah SWT, dan apabila istri tidak mendapat ridho dari suami, maka tidak ada surge baginya.

Pada kesempatan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai prilaku yang dapat menjadi dosa seorang istri kepada suami. sebagai istri, hendaknya selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan tingkah lakunya kepada sang suami. Sebab beberapa hal akan menjadi dosa beagi seorang istri kepada suaminya. Pasalnya, perbuatan perbuatan yang tidak pantas yang di lakukan seorang istri dapat menghantarkanya menjadi durhaka dan berakhir dengan api neraka. Latas apa saja perbuatan-perbuatan istri yang dapat menjadi dosa kepada suami?, sebagai berikut.

Hal-hal Yang Dapat Menjadi Dosa Seorang Istri Kepada Suami

  1. Menentang perintah suami

Seorang suami adalah seorang imam sekaligus pemimipin dan kepala keluarga. Oleh karena itu, wajib bagi seorang istri untuk taat dan menuruti perintah dari sang suami. Sebab sudah menjadi kewajiban bagi istri untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk sang suami secara lahir dan batin.  Istri harus menuruti perkatataan suami yang mengandung perintah atau larangan kepada dirinya selagi tidak bertentangan dengan syariat yang berlaku. Seperti yang telah di jelaskan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“tidaklah seorang perempuan menunaikan hak tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya.” (H.R Ibnu Majjah dan Ahmad)

  1. Menolak ajakan suami (melakukan jimak)

Tujuan dari terjalinya sebuah ikatan pernikahan selain membengun sebuah keluarga, juag bertujuan untuk mendapat keturunan sebagai penerus keluarga dan umat beragama. Dengan melangsungkan pernikahan, maka seketika itu juga laki-laki dan wanita telah resmi menjadi pasangan suami dan istri yang di halalkan bagi mereka untuk melakukan jimak (hubungan badan).

Wajib bagi seorang istri untuk menuruti ajak suami ketika ia hendak mengajaknya berhubungan badan. Istri yang menolak ajakan suami, berarti seketika itu juga ia telah membuka pintu laknat dari Allah SWT kepadanya. Sebagiamana tekah di jelaskan oleh Raulullah SAW, beliau bersabda.

“apabila laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia (istri) menolak untuk datang lalu laki-laki itu (suami) tidur semalam dengan keadaan marah kepadanya, maka ia akan di  laknat oleh malaikat sampai waktu subuh.” (H.R Bukhari, Muslim dan Ahmad)

  1. Meminta sesuatu yang memberatkan suami

Keistimewaan dari seorang istri adalah berhak mendapat dan wajib di bahagiakan oleh sang suami. Namun hal ini bukan menjadi alasan bagi sang istri untuk meminta sesuatu hal yang dapat memberatkan suami. pada dasarnya, tugas seorang suami salah satunya adalah untuk mencari nafkah yang halal, kemudian Allah telah menentukan baginya sedikit banyak rizki yang ia dapatkan.

Sikap seorang istri yang baik adalah berdo’a agar di limpahkan rizki sang suami dan menerima setiap pemberian suami serta mensukuri setiap yang ia peroleh. Haram bagi seorang istri untuk meminta sesuatu hal yang dapat memberatkan sang suami dalam mewujudkan permintaan istri. dengan menerima dan mensyukuri setiap rizki yang di peroleh, niscaya Allah akan melimpahkan dan melipatgandakan rizki kepada keluarga tersebut.

  1. Abai Terhadap Wewenang Suami Sebagai Imam Dan Pemimpin Keluarga

Seorang suami adalah seorang imam dan pemimpin dari suabuah rumah tangga yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Oleh karena itu, wajib bagi seorang istri untuk taat dan menuruti setiap perintah dari sang suami. Dengan catatan, peritah-perintah suami yang wajib di turuti oleh sang sitri adalahperintah-perintah yang sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat yang di sampaikan oleh Rasulullah SAW dan wajib bagi istri untuk menjalankannya. Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“Seandainya Suami Memerintahkan Suatu Pekerjaan Berupa Memindahkan Bukit Merah Ke Bukit Putih Atau Sebaliknya, Maka Tiada Pilihan Bagi Seorang Istri Selain Melaksanakan Perintah Suaminya.”

  1. Tidak Berhias Untuk Suami

Seorang istri di larang untuk menggunakan hiasan pada seluruh tubuhnya. Istri hanya di perbolehkan untuk berhias hanya untuk sang suami semata. Sebab ketika istri berhias bukan untuk suami maka ia telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Dengan berhiasnya seorang istri hanya untuk suaminya, maka itu akan menambah rasa cinta kasih sang suami kepada dirinya. Dengan begitu, selain istri akan menjadi lebih di sayang, istri juga akan mendapatkan ridho dari Allah karena telah melakukan keutamaannya sebagai seorang istri yang mengabdi kepada sang suami.

  1. Menjerumuskan Suami Kedalam Perbuatan Dosa

Tugas seorang istri adalah menagabdi dan mentaati perintah suami dengan sebaik-baiknya. Haram bagi seorang istri untuk meminta atau menyuruh suami melakukan sesuatu hal yang dapat membuat suami terjerumus kedalam perbuatan dosa. Istri yang baik dan shaihah adalah istri yang mengingatkan suami ketika suami lalai atau hendak melakukan perbuatan yang menjadikanya berdosa. Istri yang menjerumuskan suami untuk melakukan perbuatan dosa akan membawa mereka berdua (istri beserta suami) menuju kedalam api neraka.

  1. Mementingkan Kepentingan Lain Di Banding Dengan Suaminya

Setelah melangsungkan akad nikah, maka seketika istu juga seorang istri telah menjadi milik suami dan wajib bagi seorang istri untuk mengabdikan seluruh hidupnya, lahir dan batin untuk suami. istri juga tidak di perbolehkan mementingan kepentinganya dan orang lain di atas kepentingan sang suami. Seperti yang telah di jelaskan dalam sebuah riwayat hadits,

Dari Aisyah r.a berkata, saya bertanya kepada Rasulullah SAW. “siapakah orang yang memiliki hak paling besar terhadap seorang wanita?”, kemudian Rasul menjawab. “suaminya”, kemudian Aisyah bertanya, “siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang laki-laki?”. Rasul menjawab, “ibunya”. (H.R Bazaar dan Hakim)

Dari hadits tersebut dapat di simpulkan bahwa, seorang istri harus memntingkan kepentingan suaminya terlebih dahulu di tas kepentingan yang lain. Sekalipun itu kepentingan orang tua atau saudaranya sendiri. Istri dapat memenuhi kepentingan orang tua atau saudanya apabila telah mendapatkan izin dari sang suami. Sebab, ridho       suami adalah jalan menuju sutrga bagi seorang istri.

  1. Keluar Rumah Tanpa Seizing Suami

Pada umumnya dalam sebuah rumah tangga, suami mempunyai peran untuk pergi mencari nafkah untuk sang istri. Dan ketika suami pergi, kepala rumah tangga beralih menjadi tanggung jawab sang istri. dengan begitu, istri tidak di perbolekan keluar rumah tanpa seizing dari sang suami, sekalipun untuk menemui orang tuanya yag sedang sakit sekalipun. Jika istri melanggar dan pergi dari rumah tanpa seizing suami, maka seketika itu ia telah berbuat dosa dan mendurhakai sang suami. Rasulullah SAW bersabda,

“dua golongan shalatnya yang tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang. Dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali.” (H.R Hakim dan Ibnu Umar)

  1. Menerima Tamu Yang Bukan Mahram Atau Yang Di Benci Suami Dan Memasukanya Kedalam Rumah

Ketika suami tengah pergi keluar, istri seketika menjadi kepala rumah tangga yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap keluarganya. Haram bagi seorang istri untuk menerima tamu yang bukan mahramnya apa lagi sampai memasukkan kedalam rumah. Karena hak ini dapat menimbulkan terjaidnya perbuatan dosa dan fitnah. Istri juga tidak di perbolehkan menerima tamu seseorang yang tidak di sukai oleh suaminya apalagi sampai memasukkannya kedalam rumah. Sebab ketika suami tengah pergi keluar maka ia telah mempercayaka rumah tangganya kepada sang istri. Dan jika istri menerima tamu asing apalagi tamu yang tidak di sukai oleh suaminya, maka ia telah mendurhakai sang suami, maka tidak ada surge bagi istri tersebut.

  1. Tidak Merawat Suami Ketika Suami Sakit

Seperti yang telah di jelaskan di atas, tugas seorang istri adalah mengabdikan selauruh hidupnya lahir dan batin hanya untuk suami dan mengutamakan kepentingan suami di atas kepentingan lainya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi istri untuk merawat suami apabila mengalami kondisi sakit. Iastri juga tidak di perbolehkan pergi dari rumah ketika suami sedang sakit, sekalipun untuk menemui orang tuanya yang tengah sakit. Karena bagaimanapun suami adalah orang yang harus di dahulukan kepentingannaya.

  1. Melakukan Puasa Sunnah Tanpa Seizing Suami

Pada dasarnya, ibadah puasa sunnah di lakukan untuk semakin mendekatkan diri dan mendapat tambahan pahala dari Allah SWT. Namun ibadah puasa sunnah haram di lakukan bagi wanita yang telah memiliki suami dan tanpa izin dari sang suami. Sebab, seandainya suami mengajak istinya berhubungan badan, sedangkan istri sedang puasa maka itu dapat mengakibatkan suami menjadi kecewa dan marah. Kepentingan suami adalah hal yang harus di utamakan oleh sang istri di atas kepentingan lainya, sebab itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri.

Dimana sebuah kewajiban adalah hal yang harus di dahulukan di bandingkan dengan perkara-perkara sunnah. Rasulullah SAW bersabda,

“seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa seizinya.”(H.R Bukhari dan Muslim)

  1. Mematuhi Perintah Orang Lain Di Rumah Suami

Istri yang baik adalah istri yang taat dan patuh dengan perintah suami, dan patuh dengan suami juga merupakan sebuah kewajiban. Oleh sebab itu, di haramkan bagi seorang istri untuk mematuhi perintah orang lain selain suaminya di rumah sang suami. Satu-satunya yang harus ia patuhi perintahnya ialah perintah dari suaminya, dan ketik datang perintah bukan dari suami, sekalipun dari teman, kerabat atau keluarga, haram bagi seorang istri untuk mematuhi perintah tersebut di rumah suaminya.

Istri adalah seseorang yang wajib baginya untuk mengabdikan dirinya dengan sepenuhnya lahir dan batin hanya untuk suaminya. Taat dan patuh dengan suami merupakan kewajiban istri yang harus ia penuhi dalam berumah tangga. Beberapa poin di atas pantang di lakukan oleh istri kepada suaminya, sebab dapat permasalahan-permasalahan yang dapat mengganggu hubungan rumah tangganya dengan sang suami. Tentunya, Agama Islam membuat ketentuan-ketentuan tersebut adalah dengan tujuan untuk terjalinya rumah tangga yang bahagia dan terhindar dari perceraian.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hal-hal yang dapat menjadi Dosa seorang istri kepada suaminya. Penting bagi seorang istri untuk menghindari perkara-perkara tersebut untuk kebaikan rumah tangganya dengan sang suami. Dengan selalu taat dan patuh dengan suami dan mengedepankan kepentingan suami maka nisacaya istri akan mendapat ridho suami dan surge Allah SWT.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

 

Sumber :

  • Mediapakuan
  • Islamituindah
Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hak Seorang Istri Terhadap Suami

Hallo Kawan Mama,

Dalam membangun rumah tangga, suami dan istri memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak dan kewajiban terhadap keduanya. Pemenuhan tanggung jawab berupa hak dan tanggung jawab tersebut bertujuan agar terciptanya keseimbangan antara keduanya dalam menjalin sebuah hubungan rumah tangga. Tentunya tanggung jawab yang di laksanakan dengan sebaik-baiknya dapat membuat hubungan rumah tangga berjalan dengan lancar dan berlangsung dengan semestinya serta sesuai dengan harapan agar menghasilkan kebahagiaan.

Istri memilki tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibanya terhadap suami. Namun sebagai kepala rumah tangga, suami memiliki tanggung jawab untuk memenuhi hak dari sang istri. karena tidak terpenuhinya hak-hak dari sang istri akan membuat hubungan dalam rumah tangga menjadi renggang dan rentan akan ketidakharmonisan yang dapat menimbulkan resiko perceraian. Oleh sebab itu, wajib bagi suami untuk memenuhi hak-hak seorang istri.

Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 228, yang artinya.

“dan para waniat mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (Q.S Al-Baqarah : 228)

Dari ayat tersebut dapat di pahami bahwa para wanita (istri) memiliki hak-hak yang perlu di penuhi oleh sang suami dengan sebaik-baiknya.

Hak-Hak Seorang Istri

Rasulullah SAW dalam Haditsnya bersabda sebagai berikut, yang artinya.

“ketahuilah bahwa sesungguhnya kalian memiliki ha katas istri-istri kalian dan istri-istri kalian juga memiliki hak-hak atas kalian.”(H.R Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

Tentunya sebagai umat muslim yang baik dan taat, perlu untuk kita ikut meniru dan meneladi perkataan dan perilaku Rasul. Dengan begitu, kita akan termasuk kedalam golongan beliau sebagai umat yang taat atas perintah Allah. Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas tentang Hak-Hak seorang istri terhadap suami. Simak penjelasannya sebagai berikut.

  1. Di Perlakukan Dengan Baik Oleh Suami

Seorang istri tentu selain memiliki kewajiban yang harus ia laksanakan, ia juga memiliki hak-hak yang wajib di penuhi oleh suami, salah satunya adalah mendapat perlakuan baik dari suami. suami dapat menunujukkan oerlakuan baiknya dengan cara memnunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya melalui perhatian-perhatian kecil. Karena pastinya, seorang istri mengharapkan mendapat perlakuan baik dengan rasa cint serta kasih saying yang nyata dari pasangan hidupnya.

Hal ini sebagaimana telah di jelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda.

“orang mukmin yang paling sempurna ialah yang paling bagus ahlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.” (H.R At-Tirmidzi)

Hal ini juga di pertegas oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 19, yang artinya.

“dan bergaullah dengan mereka secara ma’ruf.” (Q.S An-Nisa : 19)

  1. Mendapat Maaf Dari Suami

Dalam berlangsungnya sebuah rumah tangga, terkadang ada yang tidak dapat melakukannya dengan sempurna yang akhirnya membuat kesalahan dan kehilafan. Tak terkecuali bagi seorang istri, istri kadang tidak dapat sepenihnya menjalankan kewajiban dan dapat mengabulkan perminataan suami atau melakukan kesalahan-kesalahan lain. Dalam hal ini, istri tentunya memiliki hak untuk mendapat maaf dari sang suami.

Suami yang mendapati istrinya tengah melakukan kesalahan dan kehilafan sebaiknya memberikan maaf pada istri. suami dapat menegur istri yang berbuat salah dan kemudian membingmbingnya agar sang istri tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Rasulullah SAW bersabda.

“berilah nasihat kepada perempuan (istri) dengan cara yang baik, karena sesungguhnya perempuan itu di ciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok adalah sesuatu yang terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak hendak meluruskannya (tanpa perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang jika kalian membiarkanya), maka ia akan tetap bengkok. Karena itulah beri nasihat kepada istri dengan baik.” (H.R Muttafaq’alaih)

“janganlah seorang mukmin membenci mukminah. Apabila ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk, pastilah ada perangai baik yang ia sukai.” (H.R Muslim)

  1. Mendapat Penjagaan Dari Suami

Seorang laki-laki ketika telah menikah, maka seketika itu juga ia telah menjadi kepala dan pemimpin serta imam bagi istri dan keluarganya. Oleh karena itu, seluruh hidup dari sang istri dan anak-anaknya merupakan tanggung jawb bagi sang suami. istri memiliki ha katas hidupnya untuk di jaga dengan baik oleh sang suami. menjaga dalam hal ini berarti, suami mempunyai kewajiban untuk menjaga kehormatan istri, menjaga hidup istri dengan layak dan menjaganya dari segala hal yang dapat merusak dan merugikan serta manjauhkan istri dari agamanya.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya.

“laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan di mintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya.” (H.R Bukhari)

seorang istri juga memiliki hak untuk di jaga aib dan keburukannya oleh sang suami. Sebab ketika telah menikah, seorang istri akan menyerahkan seluruh hidupnya kepada sang suami dengan sepenuhnya. Dan kepercayaan tersebut haruslah di jaga dengan amanah dan di pertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Dalam sebuah riwayat oleh Asma binti Yazid r.a, ia berkata,

“saat bersama Rasulullah SAW dan para sahabat laki-laki dan perempuan, kemudian beliau  bersabda : ‘apakah ada seorang laki-laki yang menceritakan apa yang telah ia lakukan kepada istrinya atau adakah seorang istri yang menceritakan apa yang telah ia lakukan dengan suaminya?’ semau terdiam. Kemudian Aku (Asma) berkata : ‘demi Allah wahai Rasulullah, sesunggihnya mereka semua telah melakukan hal tersebut,’ maka kemudian Rasulullah Saw bersabda : ‘janganlah kalian melakukannya, karena sesungguhnya yang demikian itu seperti syaitan yang bertemu syaitan perempuan, kemudian ia menggaulinya sedangkan manusia menyaksikanya.” (Aadaabuz zifaaf, hal.72)

  1. Mendapat Hak Untuk Berbicara

Istri memiliki kewajiban untuk diam ketika sang suami tengah berbicara, dan tidak di perbolehkan bagi istri untuk memotong pembicaraan sang suami. Namun di sisi lain istri mempunyai hak untuk berbicara pada suami dan mengutarakan pendapatnya. Dan di wajibkan bagi suami untuk mendengarkan istri ketika ia sedang berbicara. Sebagai catatan, istri boleh berbicara ketika suami taelah berhenti berbicara, dan apabila istri ingin memotong pembicaraan suami, harusla dengan izin dari sang suami terlebih dahulu.

Dalam menentukan perkara dalam rumah tangga, istri juga dapat mengutarakan pendapat dan keinginanya, hal ini dapat menjadi saran dan solusi yang baik apabila pendapat sang istri sesuai dan dapat di terima oleh sang suami. namun istri tidak di perkenankan untuk memaksakan pendapatnya kepada suami, sebab itu dapat membuat timbulnay konflik dan perdebatan atara istri dengan sang suami.

  1. Di Manja Dan Di Bahagiakan Suami

Sebagai seorang pasangan yang terikah dalam hubungan suami istri, tentu dari ikatan tersebut mengharapkan terciptanya sebuah kebahagiaan. Pada dasarnya, kebahagian dalam rumah tangga bisa di dapatkan apabila hak dan kewajiban telah terpenuhi. Salah satu dari hak istri adalah untuk di manja dan di bahagiakan sang suami.

Sebagai bentuk dari rasa ayang dan cinta kasih, istri berhak untuk di manja oleh suami. Sebab dengan adanya perlakuan manja oleh suami pada istri dapat bertimbal balik kepada suami. dan denganadanya perlakuan tesebut dapat menjadi bumbu tambahan untuk kebahagiaan dalam berlakeluarga. Dalam sebuah riwayat oleh Anas r.a, berkata.

“kemudian kami pergi menuju Madinah. Aku lihat Rasulullah menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk shafiyyah (Salah satu iatri Rasul). Kemudian beliau duduk di samping untany sambil menegakkan lututbeliau dan shafiyyah meletakkan kakiknya di atas lutut beliau sehingga ia bisa menaiki unta tersebut.

Sebagai seorang suami hendaknya selalu memberikan hak-hak istri atas sang suami dan selalu membahagiakan sang istri dengan sebaik-baiknya. Sebagai mana Rasulullah SAW dalam memenuhi hak-hak dari para istrinya dengan niat untuk membahagiakan sang istri beribadah kepada Allah SWT. Pun sebagai istri, sebainya tunaikan hak dan kewajiban kepada suami dengan sebaik-baiknya. Karena bagaimanapun juga rumah tangga tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya hak-hak dan kewajiban yang di tunaikan.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak-hak seorang istri. Rumah tangga yang baik dan berkah adalah rumah tangga yang di isi oleh pasangan suami dan istri yang menjalankan peranya dan memenuhi hak dan kewajibanya dengan baik. Dengan begitu, rumah tangga akan berlangngsung dengan bahagia dan mendapat berkah dari Allah SWT.

 

 

 

 

Sumber :

  • Madaninews
  • Orami
Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

Keutamaan Seorang Istri Dalam Agama Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan tentu menjadi impian dan harapan setiap dari kaum wanita, dan tidak ada wanita normal yang ingin untuk selalu menghabiskan hidupnya dengan kesendirian dan kesepaian. Seorang wanita ketika telah melangsungkan pernikahan akan menjadi seorang istri yang akan selalu menemani sepanjang hidup suami dan mengabdikan diri padanya. Tentunya menjadi seorang istri adalah jalan ibadah yang akan berjalan dengan kurun waktu yang lama. Sama halnya dengan suami, Istri juga memilki hak dan kewajiban kepada suami yang harus di penuhi agar rumah tangga yang ia jalani dapat berlangsung dengan semestinya dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Di dalam Agama Islam, mejadi seorang istri merupakan sebuah berkah kenikmatan yang di berikan Allah untuk hambanya dalam melaksanakan ibadah. Dengan menikah maka seorang istri akan tertuju pada sebuah jalan ibadah yang indah untuk medapatkan ridho-Nya. Karena tugas seorang istri tidak lain adalah mengabdi pada suami dan keluarga, di mana hal ini merupakan kewajiban dan jalan bagi istri dalam beribadah.

Menjadi seorang istri bukanlah perkara yang mudah, sebab dalam sebuah pernikahan setiap pasangan suami istri akan mengalami adanya sebuah masalah. Entah karena faktor perbedaan pendapat, cara berfikir, sudut pandang, perbedaan sifat dan sebab-sebab lain yang dapat mengganggu jalanya hubungan rumah tangga. Dengan begitu menjalankan peran sebagai istri tentu bukanlah perkara yang mudah. Namun Allah SWT akan selalu menyertai dan memberkahi bagi setiap istri yang menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.

Tentunya, selain hak dan kewajiban yang perlu di atunaikan seorang istri dalam berumah tangga, seorang istri juga memiliki keutamaannya dalam menajalankan perannya tersebut. Pada tulisan kali ini, Kawan Mama akan membahas mengenai keutamaan seorang istri dalam rumah tangga, sebagai berikut.

Keutamaan Menjadi Seorang Istri

  1. Jalan Bersyukur

Bersyukur adalah hal utama yang harus di lakukan seseorang dalam segala keadaan atas nikmat yang telah Allah SWT berikan. Dalam hal pernikahan, tidak semua dari kaum wanita dapat mendapatkan kesempatan untuk menikah dan menjadi seorang istri. Bahkan, banyak pula yang dapat melangsungkan pernikahanan namun berakhir pada perceraian. Oleh sebab itu, rasa syukur dari seorang istri harus selalu di curahkan kepada Allah SWT agar rumah tangganya selalu dalam berkah dan rahmatnya.

Dengan bersyukur rumah tangga yang di jalani akan menjadi lebih indah dan bermakna. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang menjaga kehormatan dirinya, maka Allah SWT akan menjaga dirinya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka Allah SWT akan memberikan kecukupan pada dirinya.” (H.R Bukhari dan Muslim)

  1. Kemuliaan Dalam Bertanggung Jawab

Pada dasarnya, dalam sebuah rumah tangga, kepala dan pemimpin keluarga yang bertanggung jawab atas keluarga tersebut adalah seorang suami. Ketika suami pergi atau tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai kepala keluarga, maka peran tersebut akan berpindah kepada sang istri. Sebab seorang istri juga merupakan pemimpin di rumahnya terutama bagi anak-anaknya yang kelak akan di mintai pertanggung jawaban atas peran yang ia lakukan dalam rumah tangga.

Tentunya, tanggung jawab seorang istri merupakan tugas yang mulia yang juga merupakan kewajibannya dalam menunaikan ibadah membina rumah tangga. Rasulullah SAW bersabda.

“Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya. Dan seorang wanita adalah seorang pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan di mintai pertanggungjawaban atas apa yang di pimpinya.” (H.R Bukhari Muslim)

Dengan melaksanakan tanggung jawab tersebut dengan baik, itu berarti seorang istri tengah dekan dan di jalan yang benar menuju ridho dan rahmat Allah Dalam berumah tangga.

  1. Menjaga Dan Melindungi Diri

Jika seorang seorang suami yang berposisi sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan membahagiakan istri. Maka seorang istri juga memiliki tugas untuk menjaga diri dan kehormatanya ketiak suami tengah pergi keluar. Dengan begitu rumah tangga akan menjadi lebih seimbang karena peran yang telah di lakukan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang artinya.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah Swt telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita). Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memlihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka.” (Q.S An-nisa : 34)

  1. Beribadah Dengan Lebih Khusuk

Keutamaan seorang istri selanjutnya adalah dapat beribadah dengan lebih khusuk. Seorang wanita yang belaum menikah cenderung sulit untuk beribdah dengan khusuk lantaran masih memikirkan banyak hal dalam hidupnya. Sedangkan wanita yang telah menikah cenderung lebih khusuk dalam beribadah. Sebab fikiranya telah focus pada keluarga dan Allah Semata.

Rasulullah SAW bersabda,

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalat di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada du bagian lain dari rumahnya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Sebagai Perhiasan Terindah

Sejatinya wanita shalihah adalah perhiasan dunia. Hal ini berlaku bagi istri yang dapat melukan kewajiban dengan sebaik-baiknya. Bagaimana tidak, suami yang mendapat istri dengan ahlak yang mulia dan menjalankan kewajibanya dengan baik dan selalu dekat dengan Allah tentu merupakan sebaik-baikny perhiasan di dunia.

Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (H.R Muslim)

  1. Sumber Kebahagian Suami

Pada dasarnya, seorang istri yang baik dan shalihah adalah sumber kebahagaiaan dari sang suami. Sebab kebahagian suami stelah menikah adalah membahagiakan seorang istri. Jika istri dapat berperan baik dalam menjalankan tugas dan kewajibanya kepada suami, tentu suami akan menjadi bertambah senang dan bahagia serta semangat terhadapnya.

Rasulullah SAW bersabda,

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baiknya perbendaharaan laki-laki yaitu istri shalihah yang bila di pandang akan menyenangkan, dan bila di perintah akan mentaati dan bila ia pergi, maka istri akan menjaga dirinya.” (H.R Abu Dawud)

Setaip tingkah laku istri juga berdampak pada suasana hati suami. Ketika istri bertingkah laku dengan baik kepada suami, tentu itu akan menjadi penyejuk hati suami. Dan setiap pengabdian dari istri adalah sebuah ibadah yang mejadi sumber kebahagiaan bagi sang suami.

  1. Menjadi Penolong Suami Dan Dirinya Sendiri Di Akhirat Nanti

Seorang istri yang baik dan shalihah tentu dapat menjadi penolong suami di akhirat nanti. Sebab di akhirat nanti, suami akan di minta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya di dalam membimbing suami. Dengan sifat keshalihahan seorang istri tentu akan menjadi penolong suami di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.” (H.R Ibnu Majjah)

Sebaliknya, ridho dari seorang suami juga merupakan kunci seorang istri untuk memasuki surge, sebagai mana telah di jelaskan dalam sebuah riwayat yang berbunyi.

“Wanita yang menjadi penghuni surge ialah wanita wanita yang penh kasih sayang, banyak kembali kepada suaminya yang apabila suaminya tengah marah kemudian ia mendatanginya dan meletakan tanganya di atas tangan suaminya dan berkata : ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga ekau ridho’.” (Mu’jamul Ausath No. 5644)

  1. Meneladani Sikap Istri Rasulullah SAW

Seorang suami tentu mengaharapkan mendapat istri yang memiliki kepribadian yang baik. Dengan menjadi istri yang baik kepada suami dengan mengabdi dan selalu menemaninya di segala kondisi merupakan sikap teladan yang di lakukan oleh Istri Rasulullah Khadijah. Siti Khadijah adalah istri yang setia, penyabar dan selalu mendapampingi Rasulullah di segala kondisi yang di alami oleh Rasulullah.

Ketika Rasul tengah dalam keadaan sulit saat hendak berdakwah sekalipun, Siti Khadijah tetap setia mendampingi rasul dan bahkan memberikan seluruh hartanya untuk di gunakan rasul dalam berdakwah. Sikap yang di tunjukan Siti Khadijah tersebut, merupakan sikap teladan sebagai bentuk pengabdian seorang istri kepada suami yang harus di tiru oleh kaum-kaum muslimah.

  1. Menjadi Sumber Pahala Bagi Seorang Istri

Tentu kita tahu, seorang wanita yang berposisi sebagai seorang istri mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang harus di tunaikan kepada sang suami. Tanggung jawab dan kewajiban tersebut juga merupakan sumber pahala yang dapa di peroleh seorang istri ketika dapat menunaikanyya dengan baik.

Pahala bagi seorang istri yang menyediakan air kemudian di minum oleh sang suami, di ibaratkan seperti ia telah berpuasa lebih dari satu tahun lamanya. Bahkan jika istri menyediakan makanan untuk suami yang kemudian di makan, maka pahalanya akan lebih baik jika di bandingkan mengerjakan umroh dan haji. Bahkan mandi junubnya seorang istri yang di sebabkan jimak dengan suaminya, maka hal ini akan lebih baik baginya jika di bandingkan mengurbankan 1.000 ekor kambing yang di sedekahkan kepada fakir msikin.

Bukan kah sebuah kenikmatan dari Allah, ketika istri dapat menunaikan tanggung jawab dan kewajibannya. Selain mendapat balasan langsung berupa kasih sayang dan kebahagiaan dari suami, istri juga akan mendapatkan pahala sebegitu banyaknya.

  1. Sebagai Jalan Jihad

Pengabdian seorang istri berupa menunaikan tanggung jawab dan kewajibanya kepada suami dengan sebaik-baiknya serta melayani dan menyenangkan suami juga merupakan sebuah langkah jihad bagi seorang istri. Terlabih ketika sang istri mengalami kehamilan akibat jimaknya dengan sang suami. Apabila seorang istri hamil maka ia di sebut sebagai seorang syahid yang khidmat kepada suami sebagai bentuk dari jihad.

Seorang istri yang tengah dalam masa kehamilan memang akan di jamin oleh Allah selalu dalam kebaikan. Karena bagaimanapun juga, masa kehamilan seorang istri adalah masa-masa perjuangan istri dalam merawat sang bayi dalam kandungan agar dapat sampai pada masa melahirkan. Tentunya masa tersebut membutuhkan adanya rasa sabar yang luar biasa dalam merawat kandungan yang bahkan dapat mengganguu maupun mengorbankan nayawanya sendiri.

Menikah tidak hanya melangsungkan akad nikah dan berpindah status menjadi suami ataupun sitri semata. Namun menikah juga akan membuat kita memiliki tanggung jawab baru di dalam rumah tangga. Dan setiap dari suami dan istri memiliki perannya masing-masing yang harus di jalankan dan di penuhi dengan sebaik-baiknya. Perang seorang suami adalah untuk menjadi imam dan kepala keluarga yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anggota keluarganya, termasuk mencari nafkah untuk mereka. Dan seorang istri memiliki peran sebagai makmum dan menjadi kepala keluarga apabila suami tengan pergi. Melayani dan berbakti pada suami merupakan jalan beribadah bagi seorang istri untuk mendapatkan cinta kasih dan ridho dari suami yang merupakan ridho Allah.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai keutamaan seorang istri di dalam rumah tangga. Menjalankan kewajiban serta tanggung jawab dan memenuhi hak-hak atas suami merupakan jalan jihad seorang istri menuju surge Allah SWT.

Semoga tulisan ini membantu dan bermanfaat. . .

 

 

Sumber :

  • Dalamislam
  • Seruni
Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

Adab Seorang Menantu Dalam Islam

 

Hallo Kawan Mama,

Selain mengikat dalam sebuah ukatan suami istri, pernikahan juga berarti menyatukan kedua keluarga menjadi satu. Dengan menikah tentu kita akan menjalani kehidupan baru dan rumah tangga yang baru. Hal ini juga menjadikan kita menjadi bagian dari keluarga pasangan kita, artinya setiap dari anggota keluarga pasangan kita adalah menjadi bagian dari anggota keluarga kita juga. Terutama orang tua (mertua) dari pasangan kita yang kini telah menjadi orang tua kita juga.

Sebagai anggota keluarga barui dalam keluarga pasangan kita tentu kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab baru. Tidak hanya itu, adab kita terhadap keluarga pasangan kita tentu akan menjadi faktor penting penilaian mertua kepada pribadi kita. Maka penting bagi kita untuk selalu memperhatikan adab kita kepada keluarga pasangan kita, khususnya terhadap orang tua pasangan kita (mertua).

Hubungan baik dengan mertua tentu menjadi hal penting yang harus di jaga. Sebab hal tersebut tentu akan sangat berdampak pada hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita. Berhubungan baik dengan mertua juga telah di jelaskan oleh Rasulullah dalam sebuah riwayat haditsnya. Beliau bersabda,

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya, dan yang paling berhak atas lelaki adalah ibunya.” (H.R Tirmidzi)

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai adab seorang menantu terhadap orang tua dari pasangan (mertua). Sebagai pasangan suami dan istri, tentu kita ingin agar rumah tangga kita dapat berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan yang dapat membuat hubungan rumah tangga kita menjadi terganggu. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk menanmkan adab yang baik kepada mertua kita. berikut adalah penjelasannya.

Adab Seorang Menantu Terhadap Mertuanya

  1. Berbakti Kepada Orang Tua (Mertua)

Menikah tidak membuat kita akan kewajiban kita untuk berbakti kepada orang tua kita. dengan menikah maka kita hanya bertambah tanggung jawab untuk berbakti kepada orang tua pasangan (mertua) kita. Bagi seorang istri, suami adalah orang yang perlu di utamakan, dan yang berhak atas suaminya adalah ibu dari sang suami (mertua). Oleh sebab itu, istri memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk berbakti kepada orang tua dari suami.

Pada dasarnya, tidak ada dalil yang jelas tentang kewajiban suami untuk berbakti kepada mertua. Namun sudah selayaknya bagi seorang anak mantu untuk selalu bersikap baik dan berbakti kepada mertua. Karena orang tua (mertua) pasangan kita juga merupakan orang tua kita, dengan kata lain, wajib bagi kita untuk berbakti kepadanya. Sebab hal ini dapat membuat hubungan baik kita kepada mertua tetap terjaga dan membuat kepercayaan mertua kepada kita menjadi bertambah.

  1. Menunaikan Hak-Haknya Sebagai Sesama Muslim

Sebagai umat muslim, tentu kita memiliki hak-hak yang perlu kita tunaikan kepada sesame muslim lainya. Karena hal tersebut merupakan tanggung jawab kita untuk menjaga tali silaturrahim dan berhubungan baik dengan sesame musli lainya. Sebagai seorang menantu, kita juga perlu menunaikan hak-hak kita kepada mertua dengan sebaik-baiknya. Sebagaiman telah di sampaikan Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,

“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam. Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu maka datanglah, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasihat. Jika dia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah dan jik ia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (H.R Muslim dan Ahmad)

Hadis tersebut dapat menjadi rujukan bagi kita untuk berbuat baik dan menunaikan hak kita kepada mertua sebagai sesame muslim. Dengan menunaikan apa yang ada di dalam hadits tersebut tentu dapat membuat hubungan kita dengan mertua tetap terjaga dengan baik.

  1. Bertutur Kata Yang Baik

Sebagai seorang yang lebih muda, tentu perlu adanya rasa segan kita kepada yang lebih tua, apalagi pada orang tua (mertua) kita. Bicara dengan nada rendah serta lemah lembut perlu di tekankan bagi kita berkomunikasi dengan sang mertua. Dengan mengedepankan tutur kata yang baik dengan lemah lembut maka itu berarti kita juga sedang memuliakan orang tua (mertua) kita. sebagiamana adab para sahabat ketika tengah berbicara dengan Rasulullah SAW. Dari Al-Musawwir bin Makhramah, beliau menceritakan bahwa,

“ Jika para sahabat berbicara kepada Rasulullah SAW, maka merendahlah suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhdap Rasulullah SAW.” (H.R Bukhari)

Dari riwayat tersebut, kita dapat meniru adab yang telah di lakukan para sahabat ketika berbicara dengan Rasul. Adab tersebut dapat kita aplikasikan ketika tengah berbicara denagn orang tua atau pu  mertua kita, karena hal tersebut adalah sebuah cara kita untuk memulika mereka.

  1. Menghormati Mertua

Saling menghormati adalah sebuah hal yang harus di tanamkan dalam setiap diri manusia. Hal tersebut juga perlu di terapakan dalam kehidupan sehari-hari oleh kita kepada sesama. Menghoramati yang lebih tua juga merupakan sebuah perintah yang telah di sampaikan oleh Rasululullah SAW, Beliau bersabda.

“bukan termasuk dari golongan kami orang yang tak menyayangi anak kecil kami dan tidak menghormati orang tua (orang dewasa) kami.” (H.R Tirmidzi dan Ahmad)

Dari hadits tersebut dapat di pahami bahwa orang yang tidak mengjormati pada seseama lainya bukanlah termasuk golongan umat Rasulullah SAW. Sebagai umatnya, tentu perlu bagi kita untuk selalu menghormati sesame kita, khususnya pada orang tua (mertua) kita. Imam ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.44).

“Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang. Dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang mereka.”

  1. Menjaga Hubungan Baik Dengan Mertua

Sebagai menantu yang pastinya juga merupakan anggota dari keluarga pasangan kita, tentu perlu bagi kita untuk menjaga hubungan baik dengan anggota-anggota keluarga yang lain. Menantu dapat menjaga hubungan baiknya dengan mertua dengan cara mendekatkan diri kepada mertua, bergaul (berbincang mesra) dengannya, membantu mertua, dan memberikan mertua perhatian. Menantu juga dapat melakukan hal lain yang menurutnya baik untuk sang mertua.

Sebagaimana telah di sampaikan Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“maukah aku kabarkan kepada kalian terkait orang yang haram masuk neraka, atau orang yang neraka di haramkan atasnya. Yaitu setiap orang yang memiliki kedekatan (dengan manusia), ringan, mudah (dalam Pergaulan).” (H.R Tirmidzi)

Selain sebuah perintah agama, berhubungan baik tentu akan mempermudah segala urusan kita. termasuk dalam hubungan rumah tangga dan hubungan seorang menantu dan mertua. Hubungan yang baik dengan mertua juga akan menjadi faktor pondasi yang kuat bagi rumah tang akita dengan pasangan kita. Oleh sebab itu, perlu bagi kita untuk selalu menjaga hubungan baik kita dengan orang tua (mertua) kita.

  1. Hindari Konflik Dengan Mertua

Fitrahnya, Setiap dari orang yang terlahir kedunia tentu memiliki keperibadian dan karakter yang berbeda-beda, serta cara berfikirnya masing-masing. Dan hal ini sudah merupakan sebuah kodar dari Allah SWT. Sebuah rumah tangga tidak selalu akan berjalan dengan mulus dan baik-baik saja. Perbedaan pendapat biasanya menjadi faktor terjadinya konflik dalam rumah tangga. Dan apabila hal ini terjadi sudah tugas kita untuk menghindari hal ini dan tiak memperpanjangnya, demi terjaganya hubungan rumah tangga kita dengan pasangan kita.

Hal ini juga kadang terjadi oleh kita terhadap orang tua kita (mertua) kita. Tidak jarang sebagai orang yang lebih tua dan berpengalaman merasa lebih tau akan sesuatu yang cenderung berbeda dengan cara berfikir kita. Sebagai menantu hendaknya mendengarkan orang tua dan menjalankan nasihatnya. Apabila nasihat yang di berikan tidak sesuai, tidak ada hak bagi kita untuk mendebat sang mertua. Apabila hal ini terjadi, sebaiknya menantu menghindari hal tersebut dan segera meminta maaf kepadanya. Dengan begitu, setidaknya dapat menjaga hubunganbaiknya dengan mertua, dan menjaga hubungan rumah tangga dengan pasangannya.

  1. Mendo’akan Mertua

Sudah layaknya dan menjadi tuag bagi seorang anak untuk selalu mendo’akan kebaikan untuk oarng tuanya. Hal ini sebagai wujud cinta kasih dan balasan seorang anak kepada orangtuanya. Hal ini juga berlalku bagi seorang mennatu untuk mendoakan kebaikan bagi martuanya. Sebab mertua adalah orang tua dari pasangan kita, yang berarti ia juga merupakan orang tua kita. dan wajib bagi kita sebagai anak (menantu) untuk mendoakan kebaikan padanya. Hal ini juga merupakan sebuah tanda bakti kita kepada mertua yang akan mengahntarkan kita pada ridho Allah SWT. Sebagaimana telah di kisahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 114, yang artinya.

“Dan permintaan apapun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah di ikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padaya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (Q.S At-Taubah : 144)

Sebagaimana penjelasan di atas, penting bagi seorang menantu untuk menenkankan adab yang baik kepada mertua kita. Karena adab yang baik, merupakan tanda bakti kita kepada mertua, di mana hal itu merupakan sebuah tugas dan tanggung jawab kita sebagai menantu. Berbakti kepada mertua sama halnya berbakti kepada orang tua kita sendiri. Dengan begitu keberkahan akan selalu menyertai rumah tangga kita dengan pasangan kita. Sebab Ridho dari Allah SWT adalah ridho orang tua, dan ridho orang tua adalah surge Allah SWT.

Demikan pembahasan dari Kawan Mama mengenai adab seorang menantu terhadap mertua. Pastinya kita berharap agar rumah tangga kita dengan pasangan kita dapat berjalan baik dengan semestinya. Dan hal ini adalah salah satu kunci agar harapan tersebut dapat terkabul. . .

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

Sumber :

  • salamdakwah
Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhadap Menantunya

Hak Seorang Mertua Terhdap Menantunya

 

Hallo Kawan Mama,

Melangsungkan pernikahan sama halnya dengan mengikat hubungan antara seorang lelaki dengan seorang perempuan. Hal ini juga dapat di artikan sebagai media atau langkah untuk menyatukan hubungan keluarga lelaki dengan keluarga perempuan menjadi satu keluarga besar. Artinya ketika telah menikah, pasangan suami istri tidak hanya mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru terhadap satu sama lain. Namun ia juga mendapat tanggung jawab dan kewajiban baru sebagai menantu terhadap orang tua barunya, yaitu mertuanya. Sebab mertua merupakan orang tua kandung dari anak yang telah menikah dengan kita.

Tentunya, sebagai mertua memiliki hak-hak yang harus di penuhi yang harus di penuhi oleh menantunya. Sebab seorang ketika telah menikahkan anaknya dengan menantunya, maka ia memiliki hak-hak yang perlu di tunaikan oleh sang menantu kepadanya. Tentunya menantu juga pasti ingin mendapat kepercayaan dari mertua ketika telah mempersunting anak tersayangnya. Oleh sebab itu, perlu bagi sang menantu untuk memenuhi hak-hak atas orang tua dari pasangannya. Sebab hal itu dapat membbuat mertua menjadi percaya kepadanya yang membuat hubungannya dengan mertua menjadi terjaga dengan baik.

Pada dasarnya, peran mertua juga akan sangat berpengaruh kepada rumah tangga kita nantinya. Hal ini juga terkait dengan akidah dan nasab yang merupakan hal penting dalam sebuah hubungan rumah tangga. Tentunya hubungan baik dengan mertua perlu di tata dengan baik dan sedemikian apiknya. Karena hal ini juga akan di pertanggungjawabkan di kahirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 1, yang artinya.

“…Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisa : 1)

Pada kesempatan kali ini Kawan Mama akan membahas mengenai hak seorang mertua terhdapa menantunya. Tentunya hal ini sering kali terlintas dalam fikiran kita sebagai menantu. Dan berikut ini adalah penjelasannya.

Hak Mertua Terhadap Menantunya

  1. Mendapat Perlakuan Baik Dari Menantu

Selayaknya sesame manusia, berbuat kebaikan kepada sesame adalah kewajiban bagi setiap insan. Dalam hubungan menantu dan mertua, seorang mertua tentu memiliki hak untuk mendapat perlakuan baik dari sang menantu. Mertua juga merupakan orang tua dari pasangan kita, yang berarti ia juga merupakan orang tua kita. oleh sebab itu penting bagi seorang menantu untuk menunaikan hak mertua  untuk di perlakukan dengan sebaik-baiknya. Karena memperlakukan mertua dengan baik sama halnya dengan memperlakukan orang tua kita sendiri. Sebagaimana telah di jelaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23. Yang artinya,

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkatan ‘ah’. Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al-Isra’ :23)

  1. Kenal Dan Dekat Dengan Cucunya

Ketika telah menikah, tidak jarang dari pasangan suami istri memilih untuk tidak tinggal seruamh dengan orang tua dan hidup mandiri. Hal tersebut terjadi karena pasangan suami istri yang ingin hidup mandiri dan tidak mau merepotkan orangtua/mertuanya. Tanpa di sadari hal ini kadang menjadi kendala bagi mertua untuk berinteraksi dengan cucu-cucu kesayangannya. Sebab, setiap dari orang tua/mertua pasti ingin mengenal dan dekat serta menimang cucu-cucunya yang menggemaskan.

Mertua memilik hak untuk mengena dan dekat dengan cucu-cucunya. Oleh karena itu, jarak tidak dapat menajdi alasan bagi menantu untuk tidak mendekatkan mertua dengan cucunya. Menantu dapat sesekali menjenguk mertua dan mengenalkan anaknya kepada kakek neneknya. Sebab kebahagiaan dan hiburan bagi orang tua hanyalah melihat anak dan cucunya dapat tumbuh dengan sehat. Hal ini juga sebagai media untuk selalu menjaga tali silaturrahim dan hubungan baik antara mertua dan menantu. Karena Allah SWT sangat membenci orang yang memutuskan hubungan silaturrahimnya terhadap sesame. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 22, yang artinya.

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa. kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.” (Q.S Muhammad : 22)

  1. Mendapat Bakti Dari Sang Anak (Menantu)

Selayaknya sebagaiman orang tua pada umumnya, mertua tentu memiliki hak dari sang anak (menantu) atas kebaktian mereka. Seorang anak memiliki kewajiban untuk membaktikan dirinya kepada orang tua. Dan hal ini tidak akan berubah sekalipun ia telah melangsungkan pernikahan dan telah hidup dalam keluarga baru. Karena kewajiban seorang anak akan tatap ada dan harus ia penuhi bahkan sampai orang tua meninggal dunia.

Mertua merupakan orang tua dari pasangan kita, oleh sebab itu wajib bagi seorang menantu untuk berbakti kepadanya. Sebagaimana telah di jelaskan oleh Rasuliullah SAW, Beliau bersabda.

“Yang paling berhak atas seorang wanita adalah suaminya, dan yang paling berhak atas lelaki adalah ibunya.” (H.R Tirmidzi)

  1. Di Hormati Oleh Menantu

Saling menghormati merupakan perintah dari ajaran islam itu sendiri. Dengan adanya rasa hormat maka hubungan baik antar sesame akan tetap terjaga. Orang tua memiliki hak untuk di hormati oleh anak-anaknya, hal ini juga berlaku bagi mertua kepada menantunya. Imam ghazali berkata dalam kitabnya yang berjudul Al-Adab fid din dalam Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, hal.44).

“Adab anak kepada orang tua, yakni mendengarkan kata-kata orang tua, berdiri ketika mereka berdiri, mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, memenuhi panggilan mereka, merendah kepada mereka dengan penuh sayang. Dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka, tidak memandang mereka dengan rasa curiga dan tidak membangkang mereka.”

  1. Di Muliakan Oleh Menantunya

Setiap ornag tua memiliki hak untuk di muliakan oleh anak-anaknya. Selayaknya hal tersebut, maka seorang mertua juga memiliki hak untuk di muliakan oleh menantunya. Sebab ketika telah menikah selain mendapat pasangan, maka mertua juga akan menjadi orang tua kita. Oleh sebab itu anak/menantu memiliki kewajiban baru untuk memuliakan orang tua dari pasangannya, yaitu mertua. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36, yang artinya.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapakmu, karib-kerabat, anak yatim, orang miskin tetangga dekat dan jauh teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (Q.S An_nisa : 36)

Hal ini juga berlaku dalam urusan nafkah, pada dasarnya tidak ada dalil tentang kewajiban untuk menafkahi mertuanya. Namun jika di tinjau ulang, ada perintah untuk menakahi orang tua sendiri. Mertua adalah orang tua dari pasangan kita, yang berarti merupakan orang tua kita juga. Dengan begitu berarti mertua memiliki hak untuk di nafkahi oleh anak/menantunya.

Sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“sungguh sebaik-baiknya makanan yang di makan oleh seseorang adalah hasil dari usahanya. Dan sesungguhnya anak dia adalah bagian dari hasil usahanya.” (H.R Abu Dawud)

  1. Mendapat Perhatian Dan Di Rawat Oleh Anak (Menantu)

Orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan merawat serta membesarkan kit dengan oenuh kasih sayang dan penuh dengan pengorbanan. Hal ini membuat kita sebagai anak memilki kewajiban yang harus kita tunaikan untuk merawat orang tua dan memberikannya perhatian serta kasih sayang dengan sebaik-baiknya. Dan mertua adalah orang tua dari pasangan kita yang tentunya telah melakukan hal yang sama untuk anaknya dan merelakan anaknay untuk menjadi milik kita. Oleh sebab itu, mertua juga memiliki hak untuk di beri kasih sayang dan perhatian oleh anak dan menantunya.

Orang tua/mertua tentu akan mengalami masa di mana tubuhnya sudah mulai lemah dan sakit. Dalam kondisi ini, peran seorang anak sangat di perlukan. Karena akan menjadi durhaka bagi seorang anak apabila orang tua sakit namun tidak merawatnya. Begitu pula dengan mertua, ia juga memiliki hak untuk di rawat oleh anak/menantunya. sebagaimana telah di sampaikan oleh Rasulullah SAW, Beliau bersabda.

“Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanyasudah renta atau salah seorang dari keduanya namun tidak dapat membutnya masuk surga.” (H.R Muslim)

Dari penjelasan di atas dapat di ketahui, bahwa setelah menikah maka kita tidak hanya mendapat pasangan baru, namun juga orang tua baru. Sebab tujuan lain dari pernikahan adalah menjalin hubungan kekeluargaan dari dua keluarga yang berbeda. Atas hal itu, sebagai anggota keluarg baru yang berposisi sebagai menantu, kita juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab baru untuk di tunaikan. Salah satunya adalah hak dari orangtu/mertua kita. Dengan menunaikan hak-hak tersebut dapat membuat hubungan menantu dengan mertua menjadi semakin dekat dan harmonis. Karena bagaimanapun seorang anak memiliki keutamaan untuk berbakti kepada orang tuanya dengan sebaik-baiknya.

Demikian pembahasan dari Kawan Mama mengenai hak mertua terhadapa anak/menantunya. hubungan yang baik antara menantu dan mertua merupakan salah satu kunci kebahagiaan dalam rumah rumah tangga dan pastikan bagi kita untuk menunaikannya;

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .