Penyebab Dan Gejala Penyakit Keratitis

Penyebab Dan Gejala Penyakit Keratitis

Hallo Kawan Mama, Mata merah adalah salah satu kondisi di mana mata mengalami gangguan penglihatan yang sangat umum di alami kebanyakakan orang. Umumnya kondisi ini merupakan hal yang normal dan dapat berlangsung dalam waktu yang sebentar. Namun kondisi mata merah dapat menjadi indikasi adanya jenis gangguan penglihatan yang serius, salah satunya adalah penyakit keratitis. Sementara itu, kondisi ini dapat di ketahui dari penyebab dan gejala penyakit keratitis yang muncul.

Mata merah memang merupakan salah satu gangguan penglihatan yang banyak di alami oleh semua orang. Kondisi ini biasanya terjadi akibat adanya benad asing yang masuk ke mata atau adanya sel dalam mata yang mengalami gangguan. Dalam kondisi yang normal, umumnya mata merah akan segera sembuh seiring berjalanya waktu dan di bantu dengan membasuh air dan menggunakan obat tetes mata. Namun dalam keadaan yang lebih serius, mata merah dapat menjadi tanda bahwa mata mengalami keratitis.

Kertatitis sendiri merupakan gangguan penglihatan atau penyakit mata yang pada gejala awal dapat di tandai dengan warna mata yang memerah. Selain itu, kondisi ini akan membuat mata terasa sakit, serta seperti ada sesuatu yang mengganjal di mata dan membuat tidak nyaman. Dalam kondisi yang ringan, keratitis dapat di atas dengan efektif, namun dalam kasus yang parah keratitis berisiko menyababkan hilangnya fungsi penglihatan. Berikut ini Kawan Mama akan membahas mengenai penyebab dan gejala penyakit keratitis. Simak penjelasanya di bawah ini.

Penyakit Keratitis

Penyabab Dan Gejala Penyakit Keratitis

Keratitis pada dasarnya merupakan gangguan penglihatan atau penyakit mata di mana terjadi adanya peradangan atau infeksi pada kornea mata. kornea mata sendiri merupakan membrane atau lapisan jernih atau bening yang ada di mata yang membentuk sebuah kubah dan terletak di bagian terluar atau terdepan dari mata. Kornea mata tersebut memiliki fungsi yang penting dalam proses penglihatan untuk menerima cahaya dan menyalurkannya pada retina mata.

Kornea mata yang mengalami peradangan umumnya di sebabkan oleh faktor infeksi dan cedera yang terjadi pada kornea mata. Peradangan pada korena tersebut akan menyababkan mata mengalami pembengkakan. Akibatnya mata akan menjadi memerah hingga timbul rasa sakit dan perih, serta menganggu fungsi penglihatan. Apabila kondisi mata kamu mengalami gejala seperti mata merah, mata kering, atau gejala dari keratitis, maka sebaiknya segera periksakan kondisi mata ke dokter.

Kondisi mata yang keratitis yang di sebabkan oleh cedera ini umumnya terjadi akaibat di picu adanya cedera ringan. Biasanya penggunaan lensa kontak terlalu lama atau tidak sesuai dengan metode penggunaannya akan menyebabkan kondisi tersebut. Di lain sisi, kondisi mata yang mengalami keratitis akibat infeksi, biasanya di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur hingga parasite yang masuk ke mata dan menginfeksi kornea mata.

Perkembangan Keratitis

Di lansir dari laman dinkes.bulelengkab Infeksi HSV yang mengenai kornea, merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di negara-negara maju. Prevalensi infeksi HSV okular di Amerika Serikat per tahunnya sekitar 59.000 kasus. Menurut World Health Organization (WHO), 3,7 milyar orang di bawah usia 50 tahun terinfeksi HSV okular. Keratitis dapat di sebabkan oleh virus herpes simplek. Menurut Asim dkk, insidensi keratitis terjadi sekitar 1,5 juta kasus pertahunnya.

Virus herpes simplek dapat berupa keratitis epithelial (keratitis dendritik), densiform keratitis, dan necrotizing stromal keratitis. Insidensi keratitis dendritik primer dan rekuren di dunia mencapai 15,6 per 100.000 orang tiap tahunnya. Tentunya data tersebut merupakan fakta bawa keratitis merupakan gangguan penglihatan yang sangat berbahaya bagi para penderitanya.

Penyebab Keratitis

Peradangan pda kornea mata yang mengakibatkan terjadinya keratitis pada mata pada dasarnya tidak serta merta datang dengan begitu saja. malainkan ada beberap faktor yang menyebabkan kornea pada mata mengalami peradangan sehingga mengakibatkan kondisi keratitis. Berikut adalah beberapa faktor penyebab keratitis.

  1. Virus

Virus memang menjadi salah satu faktor yang menyababkan mata mengalami keratitis. Salah satu virus yang paling umum menyebabkan keratitis adalah herpes simplex virus (HSV). D ikutip dari laman AMerican Academy of Ophthalmology, ada dua tipe HSV yang dapat menyababkan keratitis. Yakni,

    • Tipe 1 berupa virus yang paling umum dan biasa menginfeksi wajah. Virus ini cederung sangat mudah menular tertama melalui kontak fisik. 90% orang pernah terinfeksi virus ini terutama ketika pada usia kanak-kanak.
    • Tipe 2 berupa virus yang menyebar melalui hubungan seksual yang menginfeksi area genital.
  1. Bakteri

Bakteri memiliki peran pada kornea yang mengalami peradangan. Umumnya jenis bakteri yang menyababkan keratitis adalah staphylococcus aerus dan pseudomonas aeruginosa. Keratitis umumnya juga di sebabkan oleh penggunaan lensa kontak, terutama lensa bekas pakai. Cedera mata juga menjadi penyebab mata mengalami keratitis. Keratitis yang di sebabkan oleh cedera, umumnya tidak akan menular pada orang lain. Namun apabila cidera tersebut menyababkan kuman dan bakteri masuk, maka kondisi ini bisa saja menjadi menular.

  1. Jamur

Beberapa jenis jamur dapat manyababkan kornea mata mengalami peradangan yang berujung pada keratitis. Umumnya beberapa jenis jamur dapat menyababkan keratitis. Seperti, fusarium, aspergilus dan candida. Beberapa jenis jamur tersebut dapat masuk dan menginfeksi mata melalui cidera hingga penggunaan lensa kontak. Selain jamur ada mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan keratitis yang berbahaya dan berisiko menyababkan kebutaan, yakni acanthamoeba.

  1. Riwayat Penyakit

Selain beberapa faktor di atas, kondisi mata yang mengalami keratitis dapat di sebabkan oleh beberapa riwayat penyakit. Seperti halnya penyakit autoimun, diabetes, kanker hingga HIV dan AIDS.

Gejala keratitis

Penderita keratitis di mana pada kornea mata mengalami peradangan dapat di ketahui dari gejala-gejala yang muncul pada area mata. Berikut adalah beberapa gejala muncunya keratitis.

  • Mata merah
  • Mata berair
  • Rasa perih dan nyeri pada mata
  • Sensitive terhadap cahaya
  • Produksi air mata atau belek yang meningkat
  • Kesulitan membuka kelopak mata
  • Penglihatan kabur dan menurun
  • Seperti ada ganjalan di mata

Keratitis adalah salah satu gangguan penglihatan di mana pada bagian kornea mata yang mengalami peradangan. Kornea mata yang mengalami radang membuat fungsinya untuk menerima cahaya dan menyalurkannya pada retina menjadi terhambat. Akibatnya fungsi penglihatan akan terganggu dan kian menurun. Kondisi ini pada dasarnya merupakan hal yang umum di mana banyak orang pernah mengalaminya. Namun beberapa kondisi keratitis yang cukup serius berisiko menyababkan kebutaan pada penderitanya. Karenanya penting untuk segera memeriksakan kondisi mata dan menobatinya apabila mengalami kondisi ini.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama menganai penyebab dan gejala penyakit keratitis. Sebagian besar penyebab keratitis adalah infeksi akibat bakteri atau virus yang masuk ke mata. Hal ini sebenarnya tidak lepas dari gaya hidup sehari-hari. Dengan menjaga gaya hidup sehat maka dapat mengurasi risiko terkena keratitis.

Semoga tulisan ini dapat memabntu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Hellosehat
  • Sehatq
Cara Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Cara Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Hallo Kawan Mama, Salah satu ganggguan penglihatan atau penyakit mata yang seringkali di alami oleh bayi adalah konjungtivitis neonatal. Umumnya jenis gangguan penglihatan ini terjadi pada bayi yang baru saja melalui masa persalinan. Konjdisi ini akan menganggu fungsi penglihatan pada sang bayi, bahkan dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan. Karenanya perlu adanya cara untuk mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal.

Konjungtivitis neonatal atau juga di sebut dengan istilah konjungtivitis neonatus pada dasarnya hampir sama dengan jenis konjungtivitis lainya. Konjungtivitis neonatal akan membuat mata memerah, mata berair, rasa gatal dan juga pembangkakan. Bahkan dalam kasus yang lebih serius, jenis gangguan penglihatan tersebut dapat menyababkan mata berdarah hingga mengeluarkan nanah. Kondisi ini merupakan dampak dari mata yeng mengalami konjungtivitis neonatal.

Ketika seoarng bayi yang baru saja selesai melangsungkan persalinan, pada dasrnya sangat rentan mengalami kondisi ini. Kondisi tersesbut juga terbilang sebagai kondisi yang banyak di alami oleh bayi pasca persalinan. Jika tidak segera di obati, kondisi ini dapat akan berbahaya bagi kesehatan bayi terutama pada bagian mata dan fungsi penglihatan. Karenanya, berikut ini Kawan Mama akan membahas mengenai bagaimana cara mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal. Simak penjelasanya di bawah ini.

Konjungtivitis Neonatal (Neonatus)

Cara Untuk Mencegah Dan Mengobati Konjungtivitis Neonatal

Pada dasarnya, konjungtivitis neonatal atau neonotus ini umumnya terjadi akibat obstruksi ductus nasolakrimalis kongential atau konjungtivitis kimia yang menyababkan mata mengalami infeksi. Dalam istilah lain, konjungtivitis neonatal atau neonatal ini di sebut dengan istilah oftalmia neonatrum di mana kondisi ini umumnya akan terlihat ketika memasuki 4 minggu pasca persalinan. Bayi yang baru lahir sangat rawan terkena penyakit. Dan konjungtivitis neonatal ini umumnya infeksi yang terjadi ketika ketika melalui jalan kelahiran.

Konjungtivitis neonatal atau neonatus aseptik paling sering terjadi akibat konjungtivitis kimiawi yang di induksi oleh larutan perak nitrat, yang telah di gunakan sejak lahir sejak akhir 1800-an untuk profilaksis konjungtivitis menular (prosedur yang dikenal sebagai profilaksis Credé). Konjungtivitis kimia menjadi kurang umum karena penggunaan salep eritomisin atau povidone iodide sebagai pengganti larutan perak nitrat untuk profilaksis konjungtivitis manula.

Di lansir dari laman msdmanuals, Infeksi seringkali di peroleh dari ibu yang terinfeksi selama perjalanan melalui kalan lahir. Oftalmia klamidia menjadi penyabab bakteri paling umum yang menyumbang hingga 40% dari konjungtivitis pada neonatus <4 minggu. Prevelensi inveksi klamidia ibu berkisar antara 2 hingga 20%. Sekitar 30-50% neonatus yang lahir dari wanita yag terinfeksi akut mengalami infeksi, dan 25-50% dari mereka mengalami konungtivitis. Dan bakteri streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza nontypeable menyumbang 30-50% kasus. Dan oftalmia gonokokal menyumbang <1% kasus.

Penyabab Dan Gejala

Usia bayi menjadi salah satu tanda sebagai indikasi atau petunjuk terhadap etiologi kondisi konjungtivitis neonatal. Sebab beberap penyabab konjungtivitis umumnya terjadi pada bayi dalam waktu yang berbeda-beda. Namun umumnya penyebab bayi mengalami konjungtivitis neobatal adalah sebagai berikut.

  1. Penyumbatan saluran ir mata
  2. Infeksi bakteri
  3. Peradangan kimiawi
  4. Infeksi akibat virus

Sedangkan untuk gejala yang muncul pada mata yang mengalami konjungtivitas mungkin masih sulit di kenali pada tahap awal. Namun menjelang beberapa hari setalah kelaihran umumnya gejala konjungtivitis neonatal baru dapat di ketahui. Yakni,

  1. Mata memerah
  2. Pembengkakan
  3. Mata berair
  4. Mengeluarkan darah
  5. Mengeluarkan nanah

Diagnosis Konjungtivitis Neonatal

Untuk mengathui kondisi pada mata bayi terhadap penyakit konjungtivitis neonatal memerlukan beberapa metode yang harus di lakukan agar hasil dapat di ketahui dengan lebih jelas. Diagnosis banding merupakan salah satu metode yang meliputi secret pada mata yang dapat berupa konjungtivitis atau obstruksi ductus lakrimalis kongential. Sementara itu diagnosis lain dapat di lakukan dengan pemeriksaan terhadap kondisi konjungtiva yang ada di mata.

Sementara itu, metode pemeriksaan fisik di mana metode ini mengharuskan untuk mengevaluasi edema periorbital dan adenopati. Kedua mata akan di periksa untuk melihat pembengkakan, edema, kondisi konjungtiva, serta kongesti pembuluh darah. Pemeriksaan uleserasi akan di lakukan untuk melihat adanya refleks merah pada mata, kotoran purulent, edema, eritema pada kelopak mata, dan injeksi konjungtiva yang akan menunjukan penyabab konjungtivitis.

Selain itu, bila di perlukan, metode pemeriksaan laboratorium juga dapat di lakukan untuk hasil yang lebih jelas. Pemeriksaan laboratorium meliputi pewarnaan gram dan kultur untuk memeriksa sel darah putih dan bakteri serta sensitivitas dan kultur bakteri yang di isolasi. Pewarnaan giemsa harus di lakukan untuk kecurigaan akan kalimidia, namun klamidia sendiri saat ini lebih sering di diagnosis dengan tes amplifikasi asam nukleat.

Sebagai catatan, bayi yang baru lahir dengan dugaan infeksi C. trachomatis harus di ambil sempelnya dari konjungtiva dan orofaring. Sebab C. trachomatis adalah organisme intraseluler obligat, di mana swab tidak hanya di ambil dari secret mata melainkan harus mencakup sel epitel konjungtiva.

Pencegahan Konjungtivitis Neonatal

Untuk mencegah kondisi konjungtivitis mata yang terjadi pada bayi umumnya masih belum di temukan cara yang pasti. Namun beberapa cerikut merupakan metode penting dalan manajemen perawatan mata yang mengalami konjungtivis neonatal. Yakni,

  1. Hindari kontaminasi silang dengan sering mencuci tangan dan memekai sarung tangan
  2. Irigasi mata dengan saline isotonic steril
  3. Pengobatan sistemik di perlukan untuk staphylococcal, gonococcal, chlamydia, pseudomonas dan konjungtivitis herpetic.
  4. Hindari penutup mata
  5. Pertimbangan pediatric ilnfectious disease dan atau konsultasikan pediatric ophthalmology
  6. Konjungtivitis kimia biasanya sembuh 24-27 jam dan dapat di bantu dengan pelumasan air mata buatan.

Pengobatan Konjungtivitis Neonatal

Umumnya dalam menangani konjungtivitis, pasien akan di berikan antibiotic atau selep untuk meredakan mata yang mengalami konjungtivitis. Selain itu, oral antibiotic dan ifus antibiotic akan di gunakan, dengan catatan sesuai dengan infeksi yang terjadi pada mata. namun beberapa pengobatan di lakukan berdasarkan jensi dari kondisi konjungtivitis neonatal. Yakni

  1. Konjungtivitis Gonokokal

Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis karena resistensi PCB. Sefalosporin generasi ketiga merupakan antibiotic lini pertama. Sebab kondisi ini dapat terjadi bahkan dengan profilaksis yang tepat, bayi yang di lahirkan ibu dengan infeksi gonokokal yang positif. Pada kondisi ini metode yang di gunakan meliputi,

    • Ceftriaxone 25-50mg/kg intravena atau intramuscular x 1dosis
    • Alternatif lain berupa sefotaksim dosis tunggal 100mg/kg
    • Isolasi bayi selama 24 jam pertama terapi antibiotic parenteral
    • Tes untuk HIV dan sifilis bersamaan
    • Evaluasi untuk penyakit diseminata (arthritis, meningitis, sepsis, infeksi anorectal)
    • Pertimbangan untuk mengobati klamidia karena tingginya tingkat infeksi bersamaan
    • Pertehenkan ambang batas rendah untuk mengevaluasi infeksi sistemik (sepsis, meningitis)
    • Konsultasikan ke oftalmologi karena gonokokal dapat menyababkan perforasi dan kebutaan
    • Irigasi mata dengan salin normal dengan interval yang sering (1 hingga 2 jam)
    • Antibiotic topical tidak di perlukan
  1. Konjungtivitis Klamidia

Eritromisin x 14 hari atau azitromisin 20mg/kg/hari  x 3 hari adalah pengobatan yang di rekomendasikan. Namun, American Academy of Pediatrics masih merekomendasikan eritromisin. Kurus kedua biasanya di perlukan karena 1-5 kasus kambuh setelah terapi antibiotic. Stenosis pylorus telah terlihat pada bayi kurang dari usia 6 minggu yang di obati dengan eritromisin.

  1. Konjungtivitis Herpes

Metode ini berupa memberikan vidarabine topical atau trifluridine 5x sehari selama sepuluh hari. Evaluasi, obati herpes sistemik konsuktasi pada oftalmologi menjadi langkah yang harus di lakukan. selain itu, pengobatan sistemik dengan asiklovir juga di indikasikan untuk SEM (kulit mata dan mukosa) dan infeksi system saraf pusat. Evaluasi oftalmologi sangat di rekomendasikan karena retinopati, katarak, dan korioretinitis dapat berkembang.

  1. Obstruksi Ductus Lacrimal

Metode ini merupakan langkah paling jelas secara spontan tanpa adanya pengobatan. Apabila masalah tidak dapat teratasi dan gejala kondisi ini tetap ada hingga 6-7 bulan maka barulah bayi harus di evakuasi dan di tangani oleh dokter mata.

Sebagai Catatan : Isolasi di anjurkan bagia pasien penderita pseudomonas, herpes, dan gonokokal.

Konnjungtivitis neonatal atau neonatus jenis gangguan penglihatan yang umumnya di alami oleh bayi yang baru saja melewati proses persalinan. Kondisi ini cukup umum di temukan pada kebanyakan bayi. Meskipun begitu, kondisi ini biasanya akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalanya waktu. Namun dalam kasus yang cukup parah, kondisi ini dapat menyababkan mata mengeluarkan adrah hingga nanah serta menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan. Sebagai langkah yang tepat untuk mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal kondisi ini adalah segera periksa dan konsultasikan kondisi ini pada dokter spesialis mata untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Demikian pejelasan dari Kawan Mama menganai cara mencegah dan mengobati konjungtivitis neonatal. Konjungtivitis di kenal sebagai gangguan penglihatan yang membuat mata memerah dan rasa yang tidak nyaman. Pada orang dewasa mungkin kondisi konjnungtivitis masih terbilang aman dan akan pulih dengan sendirinya. Namun pada bayi kondisi ini terbilang cukup berbahaya, karena dapat menyababkan hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Ncbi-nlm-nih-gov
  • Msdmanuals
Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Hallo Kawan Mama, Mata merah atau konjungtivitis memang menjadi salah satu kondisi gangguan penglihatan yang sering kali di alami oleh semua orang. Namun ternayata, selain terjadi pada orang dewasa dan lansia, mata merah atau konjungtivitis ini juga dapat di terjadi pada bayi yang baru lahir. Kondisi ini di sebut dengan konjungtivitis neonatal yang berbahaya bagi sang bayi, sebab dapat menyebabkan kebutaan. Karenanya perlu bagi kita untuk mengenali kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi tersebut.

Pada dasarnya, konjungtivitis neonatal hampir sama dengan konjungtivitis lainya di mana kondisi ini akan membuat mata memerah bagi penderitanya. Konjungtivis yang terjadi pada bayi yang baru lahir di kenal dengan istilah konjungtivitis neonatal. Konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi juga di kenal dengan istilah oftalmia neonatorum yang umumnya akan muncul dan terlihat pada bulan pertama pasca kelahiran. Risiko dari kondisi ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga terjadinya kebutaan.

Ketika kondisi ini sudah terlihat, maka di sarankan untuk melakukan langkah penanganan untuk mencegah terjadinya kondisi dan risiko yang lebih serius. Umumnya kondisi ini dapat di kenali dengan kondisi mata yang memerah, dan berair, hingga terdapat banyak kotoran pada mata sang bayi. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini Kawan Mama akan membahas mengenai kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi. Simak penjelasnya di bawah ini!!.

Kondisi Konjungtivitis Neonatal

Kenali Kondisi Konjungtivitis Neonatal Yang Terjadi Pada Bayi

Konjungtivitis neonatal atau neonatus biasa terjadi karena obstruksi ductus nasolakrimalis kongential atau konjungtivitis kimia atau adanya sebuah infeksi infeksi. Konjugtivitis neonatal atau neonatus juga di kenal dengan istilah oftalmia neonatrum yang akan muncul ketika memasuki 4 minggu pertama pasca kelahiran. Kondisi ini umumnya di sebabkan oleh infeksi pada bayi selama masa persalinan berlangsung.

Selain itu, di lansir dari laman emedicine-medscape menyebutkan bahwa, konjungtivitis neonatus aseptik paling sering terjadi akibat konjungtivitis kimiawi yang di induksi oleh larutan perak nitrat, yang telah digunakan sejak lahir sejak akhir 1800-an untuk profilaksis konjungtivitis menular (prosedur yang dikenal sebagai profilaksis Credé). Konjungtivitis kimia menjadi kurang umum karena penggunaan salep eritomisin atau povidone iodide sebagai pengganti larutan perak nitrat untuk profilaksis konjungtivitis manula.

Infeksi seringkali di peroleh dari ibu yang terinfeksi selama perjalanan melalui kalan lahir. Oftalmia klamidia menjadi penyabab bakteri paling umum yang menyumbang hingga 40% dari konjungtivitis pada neonatus <4 minggu. Prevelensi inveksi klamidia ibu berkisar antara 2 hingga 20%. Sekitar 30-50% neonatus yang lahir dari wanita yag terinfeksi akut mengalami infeksi, dan 25-50% dari mereka mengalami konungtivitis. Dan bakteri streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenza nontypeable menyumbang 30-50% kasus. Dan oftalmia gonokokal menyumbang <1% kasus.

Etiologi (Penyabab) Konjungtivitis Neonatal

Usia bayi merupakan petunjuk penting terhadap etiologi konjungtivitis neonatal. Namun infeksi bakteri dapat terjadi kapan saja. Berikut ini adalah beberapa ringkasan kejadian dan penyabab konjungtivitis neonatal.

  1. 24 Jam Pertama Kehidupan

Kimia seperti tetes perak nitrat atau dari obat-obatan profilaksis seperti tetes eritromisin dan tetes gentamin menjadi penyebab konjungtivitis neonatal

  1. 24 Hingga 48 Jam Khidupan

Hal yang laping mungkin menyebabkan kondisi ini adalah bakteri (Neisseria gonorrhoeae adalah penyabab paling umum serta staphylococcus aureus)

  1. 5 Hingga 14 Hari Kehiudpan (Kelahiran)

Penyababnya adalah chlamydia trachomatis

  1. 6 Hingga 14 Hari Kehidupan

Penyababnya adalah herpes keraktokonjungtivitis

  1. 5 Hingga 18 Hari

Penyababnya berupa pseudomonas aeruginosa

Gejala Konjungtivitis Neonatal

Umumnya kondisi mata yang mengalami konungtivitis neonatal akan muncul kondisi di mana mata memerah, bengkak hingga terkadang mengeluarkan darah hingga nanah. Namun gejala konjungtivitis neonatal juga dapat di ketahui dengan melihat penyababnya. Yakni,

  1. Konjungtivitis Kimia

Untuk profilaksis topical biasanya akan muncul dalam waktu 6-8 jam setelah berangsur-angsur dan menghilang secara spontan dalam waktu 48-96 jam

  1. Oftalmia Klamidia

Biasanya terjadi 5-14 hari setelah kelahiran. Kondisi ini dapat berkisar adri konjungtivitis ringan dengan secret mukopurulen yang minimal hingga edema kelopak mata yang parah dengan drainase yang berlebihan dan membentuk pseudomembran. Folikel tidak ada di konjungtiva seperti halnya pada anak yang lebih tua dan juga orang dewasa

  1. Oftalmia Gonokokal

Kondisi ini akan menyebabkan konjungtivitis purulent akut yang muncul 2-5 hari setelah kelahiran atau lebih awal yang di tandai dengan ketuban yang pecah terlalu dini. Neonatal atau neonatus akan mengalami edema kelopak mata yang parah di ikuti dengan eksudat purulen yang banyak yang mungkin berada di bawah tekanan. Kondisi ini dapat menyababkan ulserasi kornea dan kebutaa pada sang bayi.

  1. Keraktokonjungtivitis Herpes

Kondisi ini dapat terjadi sebagai infeksi terisolasi atau infeksi system saraf pusat atau diseminata. Hal ini dapat di salah artikan sebagai konjungtivitis bakteri atau kimia, tetapi adany keratitis dendritic adalah patognomonik.

  1. Konjungtivitis Akibat Bakteri Lain

Umumnya terjadidari 4 hingga beberapa minggu pasca kelahiran.

Patofisiologi Atau Faktor Risiko Konjungtivitis Neonatal

Neonatal atau neonatus memiliki risiko yang sangat tinggi terhadap konjungtivitis yang banyak di sebabkan oleh faktor pedisposisi. Seperti,

  1. Penurunan produksi air mata
  2. Kekurangan IgA dalam air mata
  3. Fungsi kekebalan tubuh menurun
  4. Tidak adanya jaringan limfoid pada konjungtiva
  5. Aktivitas lisozim menurun

Faktor penyabab lainya seperti kondisi di mana ketuban pecah terlalu dini, persalinan yang berlangsung lama, prematuritas, perawatan prenatal yang buruk, IMS ibu, ventilasi mekanis, buruknya kebersihan, riwayat gangguan bidan serta infeksi HIV. Neonatus yang berisiko lebih tinggi mengalami obstruksi ductus lakrimalis kongenital termasuk mereka yang memiliki sindrom down, sindrom goldendenher, sindrom celah anomali garis tengah wajah, mikrosomia hemifasial, dan craniosynostiss.

Pada dasarnya, kondisi konjuntivitis neonatal atau neonatus merupakan jenis gangguan penglihatan yang tidak jarang di temukan pada bayi pasca masa kelahiran. Ketika kondisi ini terjadi baiknya langsung di tangan oleh ahlinya, seperti dokter mata atau dokter anak, atau bahkan praktisi perawat. Sementera itu, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan konjungtivitis neonatal terjadi pada bayi yang baru di lahirkan. Apabila kondisi ini tidak segera di tangani maka bayi berisiko mengalami berbagai komplikasi hingga kondisi mata yang mengalami kebutaan.

Demikian penjelasan adri Kawan Mama menganai kondisi konjungtivitis neonatal yang terjadi pada bayi. Kondisi konjungtivitis neonatal atau neonatus terbilang sangat berbahay bagi sang bayi karena dapat menyababkan komplikasi hingga kebutaan. Karenanya kondisi ini memerlukan penanganan sesegera mungkin agr kondisi mata tidak kian memburuk.

Semoga tulisan ini dapat memabntu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Ncbi-nlm-nih-gov
  • Msdmanuals
Cara Untuk Mengobati Penyakit Glaukoma

Cara Untuk Mengobati Penyakit Glaukoma

Hallo Kawan Mama, Kondisi mata yang tidak normal atau mengalami gangguan tentu akan menganggu dan mengahmbat kita dalam menjalankan aktivitas. Beberapa jenis dari gangguan mata bahkan dapat menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan hingga kebutaan secara permanen. Salah satu jenis gangguan penglihatan tersebut adalah penyakit glaukoma. Penyakit glaukoma adalah penyakit yang membuat fungsi penglihatan menjadi menurun hingga kebutaan. Kondisi ini membuat penderitana perlu melakukan beberapa cara untuk mengobati penyakit glaukoma.

Penyakit glaukoma merupakan kondisi di mana mata mengalami kerusakan saraf mata yang menyebabkan gangguan penglihatan menjadi terganggu. Penderita glaukoma pada tahap yang ringan mungkin tidaka akn merasakan gejala dan efek samping dari kondisi tersebut. Namun ketika kondisi mata yang mengalami glaukoma kian memburuk, maka berbagai gejala akibat kondisi ini akan mulai terasa dan menjadi sebuah keluahan.

Salah satu kondisi yang banyak di alami oleh penderita glaukoma adalah fungsi penglihatan yang terganggu dan mulai menurun. Selain itu, kondisi ini akan membuat penglihatan perlahan menjadi kabur, serta seperti ada lingkaran mirip dengan pelangi terutama ketika melihat ke arah cahaya terang. Nah, kali ini Kawan Mama akan membahas menganai beberapa cara yang dapat di lakukan untuk mengobati kondisi penyakit glaukoma. Simak penjelasanya di bawah ini.

Penyakit Mata Glaukoma

Cara Untuk Mengobati Penyakit Glaukoma

Glaukoma pada dasaranya merupakan penyakit yang menyerang mata di mana saraf optik pada mata mengalami kerusakan yang membuat fungsi penglihatan menjadi kian menurun. Rusaknya saraf optik ini umumnya di sebabkan oleh adanya tekanan pada bola mata yang meningkat yang juga mempengaruhi saraf optik pada mata. bola mata yang mengalami peningkatan atau disebut dengan istilah intraokular yang membuat produksi carian alami pada mata menjadi meningkat.

Peningkatan tekanan pada bola mata serta produksi cairan mata yang bertambah serta mengendap tersebut akan merusak saraf optik pada mata. Saraf optik sendiri merupakan saraf yang ada di mata yang berfungsi untuk menyalurkan atau mentransmisikan gambar yang di tangkap ke pada otak. Saraf optik yang mengalami kerusakan akibat tingginya tekanan pada bola mata akan membuat mata secara perlahan menyebabkan fungsi penglihatan semakin menurun.

Penyebab Dan Gejala Glaukoma

Secara garus besar penyebab terjadinya glaukoma pada mata adalag peningkatan tekanan pada bola mata. Selain itu, produksi cairan alami pada mata yang meingkat dan mengendap karena kesulitan untuk di buang akan menyebabkan kerusakan pada saraf optik. Akibatnya fungsi penglihatan akan terganggu dan ketajaman penglihatan akan mulai menurun. Selain itu, kondisi ini sebagaimana di katakana di atas, bahwa dalam tahap yang ringan mungkin gejala masih belum dapat di rasakan. Namun pada tahap yang serius gejala akan dapat di ketahui. Berikut adalah beberapa gejala munculnya glaukoma.

  • Mata memerah
  • Nyari pada mata
  • Sakit kepala
  • Melihat bayangan lingkaran pada sekeliling cahaya
  • Rasa mual hingga muntah
  • Mata berkabut, terutama pada bayi
  • Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek sama sekali.

Diagnosis Glaukoma

Untuk mengetahui mata mengalami glaukoma perlu adanya tes medis untuk hasil yang lebih jelas dan akurat. Dalam upaya untuk mendiagnosis glaukoma, dokter umumnya akan menggunakan alat untuk mengetahui tekanan pada bola mata, yakni Slit Lamp. Alat ini dapat mengetahui dan menilai keadaan sel dan komponen yang ada di mata mulai dari kornea mata, hingga pada retina. Sedangkan untuk mengukur tekanan pada bola mata, dokter akan menggunakan alat tonometry.

Di lansir dari laman klinikmatanusantara menyebutkan bahwa pemeriksaan komprehensif akan di lakukan dengan alat yang memadai, yakni.

  • Tonometer, alat untuk mengukur tekanan bola mata atau intraocular
  • Pekimetri, alat untuk mengukur ketebalan kornea yang relevan untuk mengukur tekanan bola mata secara akurat
  • Perimetri, berupa pemeriksaan lapang pandang di mana penglihatan perifer atau tepi akan di ukur luasnya.
  • Tomografi koherensi optik atau Optikal Coherence Tomography (OCT) dengan mengambil gambar/citra yang dapat memperlihatkan, memetakan, dan mengukur lapisan yang berbeda-beda pada retina. Alat ini juga akan mengukur dan mendokumentasikan saraf optik yang mengalami kerusakan
  • Foto saraf optik, menampilkan gambar/citra berwarna dan terperinci pada saraf optik dan dapat mendokumentasikan perubahan yang terjadi pada saraf optik seiring berjalannya waktu.

Mata pasien akan di berikan semacam obat tetes mata yang berfungsi untuk membuat kornea mata kebal. Kemudian sudut di antara iris dan korne akan di lakukan pemeriksaan gonioskopi untuk melihat apakah kondisi sudut tersebut terbuka atau tertutup. Dokter akan meneteskan obat tetes mata untuk melebarkan pupil agar kerusakan pada saraf optik dapat di ketahui. Pasien mungkin penglihatanya akan sedikit manjadi kabur. Namun kondisi ini merupakan efek samping dari pupil yang terbuka dan terbilang aman. Dengan begitu dokter akan mengetahui cara yang tepat untuk mengobati glaukoma.

Pengobatan Glaukoma

Ketika telah mengetahui akan kondisi mata yang mengalami glaukoma, maka sebaiknya lakukan langkah penanganan untuk mencegah berkembangya glaukoma. Langkah penanganan yang di lakukan sifatnya menyelamatkan penglihatan yang masih ada dan memperlambat perkembangan glaukoma. Namun penglihatan yang sudah hilang akibat glaukoma umumnya tidak dapat di lakukan langkah pemulihan.

Untuk mengobati mata yang mengalami glaukoma, baiknya di lakukan oleh dokter spesialis mata. setelah malakukan langkah diagnosis, dokter dapat mengetahui kondisi mata yang mengalami glaukoma. Berikut adalah beberapa metode yang biasa di lakukan dokter untuk mengangani glaukoma.

  1. Pengobatan Obat Tetes Mata

Pada tahap awal dalam metode mangobati mata yang mengalami glaukoma, umumnya dokter akan merekomendasikan obat tets mata. obat tersebut akan membantu mengurangi tekanan pada bola mata dengan cara memperbaiki aliran dan mengurangi produksi carian alami pada mata. Umumnya jenis obat mata yang di resepkan pun dapat berbeda-beda yang di sesuaikan dengan besarnya tekanan pada bola mata yang perlu di kurangi.

Beberapa jenis obat mata yang biasa di resepkan dokter meliputi,

    • Prostaglandin

Obat jenis ini biasa menjadi resep untuk di gunakan sekali dalam sehari. Namun pemakian obat ini dapat menyebabakan risiko mata merah dan perih dan membuat kelopak mata menjadi lebih hitam. Obat yang termasuk dalam kategiri ini antara lain adalah latanoprost, travopost, dan bimatoprost.

    • Beta Bloker

Penggunaan obat tetes mata yang satu ini akan menimbulkan efek samping seperti kesulitan bernapas, detak jantung melambat dan tekanan darah menurun yang membuat badan lemas.

    • Miotic Atau Cholinergic

Obat ini dapat berfungsi untuk memperlencar aliran aques humuor pada mata sehingga mencegah perkembangan glaukoma. Obat tetes mata jensi ini seperti halnya dengan pilocarpine

  1. Terapi Laser

Ketika metode penggunaan obat mata tidak efektif dan membuahkan hasil yang baik, maka dokter akan menyarankan untuk menggunakan metode terapi laser. Sementara itu, ada beberapa jenis terapi laser yang dapat di gunakan untuk mengatasi perkembangan glaukoma. sebagai berikut.

    • Trabeculoplasty

Jenis terapi laser ini akan membantu membuka jaringan yang terhambat sehingga aqueous humuor dapat mengalir lebih lancar.

    • Iridotomi

Jenis terapi ini akan membuat lubang kecil pada iris atau selaput pelangi pada mata agar aqueous humuor dapat mengalir.

    • Cyclophotoagulation

Jenis terapi laser yang satu ini dapat mengeluarkan cairan putih dan bagian putih mata atau sklera.

  1. Prosedur Operasi

Lankah operasi merupakan metode tarakhir yang di lakukan untuk menangani mata yang mengalami penyakit glaukoma. Ketika metode penggunaan obat tetes mata dan terapi laser tidak efektif dan memberi hasil yang di inginkan, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan metode operasi. Prosedur operasi untuk menangani glaukoma sendiri umumnya meliputi beberapa langkah. Yakni sebagai berikut,

    • Trabeculectomy

Metode operasi yang satu ini berupa pembuatan lubang pada bagian puith mata yang berfungsi untuk membuang sebagian system drainase aqueous humuor.

    • Implant

Implant merupakan metode operasi di mana mata akan di tanamkan tabung kecil yang berfungsi untuk mengalirkan produksi aqueous humuor yang berlebih di mata.

Glaukoma merupakan penyakit yang berbahaya yang dapat terjadi pada siapa saja tanpa mengenal batas usia. Penderita glaukoma berisiko dapat mengalami hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan secara permanen. Untuk langkah pencegahan kondisi mata yang mengalami glaukoma sendiri masih belum di temukan dengan pasti. Sebab gejalanya yang cederung sulit untuk di ketahui, terutama pada awal kemunculannya menjadikan glaukoma lebih sering di ketahui ketika kondisinya sudah kian memburuk. Sebagai lankah untuk mencegah kondisi ini, kamu dapat menerapkan gaya hidup sehat serta rajin memeriksakan kondisi mata ke dokter mata.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai beberapa cara untuk mengobati penyakit mata glaukoma. meskipun dapat terjadi pada siapa saja, namun besar kemungkinan bahwa glaukoma lenbih mudah di alami oleh orang dengan usia 60 tahun ke atas. Sekalipun begitu, anak-anak dan orang dewasa juga perlu berhati-hati akan kondisi ini.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Alodokter
  • Halodoc
Cara Untuk Mencegah Penyakit Glaukoma

Cara Untuk Mencegah Penyakit Glaukoma

Hallo Kawan Mama, Miningkatnya tekanan pada bola mata adalah salah satu indikasi kondisi berbahaya pada mata. Pasalnya kondisi tersebut merupakan gejala pada mata yang mengalami glaukoma. Orang mungkin lebih mengenal dengan kondisi katarak jika di bandingkan dengan kondisi glaukoma ini. Namun oerlu di ketahui, bahwa glaukoma adalah salah satu penyakit yang menyerang mata dan berisiko menyebabkan kebutaan. Untuk menanganinya sendiri, ada beberapa cara untuk mencegah glaukoma.

Mata adalah salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi dan peran yang sangat penting, terutama dalam membantu melakukan segala aktivitas. Ketika mengalami gangguan atau penyakit mata yang membuat kondisi mata tidak normal tentu hal ini juga akan berpengaruh terhadap aktivitas lainya. glaukoma adalah salah satu jenis gangguan penglihatan atau penyakit mata yang dapat menganggu fungsi mata hingga berisiko menyebabkan kebutaan.

Glaukoma merupakan kondisi di mana adanya peningkatan tekanan pada bola mata yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Mata yang mengalami tekanan dapat menyababkan saraf optic pada mata mengalami kerusakan. Jika saraf optic ini rusak, maka fungsi mata aka mulai menurun hingga mengalami kebutaan. Berikut ini, Kawan Mama akan membahas mengani beberapa cara untuk mencegah panyakit glaukoma. Simak penjelasanya sebagai berikut.

Penyakit Mata Glaukoma

Cara Untuk Mencegah Penyakit Glaukoma

Istilah glaukoma memang terdengar masih asing di telinga kita di bandingkan dengan penyakit mata lainya. Namun ternayata, selain dampaknya yang cukup berbahaya, banyak pula pasien yang menderita penyakit ini. Pada dasarnya, glaukoma sendiri merupakan penyakit mata di mana saraf optic yanag ada di mata mengalami kerusakan. Kondisi ini di sebabkan oleh adany peningkatan tekanan yang berlebih pada bola mata

Saraf optic sendiri merupakan saraf yang berfungsi untuk menghantarkan informasi visual yang telah di lihat dan di tangkap oleh mata menuju otak. Ketika saraf optika mengalami kerusakan, hal ini akan membuat kemampuan penglihatan pada mata menjadi menurun. Dalam kondisi yang cukup parah penderita glaukoma dapat mangalami kebutaan secara permanen.

Proses Terjadinya Galaukoma

Menurut infromasi yang di muat dalam laman Glaukoma Research Foundation menyebutkan bahwa, kisaran normal tekanan pada bola mata pada umumnya adalah di antara 10-12mmHg. Ketika tekanan tersebut cenderung terlalu rendah, maka tekstur mata akan menjadi terlalu lunak. Sementara itu, jika tekanan tersebut meningkat terlalu tinggi maka tekstur dari mata akan mengeras. Kondisi inilah yang menjadi faktor utama penyabab mata mengalami glaukoma.

Di bagian dalam mata, pada dasarnya terdapat aqueous humuor yang mengalir melalui biliki mata pada bagian depan dan keluar melalui system drainase. Proses tersebut di kenal dengan istilah trabecular meshwork. Sedangkan aqueous sendiri merupakan carian alami yang akan berfungsi untuk menjaga bentuk mata, menyuplai nutrisi, hingg membersihkan kotoran. Ketika jaringan atau proses tersebut mengalami kendala, maka akan menimbulkan dampak buruk bagi mata.

Umumnya aqueous humuor akan di produksi sesuai dengan yang di butuhkan. Apabila aqueous humuor di produksi secara berlebihan atau trabecular meshwork tidak berfungsi dengan baik, maka daoat menyababkan penumupkan cairan di mata. Kondisi ini secara otomatis membuat bola mata mengalami peningkatan tekanan hingga akan berdampak dan merusak saraf mata. Kebutaan yang di sebabkan oleh kerusakan pada saraf penglihatan tidak dapat di perbaiki lagi meskipun menggunakan metode operasi

Gejala Glaukoma

Pada tahap yang cukup ringan, kebanyakan dari penderita glaukoma tidaka akan menyadari adanya glaukoma pada mata. Namun ketika kondisi glaukoma pada mata kian memburuk dan dalam tahap yang serius maka gejala-gejala akan mulai di rasakan. Umumnya mata yang mengalami glaukoma akan muncul beberapa gejala sebagai berikut.

  1. Mata memerah
  2. Nyari pada mata
  3. Sakit kepala
  4. Melihat bayangan lingkaran pada sekeliling cahaya
  5. Rasa mual hingga muntah
  6. Mata berkabut, terutama pada bayi
  7. Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek sama sekali.

Cara Mencegah Mata Yang Mengalami Glaukoma

Langkah pencegahan merupakan hal yang penting untuk di lakukan agar mata yang mengalami glaukoma dapat pulih dan berfungsi se[erti sedia kala. Setelah mengetahui gejala-gejala munculnya penyakit glaukoma, ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mencegah penyakit glaukoma menyerang mata. berikut adalah cara untuk mencegah mata yang mangalami penyakit glaukoma.

  1. Menjaga Kesehatan Dan Menambah Konsumsi Vitamin A

Menjaga kesehatan adalah salah satu hal yang wajib kita lakukan agar tubuh, juga mata tetap dapat berfungsi dengan normal. Dengan menerapkan gaya hidup sehat maka akan membantu menjaga kesehatan tubuh dan mata. selain itu, kamu juga perlu untuk menambah konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung vitamin A. sebagaimana kita ketahui, vitamin A adalah jenis nutrisi yang baik untuk kesehatan mata

  1. Rajin Memeriksa Mata

Mata yang mengalami glaukoma pada dasarnya belum dapat di ketahui secara kasat mata, terutama ketika glaukoma masih dalam tahap yang ringan. Gejala mata yang mengalami glaukoma umumnya akan muncul dan terlihat ketika glaukoma sudah dalam tahap yang serius. Dalam hal ini, kamu dapat mengecek kondisi mata pada dokter mata dengan rutin untuk mengetahui apakah mata kamu mengalami glaukoma atau tidak. Jika di ketahui mata mengalami gaukoma, maka kamu dapat segera melakukan langkah pencegahan.

  1. Gunakan Obat Tetes Mata Sesuai Dengan Resep Dokter

Selain menjaga kesehatan dan menambah konsumsi vitamin A, kamu juga perlu merawat mata kamu dengan manggunakan obat tetes mata. Dalam menggunakan obat tetes mata, sebaiknya jangan gunakan obat tetes mata sembarangan. Pastikan gunakan tetes mata yang sesuai dengan resep yang di berikan oleh dokter. Hal tersebut akan lebih aman dan sesuai dengan kondisi matamu saat ini.

  1. Gunakan Pelindung Mata

Mata merupakan oragn tubuh yang bersifat sangat sensitive terhadap sesuatu yang ada di sekitar yang dapat mengenainya. Beberapa cedera yang dapat terjadi pada mata sangat berisiko menyababkan mata mengalami glaukoma. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sebaiknya gunakan pelindung mata, terutama ketika sedang beraktivitas di luar rumah. Kamu dapat menggunakan kaca mata sebagai pelindung untuk menjaga mata dari ancaman radikal bebas.

Pada dasarnya, pencegahan penyakit glaukoma belum di temukan cara yang tepat. Sebab kondisi mata yang mengalami glaukoma tersebut cenderung terjadi dengan sendirinya, dan sulit di ketahui terutama dalam tahap awal atau kondisi ringan. Namun beberapa cara di atas di anggap dapat menjadi alternative untuk menjaga mata agar terhindar dari penyakit glaukoma. Selain itu, rajin memeriksa mata juga erlu untuk di lakukan agar kondisi mata dapat di ketahui, serta dapat melakukan penanganan yang tepat pada mata yang mengalami penyakit glaukoma.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai beberapa cara untuk mencegah penyakit glaukoma yang menyerang mata. penyakit glaukoma merupakan penyakit yang menyerang mata dan dapat menyebabkan kebutaan secara permanen pada penderitanya. Karenanya perlu segera melakukan penanganan untuk mencegah perkembangan penyakit ini.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Halodoc
  • Klikdokter
Beberapa Jenis Penyakit Mata Glaukoma

Beberapa Jenis Penyakit Mata Glaukoma

Hallo Kawan Mama, Gangguan penglihatan adalah salah satu kondisi masalah kesehatan yang umum di alami oleh kebanyakan orang. Bahkan beberapa jenis penyakit mata sangat berbahaya karena dapat menyebabkan hilangnya penglihatan atau kebutaan. Salah satu jenis gangguan penglihatan atau penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan adalah glaukoma. Sementara itu, kondisi ini sendiri terbagi menjadi beberapa jenis penyakit mata glaukoma.

Umumnya, banyak orang mungkin masih asing dan belum mengerti dengan penyakit mata yang satu ini dan lebih familiar dengan penyakit katarak. Namun perlu di ketahui, bahwa glaukoma merupakan penyakit yang terjadi pada saraf mata yang dapat menyababkan kebutaan dan menjadi penyakit kedua setelah katarak. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan terjadi di seluruh dunia. Dalam kasus yang lebih parah, mata dari penderita glaukoma dapat kehilangan fungsi penglihatan atau kondisi kebutaan secara permanen

Penderita glaukoma umumnya akan merasakan kondisi di mana fungsi penglihatan yang mulai menurun. Hal ini terjadi akibat saraf optic pada mata yang menglamai kerusakan. Kondisi glaukoma di mana saraf optic mengalami kerusakan akibat adanya peningkatan tekanan pada bola mata. Dalam kondisi yang cukup parah, penderita glaukoma ini berisiko mengalami hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Kawan Mama rangkum informasi mengenai beberapa jenis penyakit mata glaukoma.

Mata Yang Mengalami Glaukoma

Beberapa Jenis Penyakit Mata Glaukoma

Mata yang mengalami panyakit glaukoma pada dasarnya, merupakan kondisi di mana saraf pada mata, tepatnya saraf optic (penglihatan) mengalami kerusakan. glaukoma ini umumnya di sebabkan oleh bola mata yang mengalami peningkatan tekanan yang berlebih. Saraf optic sendiri adalah saraf yang akan menghantarkan informasi visual ke otak yang tadinya di tangkap oleh mata. Ketika saraf optik mengalami kerusakan, maka secara otomatis kemampuan penglihatan akan semakin menurun.

Saraf optic mata pada dasarnya terdiri dari jutaan serat saraf. Sedangkan proses penglihatan sendiri berupa cahaya suatu benda di pantulkan ke mata dan di teruskan oleh kornea ke lensa untuk di fokuskan. Kemudian akan di teruskan ke retina yang akan mengirimkan sinyal gambar ke otak melalui saraf optic mata. Ketika saraf optic mengalami kerusakan, maka secara otomatis, mata akan mempengaruhi dan manganggu fungsi penglihatan menjadi tidak normal.

Umumnya kondisi mata di mana saraf optiknya mengalami kerusakan akan muncul beberapa gejala. Seperti mata yang memerah, rasa nyeri di mata, penglihatan yang kabur hingga membuat perut menjadi mual dan muntah. Kondisi ini membuat penderitanya harus segera melakukan langkah penanganan atau pengobatan untuk mencegah terjadinya risiko hilangnya fungsi penglihatan. Sebab kondisi sangatlah riskan akan risiko terjadinya kebutaan hingga permanen.

Penderita Glaukoma

Kebanyakan studi menunjukkan bahwa peningkatan tekanan pada bola mata merupakan salah satu faktor yang sangat berisiko menyebabkan rusaknya saraf optic. Glaukoma adalah penyakit yang menyerang mata yang pada umumnya dapat di alami oleh siapa saja tanpa mengenal adanya batasan usia. Namun kebanyakan kasus yang terjadi, glaukoma lebih banyak di alami oleh orang dengan usia lanjut. Namun tentunya anak-anak dan orang dewasa perlu mewaspasai kondisi ini.

Di lansir dari laman yankes,kemkes mnyebutkan bahwa, direktorat jendral pelayanan kesehatan (ditjen yankes) yang mengutip dari data world health organization yang membahas menganai glaukoma. Informasi yang di tayangkan dalam rangka World Glaukoma Week Tahun 2017 tersebut menyatakan bahwa dari 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan di mana 14% di antaranya mengalami kebutaan.

Dari 39 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan tersebut, 8% di antara jumlah tersebut mengalami kebutaan akibat glaukoma. Angka ini di perkitakan akan semakin meningkat hingga di tahun 2020 dengan proporsi terbanyak di wilayah asia dan afrika. Angka tersebut tentunya merupakan angka yang cukup tinggi dan menghawatirkan. Sebab kondisi tersebut dapat menyababkan hilangnya fungsi pengihatan atau kebutaan secara permanen.

Jenis Penyakit Mata Glaukoma

Pada dasarnya, secara etiologi atau berdesaran faktor penyebabnya, galukoma di klasifikasikan menjadi 3 macam. Yakni glaukoma primer, sekunder dan kongential. Glaukoma primer adalah jenis panyakit glaukoma yang tidak di ketahui dengan pasti faktor penyebabnya. Sedangkan glaukoma sekunder merupaka  panyakit glaukoma yang di ketahui faktor panyababny. Yakni seperti halnya dengan riwayat penyakit lain berupa katarak atau diabetes, hingga trauma atau kecelakaan dan lain sebagainya.

Sementara glaukoma kongential merupakan glaukoma yang di temukan sejak bayi di lahirkan. Umumnya, kondisi ini di sebabkan oleh perkembangan system pembuangan dalam mata yang gagal atau kurang lengkap hingga mengakibatkan meningkatnya tekanan pada saraf optic. Kondisi ini terbilang cukup jarang terjadi, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ini merupakan penyakit keturunan.

Berdasarkan klasifikasi di atas, glaukoma dapat di golongkan menjadi beberpa jenis di mana sebaian besar masuk ke dalam klasifikasi glaukoma primer. Berbagai jenis glaukoma cenderung memiliki gejala dan panyabab yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasannya.

  1. Glaukoma Sudut Terbuka (Primer)

Glaukoma sudut terbuka atau biasa di sebut glaukoma kronis merupakan salah satu jenis dari glaukoma kronis. Jenis glaukoma yang satu ini merupakan jenis glaukoma yang paling sering menyababkan kebutaan pada penderitanya. Kondisi ini terjadi akibat system vaskularisasi yang kurang baik. Mata secara otomatis akan selalu memproduksi cairan alami yang nantinya akan di keluarkan.

Sudut atau bilik mata merupakan tempat bertemunya kornea dan iris yangjuga menjadi tempat pembuangan. Glaukoma sudut terbuka merupakan gangguan vaskularisasi di dalam saluran pembuangan sehingga menyebabkan pembuangan cairan tidak lancar. Gangguan ini akan menyababkan meningkatnya tekanan secara perlahan yang akan merusak saraf optic pada mata hingga mata mengalami glaukoma.

  1. Glaukoma Sudut Tertutup (Primer)

Glaukoma sudut tertutup adalah kondisi kebalikan dari glaukoma sudut terbuka. Pada kondisi glaukoma sudut tertutup, berupa cairan alami pada mata tidak dapat keluar atau menembus sudut tersebut. Kondisi ini terjadi akibat sudut yang tertutup oleh sebagian dari iris. Kondisi ini akan mengakibatkan cairan lama tidak dapat keluar sehingga mengendap dan menyababkan peningkatan tekanan pada bola mata.

  1. Glaukoma Tekanan Normal

Glau koma tekanan normal atau Normal-Tension Glaukoma) merupakan bentuk lain dari glaukoma primer sudut terbuka di mana bola mata mendapat tekanan yang normal. Pada dasarnya, tekanan bola mata berkisar antara 12 hingga 22mmHg. Jika tekanan di atas angka tersebut maka ini merupakan gejala dari glaukoma. Sampai saat ini, masih belum di temukan penyebab dari kondisi ini.

Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang berisiko menyababkan kondisi glaukoma jenis ini. Seperti saraf optic yang sensitive, kurangnya aliran darah yang menyuplai saraf optic, riwayat genetik atau keturunan hingga riwayat penyakit jantung sistemik.

  1. Glaukoma Kongential

Glaukoma kongential merupakan istilah bagi bayi yang baru lahir dan mengalami kondisi glaukoma. Meski begitu, kondisi ini terbilang jarang di temukan. 1 dari 10.000 bayi yang lahir memiliki kecacatan pada matanya. Kondisi ini membuat cairan alami pada mata tidak dapat terbuang dengan baik sehingga akan mengendap dan meningkatkan tekanan pada mata.

Umumnya kondisi ini dapat di ketahui dengan melihat beberapa gejala yang muncul. Seperti, Ada bercak noda yang keruh di mata, sensitive terhadap cahaya, mata berair dan mata terlihat lebih besar dari ukurn normal. Selain glaukoma kongential, ada jenis glaukoma lain yang biasa terjadi pada anak-anak, yakni glaukoma pediatric.

  1. Glaukoma Noevaskular

Kondisi ini terjadi ketika mata memiliki pembuluh darah yang berlebih. Pembuluh darah, tersebut bisa menutupi bagian mata yang seharusnya mengalirkan cairan mata ke drainase yang mengakibatkan tekanan pada bola mata menjadi meningkat. Umumnya kondisi ini akan memunculkan beberapa gejala, seperti sakit mata, mata memerah hingga penglihatan kabur. Kondisi ini biasanya di sebabkan oleh penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, seperti darah tinggi atau diabetes.

  1. Glaukoma Pigmentasi

Kondisi ini terjadi ketika pigmen atau warna pada iris mata pecah sehingga lepada dari iris. Pigmen yang terlepas tersebut akan akan menutupi saluran cairan mata sehingga mambuat tekanan pada bola mata menjadi meningkat. Pengidap rabun jauh sangat rentan mengalami kondisi ini. Umumnya kondisi ini akan menimbulkan gejala, seperti penglihatan buram dan seperti melihat cincin berwarna yang menyerupai pelangi, terutama ketika melihat cahaya langsung.

  1. Glaukoma Uveitis

Kondisi ini terjadi pada seseorang yang menderita uveitis. Uveitis merupakan salah satu jenis peradangan pada mata yang berisiko menyababkan glaukoma. Bahkan 2 dari 10 penderita uveitis mengalami glaukoma. Pada dasarnya para ahli belum yakin dengan pasti bagaimana uveitis dapat menyebabkan glaukoma. Namun peradangan pada jaringan tengah mata di duga dapat menyebabkan glaukoma. Kondisi ini juga dapat di perburuka akibat efek penggunaan obat kortikosteroid.

Selain beberapa jenis penyakit glaukoma di atas, ada beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami glaukoma, seperti halnya usia. Glaukoma memang lebihs sering menyerang dan terjadi pada orang dengan usia lanjut, yakni 60 tahhun ke atas. Kondisi ini juga rawan terjadi dan sangat berisiko bagi orang yang memiliki riwayat keluarga dengan panyakit yang sama. Selain itu, glaukoma juga seringkali menyerang orang yang menggunakan obat-obatan tertentu dalam jangka waktu yang panjang, seperti kortikosteroid. Riwayat penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung, hingga panyakit anemia juga dapat memicu terjadinya glaukoma.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama menganai beberapa jenis penyakit mata glaukoma. Glaukoma adalah salah satu penyakit mata yang sangat berbahaya karena dapat menyababkan hilangnya fungsi penglihatan ata kebutaan secara permanen. Karenanya perlu segera melakukan langkah pencegahan pabila gejala kondisi ini muncul.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Klinikmatanusantara
  • Hellosehat
Kenali Gejala Dan Penyebab Mata Mengalami Glaukoma

Kenali Gejala Dan Penyebab Mata Mengalami Glaukoma

Hallo Kawan Mama, Mata adalah bagian dari organ tubuh yang memiliki peran penting sebagai alat bantu untuk penglihatan. Aktivitas sehari-hari dapat di lakukan dengan mudah juga karena mata yang berfungsi dan membantu kita menjalankannya. Namun beberapa kondisi, seperti beratnya tekanan pada mata dapat menjadi penyebab terjadinya kerusakan pada saraf mata. Kondisi mata yang mengalami tekanan dan kerusakan saraf di sebut juga dengan istilah galukoma. Kondisi tersebut tidak lepas dari adanya gejala dan penyebab yang membuat mata mengalami glaukoma.

Kebanyakan orang mungkin masih asing dengan penyakit mata yang satu ini dan lebih familiar dengan penyakit katarak. Namun perlu di ketahui, bahwa glaukoma merupakan penyakit yang terjadi pada saraf mata yang dapat menyababkan kebutaan dan menjadi penyakit kedua setelah katarak. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan terjadi di seluruh dunia. Dalam kasus yang lebih parah, mata dari penderita glaukoma dapat kehilangan fungsi penglihatan atau kondisi kebutaan secara permanen.

Kondisi Glaukoma

Kenali Gejala Dan Penyebab Mata Mengalami Glaukoma

Pada dasarnya, glaukoma merupakan kondisi di mana saraf pada mata, tepatnya saraf optic (penglihatan) mengalami kerusakan. Kondisi ini umumnya di sebabkan oleh bola mata yang mengalami peningkatan tekanan yang berlebih. Saraf optic sendiri adalah saraf yang akan menghantarkan informasi visual ke otak yang tadinya di tangkap oleh mata. Ketika saraf optika mengalami kerusakan, maka secara otomatis kemampuan penglihatan akan semakin menurun.

Umumnya kondisi mata di mana saraf optiknya mengalami kerusakan akan muncul beberapa gejala. Seperti mata yang memerah, rasa nyeri di mata, penglihatan yang kabur hingga membuat perut menjadi mual dan muntah. Kondisi ini membuat penderitanya harus segera melakukan langkah penanganan atau pengobatan untuk mencegah terjadinya risiko hilangnya fungsi penglihatan. Sebab kondisi sangatlah riskan akan risiko terjadinya kebutaan hingga permanen.

Mata Yang Mengalami Glaukoma

Di bagian dalam mata, pada dasarnya terdapat aqueous humuor yang mengalir melalui biliki mata pada bagian depan dan keluar melalui system drainase. Proses tersebut di kenal dengan istilah trabecular meshwork. Sedangkan aqueous sendiri merupakan carian alami yang akan berfungsi untuk menjaga bentuk mata, menyuplai nutrisi, hingg membersihkan kotoran. Ketika jaringan atau proses tersebut mengalami kendala, maka akan menimbulkan dampak buruk bagi mata.

Umumnya aqueous humuor akan di produksi sesuai dengan yang di butuhkan. Apabila aqueous humuor di produksi secara berlebihan atau trabecular meshwork tidak berfungsi dengan baik, maka daoat menyababkan penumupkan cairan di mata. Kondisi ini secara otomatis membuat bola mata mengalami peningkatan tekanan hingga akan berdampak dan merusak saraf mata. Kebutaan yang di sebabkan oleh kerusakan pada saraf penglihatan tidak dapat di perbaiki lagi meskipun menggunakan metode operasi.

Panyebab Mata Mengalami Glaukoma

Pada dasarnya, penyebab utama yang membuat mata mengalami kondisi glaukoma adalah peningkatan tekanan pada mata atau di sebut tekanan intraocular). Umumnya kondisi ini di sebabkan oleh adana produksi cairan mata yag berlabihan, hingga di sebabkan oleh saluran pembuangan yang terhalang oleh adany cairan tersebut. peningkatan tekanan ini akan membuat kerusakan pada serabut saraf retina yang merupakan jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata, dan saraf optic yang akan menghubungkan mata ke otak.

Menurut infromasi yang di muat dalam laman Glaucoma Research Foundation menyebutkan bahwa, kisaran normal tekanan pada bola mata pada umumnya adalah di antara 10-12mmHg. Ketika tekanan tersebut cenderung terlalu rendah, maka tekstur mata akan menjadi terlalu lunak. Sementara itu, jika tekanan tersebut meningkat terlalu tinggi maka tekstur dari mata akan mengeras. Kondisi inilah yang menjadi faktor utama penyabab mata mengalami glaukoma.

Untuk menjaga tekanan intraocular dalam sekala atau batas normal, cairan alami yang terdapat di mata haruslah terbuang melalui sudut drainase yang ada di mata. sudut drainase tersebut terletak pada titik pertemuan antara iris dan kornea mata. selin itu, sudut drainase yang tidak berfungsi dengan baik akan membuat cairan mata yang di produksi menjadi semakin banuak dan mengendap karena tidak dapat di keluarkan dari mata.

Gejala Mata Yang Mengalami Glaukoma

Kondisi mata yang mengalami glaukoma kronis, umumnya akan membuat penglihatan penderita glaukoma menjadi semakin menurun. Peningkatan tekanan bola mata, biasanya muncul secara perlahan dan kerusakan yang di timbulkan pun terjadi secara bertahap. Sementara itu, seringkali penderita mata glaukoma tidak manyadari tanda-tanda atau gejala yang muncul akibat kondisi ini. Ketika mata yang mengalami glaukoma masuk dalam tahap yang serius, barulah pendirtanya akan menyadari adanya gangguan penglihatan.

Pada tahap awal, penglihatan tepi atau peripheral cenderung mulai buram dan hilang. Kondisi ini layaknya seperti tengah melihat ke dalam lorong di mana tidak terlihat apapun pada sisi kiri dan kanan. Kemudian penglihatan sentral atau focus mata akan mulai menghilang. Ketika kondisi ini sudah berlangsung cukup lama, penderita glaukoma akan umumnya akan mengeluhkan kondisi mata yang mengalami hilangnya fungsi penglihatan.

Kondisi ini biasanya hanya terjadi pada salah satu mata saja, sedangkan mata yang satunya lagi masih dapat melihat dengan normal. Selain itu, berikut adalah beberapa gejala yang umumnya terjadi pada penderita mata glaukoma.

  1. Mata memerah
  2. Nyari pada mata
  3. Sakit kepala
  4. Melihat bayangan lingkaran pada sekeliling cahaya
  5. Rasa mual hingga muntah
  6. Mata berkabut, terutama pada bayi
  7. Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek sama sekali.

Penutup

Pada dasarnya, glaukoma merupakan gangguan penglihatan atau penyakit mata yang di tandai dengan adanya kerusakan pada saraf mata. kondisi ini terjadi akibat adanya peningkatan tekanan yang terjadi pada bola mata. penyakit mata yang satu ini umumnya dapat di alami oleh siapa saja tanpa mengenal batasan usia. Namun kondisi ini biasanya lebih sering di alami orang dengan usia lanjut. Gejala dan penyebab mata glaukoma menjadi poin penting untuk di katahui. Sebab mata yang mengalami glaukoma, apabila tidak sgera di tangani akan menyababkan hilangnya fungsi penglihatan. Dalam kasus yang lebih buruk, kondisi ini kan membuat penderitanya mengalami kebutaan hingga permanen.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama menganai gejala dan penyebab mata mengalami kondisi glaukoma. Berdasarkan penjelasan di atas, glaukoma merupakan penyakit mata yang sangat berbahaya karena risiko kebutaan secara permanen. Karenanya perlu adanya langkah pencegahan atau pengobatan sesegera mungkin.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Klinikmatanusantara
  • Klikdokter
Kenali Kondisi Mata Konjungtivitis Viral

Kenali Kondisi Mata Konjungtivitis Viral

Hallo Kawan MamaPenyakit mata koonjungtivitis atau mata merah adalah jenis penyakit yang terjadi pada mata dan seringkali di alami oleh kabnayakan orang. Umumnya penyakit ini datang dan menyerang mata akibat adanya bakteri dan virus yang berkembang dan menginfeksi mata. Konjungtivitis sendiri terbagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah konungtivitis viral yang umum di alami kebanyakan orang. Karenanya perlu untuk di kenali kondisi di mana mata mengalami kondisi konjungtivitis viral.

Mata yang mengalami Konjungtivitis sendiri pada dasarnya merupakan proses terjadinya peradangan atau inflamasi pada konjungtiva. Konjungtiva merupakan membran mukosa tembus pandang atau selaput bening yang menutupi bagian putih pada permukaan mata. Peradangan dan inflamasi pada konjungtiva ini akan membuat pembuluh darah pada konjungtiva menjadi membesar atau melebar. Kondisi ini akan menyababkan beberapa gejala, seperti mata yang memerah, mata berair, pembengkakan, panas seperti terbakar, hingga rasa perih dan nyeri di mata.

Konjungtivitis atau biasa di kenal dengan mata merah atau pinkeye ini umumnya kondisi mata yang mengalami konjungtivitis ini lebih banyak di alami oleh usia anak-anak. Namun mata yang mengalami kondisi konjungtivitis juga dapat terjadi pada orang dewasa hingga lansia. Lantas bagiaman dengan kondisi konjungtivitis viral itu sendiri? Berikut ini Kawan Mama akan telah merangkum beberapa informasi terkait konjungtivitis viral. Simak penjelasanya sebagai berikut.

Konjuntivtisi Viral

Kenali Kondisi Konjungtivitis Viral

Konjuntivitis viral pada dasarnya merupakan penyakit mata yang peling umum dan seringkali di jumpai di masyarakat dan pasien klinik sehari-hari. Umumnya, pada orang dewasa, di temukan kasus hingga 80% konjungtivitis viral akut di sebabkan oleh adanya virus yang menginfeksi. Kondisi ini, umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, konjungtivitis viral juga tidak akan menyababkan ketajaman penglihatan menjadi menurun sehingga dapat di tatalaksana dengan pelayanan kesehatan primer.

Meskipun demikian terdapat kasus yang dapat mengancam penglihatan sehingga perlu adanya penanganan medis atau bahkan di rujuk kerumah sakit dan di atasi oleh dokter untuk penanganan yang lebih lanjut. Jenis konjungtivitis viral juga terkenal sangat mudah menular sehingga pasien perlu mendapat edukasi agar tidak menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya.

Etiologi Konjungtivitis Viral

Umumnya konjungtivitis viral akut ini sering kali di sebabkan oleh adanya virus yang berkembang dan menginfeksi mata. Virus yang menginfeksi cenderung terjadi pada konjungtiva seperti halnya dengan pharyngoconjunctival fever. Sedangkan jenis virus lainya lebih sering terjadi dan menginfeksi korena mata. Seperti virus herpes simpleks. Konjungtivitis virus sendiri meliputi adenovirus, herpes simpleks, herpes-zooster, pox virus, miksovirus, paramiksovirus, dan arbovirus.

Diagnosis Konjungtivis Viral

Gejala klinis konjungtivitis umumnya dapat menyerupai penyakit mata lain sehingga penting untuk membedakan konjungtivitis dengan penyakit lain yang juga dapat menganggu fungsi penglihatan. Untuk mengetahui kondisi ini dengan lebih lanjut di perlukan anamnesis dan pemeriksan mata yang teliti untuk menentukan tatalaksana gangguan mata yang mengalami konjungtivitis. Infeksi virus awalnya akan menyerang satu mata dan akan menular ke mata lainya.

Setelah kesua mata mengalami infeksi virus, beberapa hari kemudian biasanya akan muncul pembesaran pada kelenjar imfe dan edema palpebra. Ketajaman penglihatan akan menjadi terganggu akibat mata yang mengalami secret. Jenis secret mata dan gejala ocular dapat memberi petunjuk dari penyabab konjungtivitis. Secret mata yang berair merupakan ciri dari konjungtivitis viral. Sedangkan secret mata kental yang berwarna kuning kehijauan umumnya di sebabkan oleh bakteri.

Pemeriksaan laboratorium untuk membantu diagnosis konjungtivitis viral memiliki sensitivitas 89% hingga 94% untuk adenovirus. Tes tersebut akan mendeteksi virus penyebab konjungtivitis dan mencegah pemberian antibiotic yang tidak di perlukan. Meskipun demikian pemeriksaan laboratorium cenderung jarang di lakukan. Pendekatan algoritmik menggunakan riwayat penyakit dan pemeriksaan senderhana dengan penlight dan loupe dan mengarahkan diagnosis dan membantu memilih terapi.

Konjungtivitis Viral Akut

Konjungtivitis viral juga di tandai dengan dilatasi pembuluh darah konjungtiva dan superfisial sehingga timbul hiperemi dan edema konjungtiva, folikel, serta secret yang sifatnya berfariasi. Secret ini akan membantu mengidentifikasi penyebab konjungtivitis. Umumnya secret serosa di sebabkan oleh virus akut atau alergi akut dan secret mucoid di jumpai pada alergi kronik atau keraktokonjungtivitis sikka (dry eye syndrome).

Konjungtivitis virus akut sangat mudah untuk menular, terutama ketika melalui kontak dengan secret matau atau droplet saluran nafas. Infeksi bisa saja terjadi berupa sporadic atau epidemic di daerah dengan komunitas yang cenderung padat dan kondisi hygiene yang buruk.

Terapi Konjungtivitis Virus

Meskipun pada umumnya konjungtivitis jenis ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun dengan dengan beberapa langkah terapi dapat membentu mempercepat proses pemulihan. Dengan memberikan kompres air dingin serta air mata artifisial atau antihistamin topical akan bermanfaat untuk meredakan gejala yang muncul akibat konjungtivitis. Umumnya terapi antiviral tidak di perlukan selain pada konjungtivitis harpetik yaitu asiklovir oral 400 mg/hari.

Sedangkan untuk virus herpes simpleks, membutuhkan 800 mg/hari untuk herpes zoster selama 7 sampai 10 hari. Selain itu, cara menggunakan obat tetes mata perlu untuk di perhatikan untuk mencegah risiko iritasi, serta jauhkan penggunaan antibiotic yang tidak di perlukan. Air mata buatan dan kompres air dingin serta deksametason 0,1% topical akan membantu mengurangi peradangan konjungtiva. Bila gejala belum reda hingga 7-10 hari maka sebaiknya periksakan mata pada dokter spesialis mata.

Pencegahan Konjungtivis Viral

Konjuntivitis virus terkanal sangat mudah menular pada orang lain hingga risiko transmisi mencapai 10-15%. Virus akan dengan mudah menyebar melalui jari tangan yang tercemar, peralatan medis, air kolam renang, atau bahkan barang-barang milik pribadi. Masa inkubasi do perkirakan 5-12 hari dan menular hingga 10-14 hari. Pada 95% kasus  aktivitas replikasi virus terlihat sepuluh hari setelah gejala timbul dan hanya 5% kasus yang tampak pada hari ke 16 setalah gejala muncul.

Berdasarkan tingginya angka penularan kondisi ini, tentunya memerlukan adanya pembiasaan untuk mencuci tangan, desinfeksi peralatan medis dan isolasi bagi penderita kondisi ini. Pasien tidak di pernolehkan untuk bertukar barang dan menhindari kontak langsung atau tidak langsung dengan orang lain selama tidak kurang dari 2 minggu. Sedangkan cara pencegahan yang paling efektif adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh.

Selain itu, hindari bersentuhan dengan secret atau aur mata pasien, mencuci tangan setelah menyentuh mata pasien dan ketika sebelum atau sesuadh menggunakan obat tetes mata. Pasien juga di minta untuk menghindari menggunakan tetes mata botol yang telah di gunakan pasien konjungtivitis virus, menghindari penggunaan alat mandi dan bantal kepala yang sama. Selain itu, penggunaan kaca mata hiram dapat mengurangi fotofobia, namun tidak untuk penularan konjungtivitis.

Penutup

Konjungtivitia viral merupakan penyakit mata yang membuat mata memerah yang sangat mudah di jumpai di mana saja. Gejala dari kondisi ini terbilang cukup ringan di mana tidak akan berpengaruh terhadap ketajaman penglihatan dan akan sembuh dengan sendirinya atau dengan tatalaksana pelayanan kesehatan primer. Meskipun demikian pemberian kompres air dingin atau air mata buatan akan membuat reda pada gejala yang muncul. Namun ada beberapa kasus di mana kondisi ini dapat mengancam penglihatan sehingga membuat pasien perlu untuk di rujuk kerumah sakit dan mendapatkan penganganan dari dokter spesialis mata.

Demikian pejelasan dari Kawan Mama menganai kondisi konjungtivitis viral. Kondisi ini cenderung sangat mudah untuk menular pada orang lain baik dengan kontak langsung ataupun tidak. Karenanya perlunadanya edukasi untuk mengurangi kontak dengan orang lain agar kondisi ini tidak menyebar.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

Kenali Kondisi Mata Yang Mengalami Konjungtivitis Vernal

Kenali Kondisi Mata Yang Mengalami Konjungtivitis Vernal

Halllo Kawan Mama, Apabila kamu mendapati mata kamu memerah, berai dan gatal sebaiknya segera periksakan kondisi mata pada dokter. Sebab bisa saja mata kamu tengah mengalami konjungtivitis, karena gejala tersebut merupakan gejala yang muncul pada mata yang mengalami konjungtivitis. Meskipun tidak mengganggu penglihatan, namun kondisi ini akan membuat tidak nyaman bagi penderitanya. Berikut adalah penjelasan mengenai kondisi mata yang mengalami konjungtivitis vernal.

Konjungtivitis atau juga di kenal dengan istilah mata merah atau pinkeye merupakan sebuah kondisi di mana konjungtiva pada mata yang mengalami peradangan atau inflamasi akibat beberapa faktor. Sedangkan konjungtiva sendiri merupakan bagian dari mata yang berupa selaput bening pada permukaan bola mata (sklera) yang menutupi bagian putih pada bola mata dan juga bagian dalam kelopak mata. Proses terjadinya konjungtivitis ini membuat pembuluh darah pada konjungtiva menjadi membesar atau melebar.

Pembuluh darah pada konjungtiva yang membesar atau melebar akan menyababkan beberapa gejala, seperti mata merah, mata berair, pembengkakan mata hingga rasa nyeri, panas dan perih. Umumnya kondisi ini lebih sering di alami pada anak-anak di bandingkan dengan orang dewasa. Namun hal ini tidak menutupi bahawa banyak dari orang dewasa dan orang tua yang mengalami kondisi konjungtivitisi pada mata mereka.

Konjungtivitis Vernal

Kenali Kondisi Mata Yang Mengalami Konjungtivitis Vernal

Sekarang kita telah mengentahu apa itu konjungtivitis sebagaimana yang telah di jelaskan di atas. Yakni peradangan atau inflamasi yang terjadi pada konjungtiva yang membuat mata merah dan berair hingga bengkak dan gatal. Namun bagaimana dengan kondisi konjungtivitis vernal?

Pada dasaranya, konungtivitis vernal atau KV merupakan bentuk konjungtivitis alergi yang berulang. Kelainan ini di tandai oleh papil cobblestone pada konjungtiva tarsal dan hipertrofi papil [ada konjungtiva limbus. 1-5 insiden penyakit ini berkisar antara 0,1 – 0,5% di anatara penyakit mata lainya dan meningkat terutama di musim kemarau. Umumnya penyakit ini terjadi pada usia 3-25 tahun di mana kebanyakan yang mengalaminya adalah laki-laki.

Di lasnir dari saripediarti menyabutkan bahwa lebih dari 90% pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya maupun anggota keluraganya. Petagonesis dan etiologi penyakit ini sebenarnya belum di ketahui dengan pasti. Sedangkan beberapa peneliti menghubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Tatalaksana adekuat untuk mencegah teradinya kekambuhan penyakit ini, sampaui saat inipun belum memberikan hasil yang memuaskan.

Umumnya kondisi ini bersifat musiman dan terjadi secara bilateral (terjadi pada kedua mata) atau rekuren. biasanya kondisi ini lebih sering terjdi pada orang yang keluarganya memiliki riwayat alergi. Kondisi ini umumnya akan muncul dan memburuk ketika musim hujan datang. Selain itu, hal serupa juga akan terjadi ketika musim semi atau musim panas pada negara yang memiliki 4 jenis musim atau di belahan bumi utara yang biasa di sebut dengan konjungtiva vernal atau musim semi.

Bentuk Konjungtiva Vernal

Secara gars besar konjungtiva verna di bagi menjadi dua bentuk, yakni palpebra dan limbal. Beriku adalah penjelasannya.

  1. Konjungtiva Bentuk Palpebra

Pada konjungtiva bentuk palpebra atau palpenra superior terdapat adanya pertumbuhan papil yang cukup besar yang di sebut cobble stone.

  1. Konjungtiva Bentuk Limbal

Kojungtiva bentuk leimbal atau hipertrofi limbus ini muncul di sertai dengan adanya bintik-bintik yang sedikit menonjol. Selain itu muncul juga keputihan pada area tersebut yang lebih di kenal dengan istilah Horner-Trantas dot.

Gejala Konjungtivitis Vernal

Mata yang mengalami kondisi kojnungtivitis vernal dapat di ketahui dengan melihat gejal-gejala yang muncul. Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita konjungtivitis vernal.

  • Rasa gatal di mata (93%)
  • Mata berair (90%)
  • Mata terasa terbakar (90%)
  • Terasa ada benda asing (93%)
  • Mata merah (90%)
  • Fotofobia (83%)

Penatalaksanaan Konjungtivitis Vernal

Umumnya kondisi mata yang mengalami konjnungtivitis vernal dapat di obati dengan melakukan terapi tropical, terapi suportif, terapi sistemik dan juga terapi pembedahan. Berikut adalah beberapa penataleksanaannya.

  • Terapi Utama

Terapi utama ini di lakukan dengan cara menghindari segala allergen yang menyebabkan konjungtivitis. Dengan menghindari segela bentuk peyebab konjungtivitis, maka akan mencegah dan mengurangi risiko mata mengalami konjungtivitis.

  • Fase Akut

Penatalaksanaan fase akut ini berupa pemeriksaan dari dokter di mana dokter akan memberikan adanya anti-inflamasi yang sesuai dengan rekomendasi dari dokter spesialis mata.

  • Terapi Suprotif

Penataleksanaan terapi suportif terbilang cukup mudah dan sederhana. Kamu hanya perlu mengompres mata dengan menggunakan air dingin. Selain itu, kamu juga bisa menggunakan obat tetes mata artifisial dan klimatoterapi untuk mendukung dan mepercepat mata untuk pulih.

  • Terapi Pembedahan

Penatalaksanaan Terapi pembedahan berupa otograf konjungtivitis dan krioterapi yang akan di lakukan apabila timbul komplikasi akibat konjungtivitis. Umumnya komplikasi yang akan mucul berupa ulkus kornea atau adanya plak yang muncul pada korena mata.

  • Self-Limiting Disease

Kondisi ini berupa konjungtiva yang akan mengalami penyembuhan sendiri secara otomatis. Umumnya perbaikan tersebut berlangsunag dalam jangka 2-10 tahun.

Beberapa kondisi lain akibat risiko konjungtivitis vernal

  • Apabila menganai kornea, akan menyebabkan risiko keratokonjungtivitis vernalis yang akan menyababkan menurunya ketajaman penglihatan (visus). Jika tidak segera di atasi maka prognosisnya akan semakin kian memburuk.
  • Apabila kondisi ini meluas hingga ke kornea, maka mata berisiko mengalami kondisi parut kornea hingga asigmatisme
  • Ukuran papilla yang membesar hingga raksasa akan berhubungan dengan memburuknya progresivitas penyakit tersebut.
  • Konjungtivitis vernal bentuk bulbar memiliki prognosis jangka panjang yang lebih buruk dari pada bentuk tarsal.

Mata yang mengalami kondisi konjungtivitis vernal pada dasarnya membutuhkan adanya evaluasi dari dokter spesialis mata untuk mengetahui kondisi mata. Hal ini akan memberi tahu seberapa jauh keterlibatan kondisi ini terhadap jaringan lainya. Dengan begitu, penatalaksanaan dapat di lakukan dengan memberikan terapi dan pengobatan yang tepat. Selain itu, juga untuk memantau lebjh jauh lagi agar dapat mengurangi risiko buruk terhadap tajamnya penglihatan.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai mata yang mengalami konjungtivitis vernal. Meskipun orang dengan riwayat alergi lebih sering mengalami kondisi ini, namun kondisi ini juga dapat di alami oleh siapa saja. karenanya, perlu kehati-hatian untuk menghindari kondisi ini, terlebih ketika pergantian musim datang.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • Rsmramata
Beberapa Komplikasi Akibat Konjungtivitis

Beberapa Komplikasi Akibat Konjungtivitis

Hallo Kawan Mama, Mata merah merupakan kondisi gangguan penglihatan di mana ada yang tidak nomal pada fungsi mata. Umumnya kondisi ini juga menjadi tanda atau indikasi bahwa mata sedang mangalami konjungtivitis. Konjungtivitis sendiri merupakan kondisi di mana mata mengalami peradangan pada konjungtiva yang membuat mata menjadi memerah. Beberapa komplikasi dapat terjadi akibat mata yang mengalami kondisi konjungtivitis.

Konjungtivitis atau juga di kenal dengan itilah mata merah atau pinkeye merupakan sebuah kondisi di mana konjungtiva pada mata yang mengalami peradangan atau inflamasi akibat beberapa faktor. Sedangkan konjungtiva sendiri merupakan bagian dari mata yang berupa selaput bening pada permukaan bola mata (sklera) yang menutupi bagian putih pada bola mata dan juga bagian dalam kelopak mata. Proses terjadinya konjungtivitis ini membuat pembuluh darah pada konjungtiva menjadi membesar atau melebar.

Pembuluh darah pada konjungtiva yang membesar atau melebar akan menyababkan beberapa gejala, seperti mata merah, mata berair, pembengkakan mata hingga rasa nyeri, panas dan perih. Umumnya kondisi ini lebih sering di alami pada anak-anak di bandingkan dengan orang dewasa. Namun hal ini tidak menutupi bahwa banyak dari orang dewasa dan orang tua yang mengalami kondisi konjungtivitisi pada mata mereka.

Penderita Konjungtivitis

Beberapa Komplikasi Akibat Konjungtivitis

Sebagaimana yang telah di singgung di atas, bahwa sebagian besar penderita mata konjungtivitis adalah anak-anak. Sebab pada usia tersebut, anak-anak memilki kondisi mata yang lebih sensitive dan rawan akan infeksi atau iritasi dari kuman dan bakteri ataupun virus yang dapat menyababkan konjungtivitis. Namun kondisi ini dapat terjadi pada orang dewasa dan orang tua akibat virus dan juga bakteri yang menyebabkan konjungtivitis.

Di lansir dari laman alomedika menyebutkan bahwa, secara global konjungtivitis dapat terjadi pada semua kelompok usia dari neonates hingga lansia. Kasus konjungtivitis di temukan 1% kunjunga pasien ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Sementara itu, di amerika telah di temukan sekitar 6 juta kasus baru konjungtivitis viral pertahunya. Konjungtivitis viral dapat bersifat sporadic atau epidemic. 90% konjungtivitis viral ini di sebabkan oleh adenovirus. Insidensi konjungtivitis bacterial di amerika adalah 135 kasus per 10.000 populasi pertahunnya.

Penyabab Konjungtivitis

Umumnya, kondisi ini di terjadi akibat beberaap faktor yakni kuman dan bakteri dan juga virus. Konjungtivitis yang di sebabkan oleh kuman dan bakteri umumny masih dapat di tangani dengan penanganan mudah dan sederhana yang bisa di lakukan di rumah. Namun konjungtivitis yang di sebabkan oleh virus biasanya tidak dapat di obati. Namun kondisi ini akan sembuh dengan sendirinya dan hanya berlangsung selama beberapa minggu saja.

Selain itu, debu, serbuk bunga dan polusi juga dapat menyebabkan mata mengalamo konjungtivitis. Seseorang yang memiliki aktivitas di luar ruangan sangat rentan mengalami kondisi ini. Sebab debu atau serbuk bunga dan polusi dapat dengan mudah masuk ke mata dan menyebabkan mata mengalami infeksi pada konjungtiva. Selain itu, cahaya matahari yang langsung menuju mata juga dapat menyebabkan mata mengalami iritasi.

Konjungtiviti juga dapat terjadi ketika pergantian musim datang. Umumnya musim hujan atau musim gugur bagi negara yang memiliki 4 jenis musim merupakan waktu yang sangat rentan bagi seseorang untuk terserang konjungtivitis.

Kodisi Komplikasi Akibat Konjungtivitis

Komplikasi akibat konjungtivitis ini dapat terjadi akibat kondisi konjungtivitis yang bertabah parah. Selain intu, kondisi komplikasi umumnya terjadi berdasarkan tipe konjungtivitis yang di derita. Berikut adalah beberapa komplikasi sesuai dengan tipe konjungtivitis yang di serita.

  1. Konjungtivitis Infektif

Konjungtivitis bisa berlangsung selama beberapa bulan jika di sebabkan oleh penyakit menular seksual seperti klamedia. Sementara itu, konjungtivitis infeksti dapat menyebabkan beberapa kondisi komplikasi. Berikut adalah penjelasannya.

    • Bakteri yang masuk ke mata berisiko akan masuk ke aliran darah dan manyerang jaringan pada tubuh. Akibatnya pasian dapat mengalami kondisi keracunan darah. Kondisi tubuh yang mengalami keracunan darah atau biasa di sebut dengan istilah sepsis sangat berbahaya bagi penderitanya.
    • Konjungtivitis infekstif dapat menyebabkan risiko penderitanya mengalami kondisi di mana lapisan pelindung saraf tulang belakang. Selain itu, kondisi tersebut juga akan menyababkan infeksi pada otak atau meninges sehingga penderitanya mengalami kondisi meningitis.
    • Konjungtivitis infektif juga dapat menyebabkan nfeksi telinga bagian tengah pada penderitanya. Bahkan kondisi ini telah di alami hingga sebanyak 25% anak-anak yang menderita konjungtivitis akibat bakteri haemophilus influenzae.
    • Konjungtivitis infeksif akan menyababkan permukaan kulit menjadi bengkak atau meradang. Kondisi ini akan menimbulkan rasa sakit akibat infeksi yang terjadi pada jaringan dan lapisan dalam kulit atau selulitis.
  1. Konjungtivitis Neonatal

Umumnya kondisi ini lebih banyak di alami pada bayi yang baru lahir. Bayi ayang baru lahir hingga usia 28 hari harus segera di tangani. Sebab kondisi ini dapat menyababkan kerusakan pada fungsi penglihatan secara permanen. Meskipun tidak banyak yang mengalami kondisi ini, namun kondisi ini sangat berbahaya apabila terjadi pada bayi yang baru lahir. Kebanyakan dari bayi yang terkena konjungtivitis infektif dapat sembuh total dengan penanganan yang cepat dan tepat.

  1. Punctate Epithelial Keratitis

Komplikasi akibat kondisi mata yang mengalami konjungtivitis selanjutnya adalah keratitis. Keratitis dapat terjadi akibat konjungtivitis yang akan menyababkan korena menjadi membangkak karena mengalami peradangan atau inflamasi. Kondisi ini akan membuat mata lebih sensitive terhadap cahaya dan membuat mata sakit.

Dalam kasus yang lebih parah, kondisi ini sangat berisiko karena dapat menyababkan kebutaan. Apabila pada kornea muncul sebuah tukak maka kondisi ini sangat berisiko menyebabkan kerusakan mata secara permanen.

Sebagaimana yang telah di jelaskan di ata, bahwa konkungtivitis merupaakn gangguan penglihtan yang dapat di alami oleh siapa saja. meskipun lebih rentan dan lebi banyak di alami oleh anak-anak, namun kondisi ini juga dapat di alami oleh orang dewasa maupun lansia. Yang lebih parahnya lagi, kondisi ini dapat menyababkan kerusakan penglihatan secara permanen pada bayi yang baru lahir. Beberapa kondisi dari tipe konjungtivitis ini bahkan dapat menyebabkan kondisi komplikasi bagi para penderitanya, terlebih pada kondisi yang lebih parah. Karenanya perlu sesegera mungkin untuk melakukan lankah penanganan sehingga mata menjadi pulih dan mencegah terjadinya komplikasi akibat konjungtivitis.

Demikian penjelasan dari Kawan Mama mengenai beberapa kondisi komplikasi akibat konjungtivitis. Sebenarnya kondisi ini umumnya muncul tanpa kita ketahui dengan pasti. Namun kamu dapat mencegahnya dengan menerapkan pola dan gaya hidup sehat sehingga mata akan terhindar dari berbagai penyabab konjungtivitis.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat. . .

 

 

 

 

Sumber :

  • alodokter